Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(684)
Mataram.
Seri Panembahan Senopati.
Kedua prajurit jaga yang mendengar cerita Lasa itu saling berpandangan. Mereka heran jika sampai terjadi seperti yang diceritakan itu. Semestinya prajurit mengetahui jika ada orang lain masuk ke lingkungan keputren. Karena jalan satunya untuk masuk dan keluar keputren pasti lewat gardu jaga. Para prajurit jaga itu tidak memperhitungkan sama sekali bahwa pintu butulan bisa dilewati orang luar. Dan jika ada orang luar yang lewat pintu butulan pasti sepengetahuan Gusti Putri Sekar Kedaton atau yang dipercaya memegang kunci.
“Lasa….! Kau jangan mengarang cerita. Jika benar yang kau ceritakan itu, itu adalah masalah besar, bukan sepele. Karena menyangkut keselamatan Gusti Putri Sekar Kedaton. Dan juga kewibawaan raja….!” Berkata prajurit jaga.
“Apa untungnya aku berbohong kepada kalian….? Aku bercerita ini juga sebagai bentuk tanggungjawab-ku…..!” Sanggah Lasa bersungguh-sungguh karena merasa kurang dipercaya.
“Baik….! Aku percaya. Masalah ini bukan sekedar masalah kami, tetapi ranahnya senopati _njeron beteng…..!” Berkata salah seorang prajurit.
“Baiklah aku akan menghadap sang senopati. Lasa jangan pergi dulu, siapa tahu keterangannya diperlukan…..!” Berkata prajurit lainnya.
“Dari pada nanti di sini menjadi perhatian orang yang lewat, sekalian saja menghadap sang senopati bersama Lasa…..!” Usul prajurit yang lainnya.
“Baik…..! Ayo Lasa, kita menghadap sang senopati. Ini juga sebagai bentuk tanggungjawab-mu…..!” Ajak prajurit jaga.
“Ayo…..! Aku tidak berkeberatan……!” Jawab Lasa.
Senopati Njeron Beteng heran karena prajurit jaga berkunjung bersama Lasa. Lasa yang sudah ia kenal sebagai juru taman keputren.
“Bakti kami sang senopati….!” Berkata prajurit juga. Demikian pula Lasa.
“Ya aku terima bakti kalian. Tumben bersama Lasa….!” Berkata Senopati Njeron Beteng.
Prajurit itu setelah saling berkabar keselamatan, kemudian mempersilahkan Lasa untuk menceritakan apa yang disaksikan di bangsal keputren tempat tinggal Gusti Putri Sekar Kedaton.
Lasa kemudian menceritakan lebih runtut dan rinci dari pada ketika di gardu jaga.
“Sudah diketahui oleh khalayak, siapa Raden Pabelan itu, Gusti Senopati…..!” Imbuh Lasa.
“Yaa…., aku mengerti…..! Ini sekarang menjadi urusan kami. Kau prajurit tetap berjaga seperti biasa. Jangan kau ceritakan kepada siapapun kecuali kepada kawanmu yang berjaga sekarang. Bahkan kepada prajurit jaga berikutnya pun jangan kau ceritakan…..! Dan kau Lasa, kau tetap berkerja seperti biasa. Seakan tidak terjadi apa-apa. Bahkan kau berpura-pura tidak tahu……! Kau paham Lasa…..?” Bertanya sang senopati.
“Yaa…, Lasa paham, Gusti Senopati….!”
Jawab Lasa.
“Setelah bekerja, petang nanti kau langsung pulang saja dan jangan berbincang dengan para abdi keputren……!” Perintah Senopati Njeron Beteng.
“Baik Gusti Senopati, Lasa paham…..!” Jawab Lasa.
“Sudah….! Sekarang kembalilah. Seakan tidak terjadi apapun…..!” Perintah sang senopati.
Sesampai di gardu jaga, prajurit yang tadi menghadap sang senopati telah menyampaikan perintah dari sang senopati. Prajurit jaga itu pun paham maksud dari sang senopati. Mereka bersikap seakan tidak ada kejadian apapun. Juga kepada sejawat yang nanti menggantikannya.
Sementara itu, Senopati Njeron Beteng yang bertanggung jawab untuk seluruh kawasan keraton segera menemui Senopati Telik Sandi. Bagi kedua orang senopati itu, masalah ini bukan masalah sepele. Mereka tahu siapakah Raden Pabelan itu. Mereka tidak rela jika Gusti Putri Sekar Kedaton menjadi korban tingkah laku Raden Pabelan.
Bisa dipastikan Gusti Putri Sekar Kedaton tidak tahu siapa sesungguhnya Raden Pabelan itu. Yang ia lihat hanya pandangan pertama yang memang menarik dari Raden Pabelan.
“Apa yang akan kita lakukan Kakang Senopati…..?” Bertanya Senopati Telik Sandi.
“Marilah kita rancang bersama…..!” Jawab Senopati Njeron Beteng.
…………….
Bersambung……….
(@SUN-aryo)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Kunjungi pula situs saya di Youtube. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook.