Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(829)
Mataram.
Mereka disambut oleh para penerima tamu yang telah ditugaskan oleh Panembahan Senopati. Sambutan yang ramah dan hangat. Mereka telah ditempatkan di tempat yang pantas dan layak bagi para adipati dan para pengiringnya. Panembahan Senopati pun bergegas menemui para adipati yang telah hadir tersebut.
Masih dua hari lagi pasewakan agung negeri Mataram yang pertama akan dilaksanakan. Namun sore hari itu telah berdatangan pula Adipati Banyumas dan para pengiringnya. Mereka memang sengaja tidak terlalu mepet waktunya dengan penyelenggaraan pasewakan agung itu. Hampir sama dengan mereka yang hadir terlebih dahulu, mereka juga kagum akan perkembangan Mataram yang sebelumnya adalah hutan belantara dan gawat kaliwat-liwat – Alas Mentaok. Bangunan keraton dan Siti Hinggil yang masih baru itu juga terlihat megah, lebih megah daripada keraton Pajang. Perkampungannya pun tertata rapi dengan rumah-rumah sedikit berjauhan sehingga setiap rumah memiliki pekarangan yang cukup luas. Hampir semua ruas jalan dengan lajur arah utara-selatan dan barat-timur sehingga terlihat teratur.
Menjelang petang berdatangan utusan dari Jepara yang jumlahnya cukup banyak. Panembahan Senopati dan Ki Juru Martani bergegas menyambutnya karena Kanjeng Ratu Kalinyamat sendiri yang telah sepuh berkenan hadir. Hadir pula Pangeran Jepara yang saat itu sebagai pelaksana tugas adipati Jepara karena Kanjeng Ratu Kalinyamat telah sepuh.
Karena hari telah menjelang petang, mereka langsung diantar ke tempat singgah yang telah disiapkan.
Ki Juru Martani, Ki Ageng Giring dan Ki Demang Karanglo juga sempat menemui Kanjeng Ratu Kalinyamat. Mereka berbincang hangat karena usianya yang hampir sebaya. Namun para petinggi Mataram itu berbesar hati karena kehadiran Kanjeng Ratu Kalinyamat memiliki arti yang penting bagi Mataram secara keseluruhan.
Sampai menjelang petang hari itu, persiapan tempat untuk perhelatan pasewakan agung telah hampir rampung. Teratak dan tempat duduk tambahan untuk para tamu undangan pun telah tertata. Besuk tinggal memasang rontek, umbul-umbul, pataka dan aneka hiasan dari janur kuning. Mataram sebagai tuan rumah untuk pasewakan agung yang pertama kali itu ingin memberi kesan yang baik bagi para tamu undangan.
Sementara itu, di Madiun, Adipati Rangga Jumena telah mengundang pula para adipati di bang wetan. Mereka mengadakan pertemuan besuk pagi atau sehari lebih dahulu dari pasewakan agung yang diselenggarakan di Mataram. Mereka ingin menentukan sikap lebih dahulu dari mereka yang hadir di Mataram. Kedudukan para adipati di bang wetan tersebut setara antar adipati. Tidak ada yang merasa lebih berkuasa dari yang lain. Namun mereka akan menggalang kerjasama untuk mempertahankan kadipaten di antara mereka. Kadipaten yang satu mendapat ancaman, maka kadipaten yang lain wajib membantu. Demikian sebaliknya.
Di hari berikutnya, pasewakan antar adipati yang didampingi para senopati masing-masing di bang wetan benar-benar telah terselenggara. Mereka sungguh-sungguh telah mendapatkan kesepakatan di antara mereka. Secara khusus memperbincangkan pula tentang kemungkinan ancaman dari Mataram dan kadipaten-kadipaten yang tergabung dengan Mataram.
Kesepakatan-kesepakatan para adipati di bang wetan tersebut telah didengar pula oleh para prajurit sandi yang berpihak kepada Mataram. Karena keputusan-keputusan itu memang tidak dirahasiakan oleh mereka yang hadir di pasewakan yang di Madiun itu.
Dua orang prajurit sandi yang telah mendengar keputusan-keputusan itu segera memacu kudanya untuk mengabarkan ke Mataram. Namun demikian, para prajurit sandi yang lain tetap di tempatkan di Madiun untuk mengetahui setiap perkembangan di Madiun dan sekitarnya.
“Mataram harus tahu sebelum pasewakan agung esok hari di selenggarakan…..!” Berkata salah seorang prajurit sandi.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.