Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(337)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Hari telah menjelang petang, lima orang prajurit Jipang telah kembali ke pasukannya.
Mereka melaporkan apa yang telah mereka lihat. Mereka juga memperhitungkan bahwa besuk pagi pasti akan ada beberapa prajurit Pajang yang akan merintis jalan.
Pasukan Pajang harus di didahului. Pagi-pagi benar sebelum pasukan Pajang terbangun, pasukan Jipang sudah harus merusak jembatan di Masaran.
“Kami telah sampai di jembatan itu. Jika jembatan itu telah rusak, pasukan Pajang pasti akan terhambat cukup lama karena tidak mengira. Saat selanjutnya kita berjalan mundur sambil merusak jembatan yang kita lalui. Lebih dari lima belas jembatan besar kecil yang bisa kita rusak. Dengan demikian, pasukan Pajang sampai di Jipang pasti akan lebih dari dua bulan…..!” Laporan lurah prajurit itu dengan meyakinkan.
“Baik…..! Aku setuju dengan rencana kalian. Jika demikian, kita tidak bermalam di tempat ini, tetapi kita melanjutkan perjalanan sampai di sekitar jembatan yang akan kita jadikan sasaran…..!” Berkata senopati yang memimpin pasukan yang akan menghambat perjalanan pasukan Pajang.
Walau hari telah gelap, namun pasukan Jipang itu tetap melanjutkan perjalanan. Diperkirakan selewat tengah malam mereka akan sampai di jembatan yang akan dijadikan sasaran. Dan jika perlu, tidak usah menunggu dini hari, mereka langsung merusak jembatan itu.
Mereka berkuda tidak terlalu tergesa-gesa.
Sementara itu, tiga orang prajurit Pajang yang menyamar telah membagi diri. Yang seorang yang berasal dari Masaran tetap tinggal di rumah saudaranya. Namun ia harus mengawasi jembatan itu sepanjang malam. Sedangkan yang dua orang telah melaju dengan kecepatan tinggi untuk menyongsong pasukan sepuluh bregada yang akan dipimpin oleh Ki Penjawi dan Raden Mas Danang Sutawijaya yang berbaur dengan para prajurit.
Jarak dari Masaran ke tempat pasukan sepuluh bregada itu memang lebih dekat dibandingkan dengan jarak dari Masaran ke tempat pasukan enam bregada dari Jipang.
Mereka berdua telah berbincang dengan Ki Penjawi.
“Jadi mereka akan mulai merusak jembatan Masaran pada dini hari…..?” Bertanya Ki Penjawi untuk meyakinkan.
“Benar Gusti senopati…..! Mereka akan bergerak mundur sambil merusak setiap jembatan yang dilalui…..!” Imbuh prajurit itu.
“Baik…..! Jika demikian, kita berangkat sekarang. Sebelum tengah malam kita harus sudah sampai di sekitar jembatan itu…..! Ayo…..! Jangan ditunda…..!” Perintah Ki Penjawi.
“Ikut sertakan para prajurit panah dan membawa anak panah yang lebih dari cukup. Mungkin kita memerlukannya……!” Lanjut Ki Penjawi.
Dengang sigap mereka mempersiapkan diri dan segera berangkat. Sepuluh bregada prajurit telah melaju dengan cepat di malam yang gelap. Dua orang prajurit sandi yang mengabarkan berada di paling depan bersama Ki Penjawi dan beberapa senopati.
Derap kaki kuda yang kencang mengejutkan siapapun yang berada di tepi jalan yang dilalui oleh bregada prajurit itu.
Sementara itu, prajurit sandi yang berasal dari Masaran telah berpesan kepada saudaranya agar menghubungi Ki Demang Masaran. Ia berpesan agar menyampaikan apa yang mungkin terjadi antara pasukan Jipang dengan pasukan Pajang. Ia berpesan juga agar para pengawal kademangan Masaran tidak perlu terlibat, namun biarlah tetap berjaga di kademangan.
Dalam pada itu, prajurit sandi yang berasal dari Masaran telah menunggu pasukan Pajang agak jauh sebelum kademangan Masaran. Maksudnya agar kedatangan pasukan berkuda itu tidak menarik perhatian warga. Nanti kuda-kuda itu akan ditambatkan di luar pedukuhan, dan nanti ke sasaran dengan berjalan kaki.
Akhirnya yang dinanti pun tiba.
Prajurit sandi itu kemudian berembug dengan para Ki Penjawi dan para pimpinan pasukan.
“Baik…..! Aku setuju jika kuda-kuda ini kita tambatkan di sekitar ini. Beberapa prajurit mesti menjaga kuda-kuda ini…!”
Lanjut Ki Penjawi.
Mereka kemudian berjalan kaki menuju ke sekitar jembatan.
………….
Bersambung………..
(@SUN)