Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(828)
Mataram.
Sementara itu, di Mataram, Panembahan Senopati heran. Karena hampir semua adipati di bang Wetan memberi jawaban yang serupa, berupa penolakan. Penolakan untuk hadir di pasewakan agung yang akan diselenggarakan di Mataram. Bahkan hampir semua pula menyatakan penolakan dengan kasar.
Menurut perhitungan dari Panembahan Senopati, hal tersebut pasti karena ada bujukan dari salah seorang adipati. Panembahan Senopati ingin tahu, siapa adipati yang membujuk para adipati tersebut.
“Apakah Angger Panembahan tidak bisa menduga, siapa adipati tersebut….?” Bertanya Ki Juru Martani.
“Akan kami kirim para prajurit sandi pilihan ke Madiun untuk memastikan dugaan itu, Uwa….!” Berkata Panembahan Senopati yang menduga bahwa Adipati Rangga Jumena yang menjadi pembujuk para adipati di bang wetan.
“Baik….., kalau perlu senopati telik sandi sendi yang ikut dikirim ke Madiun…..!” Berkata Ki Juru Martani.
“Baik Uwa…., akan segera Danang laksanakan…..!” Jawab Panembahan Senopati.
Dalam pada itu, Panembahan Senopati menyambut gembira karena hampir semua adipati di wilayah bang tengah hampir semuanya menyatakan kesediaannya untuk hadir dalam pasewakan agung yang akan dilaksanakan di Mataram beberapa hari mendatangkan. Bahkan Ki Gede Banyubiru pun bersedia hadir dalam pasewakan agung nantinya. Demikian pula Ki Gede Menoreh. Namun demikian, Panembahan Senopati belum akan melibatkan wilayah Pasundan dan Sunda Kelapa. Ia tahu bahwa Sunda Kelapa telah kembali dikuasai oleh bangsa kulit putih. Hal tersebut akan ia pikirkan di kemudian hari. Ia pun tahu bahwa bangsa kulit putih memiliki pasukan yang kuat dengan senjata letus yang sulit ditandingi.
Yang paling utama adalah memperkuat kedudukan Mataram terlebih dahulu. Dan juga memperkuat pasukan Mataram secara menyeluruh.
Hari yang ditentukan untuk pasewakan agung telah dekat. Persiapan untuk menyambut para adipati atau yang mewakili telah dipersiapkan. Mereka memperkirakan, yang hadir bukan hanya sang adipati seorang diri, tetapi hampir pasti akan diiringi oleh bregada prajurit. Mereka hampir pasti pula berkuda atau naik kereta. Dengan demikian, persiapannya harus benar-benar matang. Harapannya, para tamu akan mendapat kesan yang baik tentang Mataram.
Bahkan kini bangunan keraton Mataram telah diperindah. Demikian pula telah dibangun bangunan Siti Hinggil yang lebih luas dan lebih tinggi dari pendapa sebelumnya. Di Siti Hinggil terdapat pula tahta singgasana yang terukir elok yang dilapisi mas dan perak, sungguh indah. Di pinggir alun-alun telah terpasang berbagai macam rontek dan umbul-umbul kebesaran setiap kesatuan pasukan dengan berbagai gambar sebagai lambang.
Tempat penginapan pun telah disediakan sebaik mungkin untuk menyambut para priyagung dari berbagai kadipaten. Mataram sebagai tuan rumah tidak ingin mengecewakan para tamu undangan yang diharapkan nantinya menjadi sekutu dari Mataram. Bahkan menjadi bagian dari Mataram.
Di hari berikutnya, para utusan yang dari jauh justru telah tiba terlebih dahulu. Mereka yang dari Tegal dan Pekalongan telah tiba. Hampir dari mereka semua belum pernah menginjakkan kaki di Mataram. Namun mereka telah mendengar tentang Mataram. Bahwa Mataram dahulu, bahkan belum terlalu lama adalah sebuah hutan yang sangat lebat dan berbahaya, hutan Alas Mentaok. Namun kini mereka kagum karena telah menjadi sebuah negeri yang tertata rapi. Demikian pula dengan alun-alun yang luas dan tertata rapi dengan dua pohon ringin yang dipangkas melingkar. Rumput hijau menutupi seluruh permukaan tanah yang lapang itu.
Di tepian alun-alun itu telah berjejer bangunan terbuat dari kayu namun terlihat kokoh untuk berbagai keperluan pemerintahan Mataram.
Mereka juga telah mendengar tentang penyerbuan pasukan Pajang ke Mataram yang gagal total.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.