Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(479)
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Ki Ageng Giring menawarkan kepada Raden Mas Danang Sutawijaya untuk menerobos langsung ke Kotagede. Tidak perlu berputar kembali ke Papringan kemudian belok ke timur sampai Karanglo dan kemudian belok ke selatan sampai Wiyara baru kemudian ke arah barat menuju Kotagede. Perjalanan itu berputar terlalu jauh. Namun jika langsung ke Kotagede sudah dekat. Tetapi harus lewat jalan setapak yang sudah dirintis dan di malam hari.
“Kami memilih untuk menerobos jalan setapak itu saja, Paman……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Yaaa……, jaraknya sudah dekat dengan Kotagede. Mungkin sepekan lagi jalan dari Papringan ke Kotagede telah tersambung. Dan gerobak muatan genteng dan batu-bata dari Berja akan bisa lewat…..!” Berkata Ki Ageng Giring.
Malam belum terlalu dalam ketika Raden Mas Danang Sutawijaya beserta Ki Dhandhang dan Ki Karep menerobos jalan setapak untuk langsung ke Kotagede.
Bagi Raden Mas Danang Sutawijaya dan dua orang yang menyertainya bukan masalah untuk menerobos lewat jalan setapak itu walau di malam hari.
Mereka sampai di ujung lahan yang sedang dibersihkan dengan lancar.
Suasana memang sepi, mungkin hampir semua yang mengerjakan pembersihan lahan sudah beristirahat. Namun memang ada yang bertugas jaga.
“Siapa mereka malam-malam seperti ini menerobos jalan setapak…..?” Bertanya yang sedang berjaga kepada rekannya.
“Pasti dari mereka yang sedang mengerjakan jalan. Karena tidak mungkin orang lain bisa melewati jalan itu tanpa diketahui oleh mereka yang sedang di barak di Papringan…..!” Sahut kawannya.
“Yaaa…..! Pasti ada yang penting dari mereka….!” Sahut yang lain.
“Mari kita songsong mereka…….!” Ajak kawannya.
Derap kuda semakin dekat, namun kuda itu memang berderap lambat.
“Maaf…..! Siapakah kalian yang di malam yang gelap ini masuk ke wilayah Kotagede yang sedang kami bangun……!” Sapa yang sedang berjaga.
“Heee……! Ini kami Paman…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya sambil meloncat turun.
“Ooh maaf Raden dan Adi Dhandhang dan Adi Karep……! Raden memang sedang ditunggu oleh para sepuh……!” Berkata orang yang menyongsong Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Heee…..! Ada apakah…..?” Bertanya Raden Mas Sutawijaya.
“Bukan hal yang terlalu penting, tetapi Raden memang sedang ditunggu sepertinya…..!” Berkata orang yang menyongsong itu.
“Ooh baiklah…..! Aku akan menghadap Uwa Mandaraka…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya.
Derap kaki kuda lebih cepat dari sebelumnya sehingga segera tiba di tempat kuda-kuda ditambatkan.
“Kalian bisa langsung ke pondok tempat beristirahat. Aku akan menghadap Paman Mandaraka…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya kepada Ki Dhandhang dan Ki Karep.
Tanpa istirahat, bahkan tanpa berganti pakaian, Raden Mas Danang Sutawijaya segera bergegas ke tempat Ki Juru Martani alias Ki Mandaraka beristirahat.
“Oooh….., Mas Danang sudah kembali…..?” Sapa Ki Mandaraka ketika Raden Mas Danang Sutawijaya tiba di teras pondok Ki Mandaraka.
“Salam bakti kami Uwa…..!” Jawab Raden Mas Danang Sutawijaya tanpa menjawab pertanyaan Ki Mandaraka.
“Sudah jadi nyekar di pusara Ki Tunggulwulung…..?” Bertanya Ki Mandaraka.
“Sudah Paman, tetapi kami memang lewat jalan sisi utara lewat Tempel….!” Jawab Raden Mas Danang setelah duduk di teras pondok itu.
“Jalan di sisi utara itu sudah ada dan lebih ramai dari pada di di sisi selatan…..!” Berkata Ki Mandaraka yang memang pernah mengembara lewat jalur jalan itu. Bahkan Ki Mandaraka pernah sampai di gunung Tidar.
“Ya sudah lebih ramai dan lebih lebar. Tetapi kami sedikit terhambat ketika sampai di Tempel……!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Rintangan apakah itu…..?” Bertanya Ki Mandaraka.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian bercerita seperti yang diceritakan kepada Ki Ageng Giring beberapa saat yang lalu.
…………….
Bersambung……….
(@ SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.