Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(391)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Namun hari itu masih pagi, Ki Ageng Giring khawatir jika tidak mampu menghabiskan langsung tuntas. Seorang ulama yang pernah berkunjung ke rumahnya berkata bahwa air kelapa muda itu harus dihabiskan sekali minum.
Oleh karena itu, Ki Ageng Giring kemudian meletakkan kelapa muda itu di paga – rak bambu yang ada di dapur.
“Biarlah aku tinggal ke ladang dahulu dan kemudian mandi di belik. Setelah itu pulang dan minum air degan pasti segar……!” Pikir Ki Ageng Giring.
Ia pun kemudian meletakkan degan kelapa muda itu di paga.
Ki Ageng Giring segera ke ladang sesuai rencana. Sedangkan Nyi Ageng Giring telah lebih dahulu pergi ke ladang di tempat lain.
Sementara itu, perjalanan Ki Pemanahan ke rumah Ki Ageng Giring tidaklah terlalu jauh. Namun perjalanan di bukit Sewu itu naik turun dan tanah kapur. Matahari telah mulai menyengat. Tanah cadas berkapur itu memang tidak terlalu subur. Jalan yang dilalui oleh Ki Pemanahan juga tidak terlalu rindang. Perjalanan yang membuat gerah. Jalanan itu sudah sering dilalui oleh Ki Pemanahan di masa lalu. Jalan setapak itu pun tidak berubah seperti puluhan tahun yang lalu. Ki Pemanahan tidak mungkin akan tersesat sampai di rumah Ki Ageng Giring saudara seperguruannya.
Akhirnya Ki Pemanahan sampai juga di rumah Ki Ageng Giring.
Namun sepertinya rumah itu lengang.
“Kulanuwun……, kulanuwun….. Kakang, Mbakyu…., Kakang….., Mbakyu…..!” Ki Pemanahan memanggil-manggil, namun tidak ada yang menyahut.
Ki Pemanahan kemudian mendorong pintu yang telah ia lakukan sebagai kebiasaan di masa lalu.
Pintu pun terbuka karena memang tidak dikancing.
“Kakang……, Mbakyu….., Kakang…..!” Ki Pemanahan mengulangi memanggil saudaranya itu namun tetap tidak ada jawaban.
“Wooo…., rumahnya kosong. Pasti mereka berdua sedang ke ladang….!” Batin Ki Pemanahan.
Ki Pemanahan kemudian ke dapur untuk mencari kendi air dingin yang biasa tersedia di jagrag bambu. Ia sudah terbiasa melakukan itu di waktu yang lalu. Rumah ini sudah seperti rumah kedua bagi Ki Pemanahan.
Tiba-tiba Ki Pemanahan tertarik dengan degan kelapa muda yang ada di paga.
“Wah kebetulan sekali, siang yang gerah seperti ini minum air degan…..! Biarlah nanti aku memetik lagi untuk gantinya…..!” Pikir Ki Pemanahan.
Tanpa pikir panjang, degan kelapa muda kemudian diambilnya. Bendo pisau besar yang tajam di jepitan bambu segera ia ambil.
Degan kelapa muda segera diparas. Kemudian dicungkilnya daging kelapa muda di ujung buah.
Lobang sebesar ibu jari sudah cukup untuk meminum air degan kelapa muda tersebut.
Setelah perjalanan yang naik turun dan udara yang gerah membuat Ki Pemanahan begitu haus. Bagi Ki Pemanahan, air kelapa itu terasa segar dan sedikit berbeda dengan air kelapa yang biasa ia tenggak. Namun hal itu tidak menjadi perhatian dari Ki Pemanahan. Pohon kelapa memang ada beberapa jenis. Ada kelapa hijau yang segar, ada kelapa bersabut merah yang konon bisa sebagai obat, ada pula kelapa kopyor yang daging putihnya hancur bercampur air kelapa. Kelapa kopyor ini yang banyak dicari.
Air degan kelapa muda pun telah habis tuntas sekali tenggak. Tubuh Ki Pemanahan terasa segar.
Beberapa saat Ki Pemanahan duduk di dingklik kayu di teras samping. Ia kemudian teringat bahwa Ki Ageng Giring juga pasti kehausan jika pulang dari ladang.
Ki Pemanahan dengan cekatan memanjat pohon kelapa yang tidak terlalu tinggi di samping rumah Ki Ageng Giring.
Dipilihnya kelapa yang masih degan untuk mengganti degan yang telah ia habiskan. Degan pun diletakkan di tempat ketika ia mengambil degan yang telah dihabiskan. Degan yang ia letakkan lebih besar daripada degan sebelumnya. Wujudnya pun berbeda, kalau degan sebelumnya kulitnya hijau mulus. Sedangkan yang sekarang ada garis-garis kecoklatan.
Ki Pemanahan kembali duduk di teras samping sambil menunggu kepulangan Ki dan Nyi Ageng Giring.
……………….
Bersambung………
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.