Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(340)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Para pimpinan bregada prajurit Jipang itu kemudian memutuskan untuk merusak jembatan itu yang tidak menimbulkan kegaduhan. Karena mereka tahu bahwa kademangan Masaran termasuk kademangan yang besar. Jika para pengawal kademangan dan orang-orang kampung berdatangan pasti akan menggangu.
Mereka kemudian menyiapkan linggis, pelancong, dadung dan juga gergaji. Mereka akan mencongkel kayu-kayu jembatan itu dan kemudian menariknya bareng-bareng.
Namun pedang di lambung tidak ketinggalan.
Mereka akan mulai dari ujung jembatan yang di seberang kemudian berjalan mundur.
Beberapa prajurit kemudian menyeberangi jembatan itu.
Para prajurit yang lain telah menyiapkan linggis dan pelancong untuk mencongkel kayu jembatan.
Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kehadiran seorang anak muda yang memakai udeng – ikat kepala dan membawa tongkat kayu.
“Maaf….., ini ada apa…..?” Bertanya anak muda tersebut.
“Heee…..! Kau siapa…..! Ayo pergi tidak usah ikut campur…..!” Jawab salah seorang prajurit.
“Aku salah seorang pengawal kademangan yang kebetulan sedang ronda keliling….!” Jawab anak muda itu.
Kemudian terdengar mereka saling berbisik.
“Kita tangkap saja dan kita buang di kali biar tidak sempat mengabarkan ke kademangan atau dusun terdekat….!”
“Benar…..! Tangkap saja. Tak perlu banyak cakap…..!” Sahut salah seorang pimpinan prajurit.
“Kepung…..! Tangkap….., tangkap…..!”
“Dia hanya anak kampung dan seorang diri……!” Sahut yang lain.
Anak muda yang mulai dikepung itu bergerak mundur.
“Heee….., jangan lari…., jangan lari……!”
Namun anak muda itu sedikit berlari menjahui jembatan.
Mendengar ribut-ribut di seberang jembatan, beberapa prajurit ingin mengetahui apa yang terjadi. Mereka kemudian menyeberangi jembatan.
“Heee…., kejar….. kejar…..!” Teriak beberapa prajurit yang kemudian mengejar anak muda itu.
Namun anak muda itu memang ingin mamancing lebih banyak prajurit Jipang yang menyeberang.
Ia kemudian berhenti dan bersiap mengadakan perlawanan dengan bersenjatakan tongkat.
Prajurit terdepan yang mengejar anak muda itu tiba-tiba mengaduh kesakitan.
“Uoooohch…..!”
Sebuah benda tumpul menyodok perutnya. Ia kemudian terduduk menahan rasa sakit.
Mereka belum sempat menyadari keadaan ketika kemudian tiga orang prajurit mengalami hal yang sama.
“Uooohch….. uooohch…. uoohch….!”
Di malam yang gelap itu mereka tidak segera mengetahui apa yang sedang terjadi.
Gerakan yang sangat cepat dari anak muda itu tak sempat dihindari oleh para prajurit Jipang. Ujung tongkat itu telah menyodok perut, lambung atau dada mereka.
Bahkan kemudian dua tiga orang lagi mengalami nasib yang serupa.
Mendengar keluhan-keluhan tertahan dari beberapa prajurit membuat semakin banyak prajurit yang menyeberangi jembatan dengan senjata telanjang. Namun mereka menjadi berhati-hati.
Anak muda itu pun telah dikepung oleh banyak prajurit Jipang. Namun ia kembali melontarkan serangan dengan tongkatnya. Setiap serangan selalu saja mengakibatkan prajurit Jipang terhuyung jatuh. Tak sedikit pula yang senjatanya terlepas dihantam tongkat.
Namun para prajurit Jipang itu terkejut bukan kepalang ketika tiba-tiba mereka-lah yang kini telah dikepung oleh banyak orang. Mereka tiba-tiba muncul dari balik pepohonan.
Pertempuran tidak seimbang pun segera terjadi.
Bahkan kemudian terdengar jerit memilukan dari atas jembatan.
“Aooohch….., aooohch….., panah….. panah…. panah……!”
Anak panah-anak panah tiba-tiba meluncur deras dan menancap di tubuh banyak prajurit Jipang.
Bahkan yang di seberang jembatan pun banyak yang terkena anak panah.
Celakanya, mereka yang masih berada sedikit agak jauh dari jembatan justru berusaha mendekat ingin mengetahui apa yang terjadi.
Tak urung, mereka pun banyak yang tertembus anak panah.
“Gila…..! Kita mendapat serangan licik…..!” Teriak salah seorang senopati.
“Berlindung……!” Teriak salah seorang senopati.
Namun hujan anak panah tidak berhenti dari segala arah.
……………..
Bersambung………..
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.