Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(339)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Ki Penjawi yang kemudian berkata; “Mereka pasti sedang berhenti untuk membicarakan sesuatu. Oleh karena itu susul cepat pasukan kita agar tidak didahului oleh pasukan Jipang……!”
Namun yang menyahut justru Raden Mas Danang Sutawijaya; “Biarlah aku yang menjemput…..!”
Berkata demikian, Raden Mas Danang Sutawijaya langsung melesat berlari sangat cepat.
Ki Penjawi mengerti maksud dari Raden Mas Danang Sutawijaya ialah agar cepat menjemput pasukan di belakang. Mungkin sekali jika terlambat beberapa saat akan berbeda sekali akibatnya dengan jika tidak terlambat.
Raden Mas Danang Sutawijaya yang berlari dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh segera bertemu dengan pasukan sepuluh bregada yang berjalan cepat.
“Heee….. seluruh prajurit…..! Sekarang berlari agar tidak didahului oleh pasukan lawan….! Ayoooo…..!” Teriakan Raden Mas Danang Sutawijaya.
Para prajurit pun segera berlari namun tidak membuat gaduh.
Beberapa saat kemudian mereka telah sampai di jembatan Masaran yang akan menjadi sasaran perusakan.
Saat itu belum terdengar lagi derap kaki kuda dari arah berlawanan.
Ki Penjawi segera mengatur mereka.
Para prajurit panah harus segera menempatkan diri di sepanjang tepian sungai di sekitar jembatan. Demikian pula di sebalik pohon-pohon yang memungkinkan untuk membidik lawan di sekitar jembatan. Senopati prajurit panah segera mengatur mereka.
“Jangan ada kegaduhan…..!”
Para prajurit yang lain sedikit ditarik mundur dan kemudian membentuk setengah lingkaran dengan pusatnya adalah jembatan.
“Paman…..! Bagaimana jika prajurit lawan itu nanti aku pancing biar menyeberang jembatan untuk mengejar aku. Aku akan mengaku sebagai anak muda pengawal kademangan Masaran yang kebetulan berada lewat jembatan ini…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Ki Penjawi mengetahui kemampuan Mas Danang bahwa ia akan mampu menjaga diri.
“Baiklah Raden…..! Biarlah seperti ikan masuk wuwu…..!” Berkata Ki Penjawi.
Para senopati pun menyetujui dan memahami jebakan itu. Jika nanti sebagian besar prajurit lawan telah masuk jebakan, barulah mereka bertindak. Jika nanti tergesa-gesa menyerang, tentu akan banyak yang sempat meloloskan diri.
Sejenak kemudian mereka mendengar lagi derap kaki-kaki kuda yang menuju ke arah jembatan itu.
“Semua menempatkan diri, patuhi perintah senopati, jangan ada yang berisik…..!” Berkata Ki Penjawi.
Semua prajurit telah menempatkan diri sesuai bregada masing-masing dengan senjata telanjang. Mereka dipimpin oleh masing-masing seorang senopati.
Mereka berdebar-debar ketika mendengar derap kaki-kaki kuda yang berlari lebih kencang dari yang lain. Sekitar empat atau lima ekor kuda.
Benar, sejenak kemudian telah datang lima orang prajurit berkuda yang kemudian menambatkan kuda tak jauh dari jembatan. Mereka segera menuju ke jembatan yang akan dijadikan sasaran perusakan.
“Kita tidak perlu menunggu dini hari, sepertinya pasukan Pajang masih tertidur di luar kademangan Masaran ini. Besuk mereka akan tercengang mendapatkan jembatan telah hancur…..!” Berkata seorang prajurit Jipang tanpa khawatir didengar oleh lawan.
“Dan mereka akan semakin marah ketika mendapati seluruh jembatan yang akan dilalui telah hancur, ha ha ha ha ha……!” Sesumbar prajurit yang lain.
“Bodohnya para senopati Pajang…..! Mereka hanya regudag-regudug tanpa perhitungan…..!” Berkata prajurit yang lain.
Sesaat kemudian, derap kaki kuda yang banyak segera mendekati jembatan.
Mereka segera berloncatan turun. Mereka tidak khawatir jika diketahui oleh orang-orang kampung di sekitar jembatan itu.
Para prajurit yang datang terlebih dahulu telah mengarahkan kuda-kuda untuk ditambatkan.
“Kita robohkan atau kita bakar jembatan ini…..!” Berkata salah seorang senopati.
“Jika kita bakar tentu mengundang perhatian dari para pengawal kademangan. Jika mereka berdatangan tentu akan menghambat pekerjaan kita. Walau kita tidak takut dengan para pengawal kademangan ini……!” Berkata senopati pimpinan seluruh pasukan.
…………..
Bersambung………..
(@SUN).