Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(277)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Raden Mas Danang Sutawijaya berloncantan semakin cepat. Ia mula-mula di patok-patok yang permukaannya sama tinggi, setinggi lutut orang dewasa. Kemudian ia beralih di patok-patok yang tidak sama tingginya. Jika bukan orang yang terlatih dan berbakat tentu sulit melakukan hal itu. Namun Mas Danang Sutawijaya yang juga disebut Raden Ngabehi Loring Pasar itu dengan entengnya berloncantan. Beberapa saat ia berloncantan sampai keringatnya bercucuran.
Kemungkinan Raden Mas Danang Sutawijaya meloncat meraih tombak yang biasa untuk berlatih. Ia memutar-mutar tombak itu bergantian di kedua tangannya. Tombak itu bagai baling-baling yang melindungi dirinya. Jika dalam pertempuran yang sesungguhnya, cara ini untuk bertahan dari serangan lawan. Senjata lawan akan mental terkenal baling-baling landean tombak.
Raden Ngabehi Loring Pasar memang paling senang dengan permainan tombak. Bahkan kadang tombak itu dipegang pangkalnya dan kemudian is berputar. Maka akan terlihat pusaran baling-baling mendatar, dan ia menjadi porosnya. Dengan cara itu pun, jika ia dikeroyok oleh beberapa lawan, maka lawan akan kesulitan mendekat. Ujung tombak itu bisa melukai lawan.
Setelah puas dengan permainannya, ia akan melontarkan tombak itu ke sasaran orang-orangan yang terbuat dari kayu randu yang tidak terlalu keras. Sasaran utamanya adalah di ulu hati atau arah jantung seseorang. Sore menjelang petang itu pun Raden Mas Danang Sutawijaya mengakhiri latihannya dengan melontarkan tombak ke arah orang-orangan dari jarak dua belas depa. Tombak pun menancap tepat di titik ulu hati orang-orangan itu.
“Bagus….., bagus……!” Berkata Ki Pemanahan yang sejak tadi melihat dari balik tirai.
“Danang membayangkan bahwa orang-orangan itu adalah tubuh Sultan Demak Jipang, Bapa……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Sudah……, berbersih-bersih diri lagi, kemudian nanti kita makan malam dengan sate rusa……!” Kata Ki Pemanahan sambil berkelakar.
Sementara itu, Sultan Harya Penangsang di Demak Jipang tertawa gembira setelah seorang prajurit mengabarkan bahwa Pangeran Hadliri telah benar-benar tewas.
“Hee…..! Apakah kau tidak salah dengar…..?” Bertanya Sultan Harya Penangsang untuk meyakinkan.
“Tidak salah dengar, Gusti Sultan…..! Bahkan penyelenggaraan pemakaman telah berlangsung. Seorang rekan prajurit sandi yang berada di Pati sempat membuktikan kabar itu. Dan kabar itu memang benar……!” Berkata prajurit itu meyakinkan.
“Ha ha ha ha ha….., mampus semua trah Trenggana……!” Umpat Sultan Harya Penangsang.
“Tinggal Jaka Tingkir anak desa itu yang harus aku singkirkan……!” Batin Sultan Harya Penangsang.
Sultan Harya Penangsang kemudian menemui Kanjeng Sunan Kudus untuk menyampaikan maksudnya itu.
“Mas Karebet Jaka Tingkir sekarang sudah menyatakan diri sebagai seorang sultan di Panjang. Ia tentu dikelilingi oleh pengamanan yang ketat. Tentu tidak mudah untuk melakukannya……!” Kanjeng Sunan Kudus memberi tanggapan.
“Harus bisa, Bapa…….!” Berkata Sultan Harya Penangsang.
Sementara itu, di Jepara, penyelenggaraan pemakaman untuk Pangeran Hadliri dan para prajurit yang gugur telah usai. Para pelayat telah kembali ke tempat tinggalnya masing-masing dengan membawa duka yang mendalam. Demikian pula para adipati sahabat telah kembali pula ke kadipaten masing-masing. Mereka yang semula ragu untuk memihak, apakah memihak ke Demak Jipang atau ke Pajang, kini lebih condong ke Pajang. Justru karena sikap Sultan Demak Jipang itu yang kurang bijak dengan mengarahkan dendam kepada Pangeran Hadliri dan Kanjeng Ratu Kalinyamat. Yang mereka ketahui, Pangeran Hadliri maupun Kanjeng Ratu Kalinyamat tidak berniat untuk menjadi seorang sultan yang menguasai seluruh Demak Bintara pada masa jayanya.
Namun malam itu, Rombongan dari Pajang belum meninggalkan Jepara.
……………
Bersambung………
Petuah Simbah: “Dengan bakat, tekad dan tekun, maka ilmu akan lebih mudah dikuasai.”
(@SUN-aryo)