Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(592)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian mendekati tiga orang yang telah diringkus tadi.
“Kalian adalah tawananku…..! Antar aku ke bukit Tidar….! Aku ingin tahu ada apa di sana…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya yang mempunyai rencananya sendiri untuk menemui perguruan yang berada di bukit Tidar itu.
“Sangat berbahaya, Raden…..! Apakah kami akan disorongkan di kandang singa…..! Penghuni bukit Tidar sangat ganas…..!” Sahut salah seorang tawanan.
“Kalian hanya mengantar, akulah yang akan masuk kandang singa itu…..!” Dalih Raden Mas Danang Sutawijaya.
Raden Mas Danang Sutawijaya memang mempunyai rencananya sendiri. Tidar tidaklah terlalu jauh dari Mataram. Tidar dan sekitarnya nantinya harus menjadi penyangga kekuatan di sisi utara bagi Mataram. Kekuatan dari utara, jika akan ke Mataram pasti akan melewati kawasan Tidar. Lebih luasnya adalah wilayah Kedu.
Seperti halnya Sangkalputung dan Jatinom, Mataram harus bersahabat dengan dengan kedua wilayah itu. Kedua wilayah itu bisa menjadi penyangga Mataram di sisi timur.
Demikian pula Tanah Perdikan Menoreh serta Bagelen harus bersahabat dengan Mataram. Wilayah itu akan bisa menjadi penyangga bagi Mataram di sisi barat.
Raden Mas Danang Sutawijaya pun memikirkan wilayah selatan, Mangir untuk menjadi bagian dari Mataram seutuhnya.
Akhirnya mereka benar-benar berpisah. Rombongan empat orang berkuda, dua orang wanita muda yang cantik jelita serta dua orang pemuda, yang seorang tambun namun kekar dan yang seorang tinggi tampan tetapi ototnya pun terlihat kencang.
Pemuda yang tambun itu juntai cambuknya terlihat menggelantung di pinggangnya. Ujung cambuk yang terlihat diikatkan lempeng baja tajam. Yang terlihat itu yang membuat Raden Mas Danang Sutawijaya yakin bahwa mereka adalah sepasang murid orang bercambuk yang telah kondang.
“Selamat jalan semuanya…..! Suatu saat aku akan berkunjung ke Jatinom dan Sangkalputung…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Kami menunggu, Raden…..!” Jawab pemuda yang tambun.
“Aku yakin Ki Demang Sangkalputung akan segera mantu putrinya……!” Sindir Raden Mas Danang Sutawijaya sambil melirik ke wanita muda yang matanya berbinar.
“Terimakasih Raden…..!” Jawab wanita muda yang matanya berbinar itu singkat.
Wanita itu adalah adik dari pemuda tambun yang telah berpacangan pemuda tampan itu.
Mereka berempat segera meloncat ke punggung kuda untuk melanjutkan perjalanan.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian melepaskan ikatan tangan orang-orang yang akan mencuri kuda.
“Jika kalian ingin mencoba melawan aku, lawanlah…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Tentu kami tidak akan berani melawan Raden, kami telah mengetahui siapa Raden yang sesungguhnya…..!” Berkata salah seorang dari mereka.
Walau ketiga orang itu adalah para murid perguruan Kaliangkrik yang memiliki bekal olah kanuragan yang cukup, namun di hadapan putra Ki Ageng Mataram mereka merasa tak sebanding.
“Marilah kita berangkat….!” Ajak Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Terima kasih atas pertolongan Raden……!” Berkata salah seorang tukang satang yang masih berada di tempat itu.
“Kita memang seharusnya saling tolong menolong…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
Mereka, termasuk para tukang satang yang merubung di tempat itu tidak mengira bahwa orang yang pakaiannya masih basah itu adalah putra Kanjeng Sultan Pajang. Mereka masih terpana mengiringi kepergian mereka. Mereka juga tidak mengira bahwa empat orang berkuda tadi adalah rombongan menantu dan putri Ki Gede Menoreh yang akan kembali ke Sangkalputung. Para tukang satang merasa bersyukur atas pertolongan dari putra Ki Ageng Mataram sehingga perahu mereka tidak hanyut bersama kerbau-kerbau.
Namun akhirnya mereka semua telah meninggalkan tepi kali Praga itu.
………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo.