Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(344)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Arya Penangsang.
Para prajurit itu kemudian mempercayakan kepada salah seorang lurah prajurit dan dua orang prajurit lainnya. Prajurit yang lain menunggu di pendapa Ksatrian.
Pangeran Harya Mataram heran melihat kedatangan para prajurit yang diutus untuk menghambat perjalanan pasukan Pajang itu terlihat kuyu dan lesu.
Setelah saling berkabar keselamatan sesuai adat yang berlaku di Jipang, Pangeran Harya Mataram kemudian bertanya; “Mengapa kalian cepat kembali dan wajah kalia kuyu dan lesu……?”
Lurah prajurit itu kemudian dengan hati-hati menceritakan apa yang telah terjadi di sekitar jembatan Masaran. Bahwa bregada prajurit Jipang itu telah terjebak dalam kepungan prajurit Pajang yang lebih banyak.
“Maafkan kami Pangeran, kami tidak mampu bertahan. Bahkan kini banyak prajurit yang terluka, terluka parah dan gugur sedang dalam perjalanan kembali ke Jipang…….!” Berkata lurah prajurit.
Pangeran Harya Mataram tidak segera menjawab. Ia sama sekali tidak mengira bahwa pasukan Jipang dengan mudah dijebak oleh pasukan Pajang dan mengakibatkan banyak korban. Semestinya pasukan Jipang-lah yang menjebak pasukan Pajang.
Namun lurah prajurit itu juga dengan jujur mengatakan bahwa pasukan Pajang membiarkan kami untuk kembali ke Jipang tanpa diganggu, bahkan kuda-kuda pun tidak disita.
Namun demikian, Pangeran Harya Mataram tidak menyalahkan para prajurit itu. Sekarang yang perlu mendapat perhatian adalah para korban yang harus segera mendapat pertolongan.
“Baik…..! Akan aku siapkan beberapa kereta dan para tabib kerajaan untuk menjemput mereka. Kalian tidak usah bercerita kepada siapapun. Bersiaplah untuk kembali menjemput mereka…..!”
Berkata Pangeran Harya Mataram.
Pangeran Harya Mataram segera menemui Ki Patih Mentahun untuk bersama-sama menghadap Kanjeng Sunan Kudus sebelum menghadap Sultan Harya Penangsang.
Pangeran Harya Mataram kemudian menyampaikan apa yang ia dengar dari prajurit tentang kejadian di Masaran.
“Baiklah……! Hal ini jangan sampai Angger Penangsang mengetahui karena sekarang ia masih berpuasa. Jika ia mengetahui tentu amarahnya tak terkendali dan pasti akan segera menyongsong pasukan Pajang itu dengan segelar sepapan. Padahal kekuatannya belum pulih……!” Berkata Kanjeng Sunan Kudus.
“Baiklah Kanjeng……! Beruntungnya Kanjeng Sultan tak pernah keluar dari sanggar jadi tidak akan tahu kejadian yang sebenarnya…..!” Berkata Ki Patih Mentahun.
“Angger Penangsang akan aku tahan agar tidak keluar dari sanggar, tinggal beberapa hari lagi akan selesai melaksanakan tapa brata dan kekuatan dan kemampuannya akan pulih kembali…..!” Lanjut Kanjeng Sunan Kudus.
Kanjeng Sunan Kudus sendiri prihatin dengan kejadian di Masaran. Itu suatu isyarat bahwa pasukan Pajang yang jauh lebih sedikit dari pasukan Jipang itu tidak boleh dipandang sebelah mata. Jika nanti benar-benar pasukan Jipang berhadapan dengan pasukan Pajang harus dipersiapkan dengan matang dan dengan gelar perang yang tepat, tidak boleh gegabah dan sembrana.
Pangeran Harya Mataram dengan tidak menimbulkan keributan segera menyiapkan beberapa kereta dan beberapa tabib dengan segala perlengkapannya untuk menyongsong pasukan Jipang yang membawa banyak korban. Jika terjadi keributan tentu akan mempengaruhi seluruh pasukan gabungan yang sekarang sedang berkemah di tepi Bengawan.
Para prajurit dalam pasukan gabungan yang besar itu sesungguhnya sudah tidak sabar untuk segera menyongsong pasukan Pajang yang telah mereka dengar menuju ke arah Jipang. Para senopati banyak yang menggerutu, mengapa hanya mengirim beberapa bregada prajurit untuk menghambat kedatangan pasukan Pajang. Mengapa pasukan Pajang itu tidak dihadapi langsung di luar telatah Jipang. Mereka banyak yang tidak tahu dengan keadaan Sultan Harya Penangsang yang sesungguhnya.
……………
Bersambung…………….
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.