Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(818)
Mataram.
Dua pasukan besar telah saling berhadapan, pasukan Pajang yang patuh kepada Sultan Pangiri berada di sisi utara alun-alun. Pasukan besar yang dipimpin oleh banyak senopati.
Sedangkan pasukan yang setia kepada Pangeran Benawa berada di sisi selatan. Pasukan berkuda dari Mataram berada di paling depan tengah. Pasukan dari barak Jatinom berada di sisi kirinya. Sedangkan pasukan yang dipimpin oleh Pangeran Benawa berada di belakang, pasukan yang tanpa tanda kebesaran. Mereka hanya berpakaian seperti orang kebanyakan.
Namun Senopati Wirasekti menahan pasukan yang di sisi utara untuk jangan bergerak dahulu sebelum ada aba-aba. Yang bergerak maju hanya pasukan pengawal raja yang dipimpin langsung oleh Sultan Pangiri dan Senopati Wirasekti sendiri.
“Di mana Kangmas Pangeran Benawa, Kakang……? Setelah Kakang berhasil melumpuhkan Gagak Baning, berikutnya Kangmas Pangeran Benawa yang diringkus, hidup atau mati……!” Berkata Sultan Pangiri sambil berjalan menuju pasukan lawan.
“Sepertinya Pangeran Benawa tidak berani menampakkan diri…..!” Jawab Senopati Wirasekti.
Demikian pula pasukan yang berada di sisi selatan tidak bergerak pula. Hanya Panembahan Senopati seorang diri yang kemudian meloncat turun dari kudanya. Ia melangkah maju seorang diri dengan kepercayaan diri yang tinggi. Diam-diam, Panembahan Senopati telah mengetrapkan ilmu kebal dan ilmu kesaktian yang lain. Dan tombak Kiai Plered yang dahulu berhasil untuk membunuh Sultan Harya Penangsang telah berada di genggaman.
Mereka yang menyaksikan berdebar- debar dengan kenekatan Panembahan Senopati tersebut. Bagaimana mungkin ia berani menghadapi seluruh pasukan hanya seorang diri.
Sultan Pangiri tersenyum, ia menganggap Panembahan Senopati itu terlalu sombong. Ia merasa bahwa Panembahan Senopati bukanlah saudara, karena hanya anak angkat dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya yang telah berkhianat. Sedangkan dia adalah menantu Sultan Hadiwijaya yang terdekat.
“Ayo kita hadapi bersama, Kakang…..!” Berkata Sultan Pangiri yang sesungguhnya kurang percaya diri jika harus menghadapi seorang diri.
“Baik Kanjeng Sultan…..!” Jawab Senopati Wirasekti.
Mereka pun semakin dekat dengan Panembahan Senopati yang berjalan seorang diri.
“Kau terlalu sombong Kangmas Danang……!” Sapa Sultan Pangiri tanpa basa-basi.
“Aku tahu sejak semula Dimas Pangiri tidak suka kepada Danang Sutawijaya. Sekaranglah saatnya untuk melampiaskan dendam itu Dimas…..!” Jawab Panembahan Senopati yang sedikit lebih muda dari Sultan Pangiri. Walaupun Sultan Pangiri adalah adik ipar.
Namun yang mengejutkan Sultan Pangiri adalah sikap dari Senopati Wirasekti.
“Maaf Kanjeng Sultan, ini urusan keluarga keraton Pajang. Saya tidak ingin ikut campur. Silahkan diselesaikan antar keluarga……!” Berkata Senopati Wirasekti.
“Kakang……! Apa maksudnya ini…..!” Berkata Sultan Pangiri dengan nada keras.
Namun jawaban Senopati Wirasekti mengejutkan semua orang. Dengan lantang ia berseru; “Seluruh pasukan jangan bergerak…..!”
Namun Senopati Wirasekti kemudian memberi aba-aba kepada pasukan pengawal raja untuk mengikutinya.
Semua yang menyaksikan terkejut ketika Senopati Wirasekti dan pasukannya tidak menyerang pasukan Mataram. Pasukan itu justru berbaris menuju ke sisi kanan pasukan Mataram. Pasukan Mataram pun tidak menyambut dengan serangan.
Yang mengejutkan, pasukan pengawal raja untuk Sultan Pangiri itu kini bergabung menjadi bagian dari pasukan Mataram.
“Seluruh pasukan jangan bergerak…..! Urusan keluarga keraton biarlah diselesaikan antar keluarga…..!” Seru Senopati Wirasekti dengan lantang yang tiba-tiba Pangeran Benawa telah berada di samping Senopati Wirasekti.
“Pengkhianatan……!” Teriak Sultan Pangiri yang tiba-tiba menyerang Panembahan Senopati dengan pedang.
Panembahan Senopati pun berkelit menghindari serangan dari Sultan Pangiri.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.