Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(876)
Mataram.
Beberapa saat kemudian telah terbentuk lingkaran arena di tempat yang cukup lapang.
Adipati Pragola telah melangkah tegap penuh percaya diri menuju ke tengah arena. “Kini saatnya Pati unjuk diri, tidak lagi di bawah bayang-bayang Mataram lagi…..!” Batin Adipati Pragola dengan kepercayaan diri yang tinggi.
Para prajurit Pati pun berbesar hati menyaksikan tegap dan gagahnya adipati mereka yang tinggi besar dan berkumis tebal. Mereka pun tahu bahwa ia adalah seorang adipati putra dari Ki Penjawi yang berilmu tinggi.
Mereka pun yakin bahwa tanpa peperangan besar antar dua pasukan, pasukan Mataram akan menyerah dengan sendirinya karena Panembahan Senopati dikalahkan oleh Adipati Pragola.
Adipati Pragola telah sampai di tengah-tengah arena, tetapi Panembahan Senopati belum beranjak dari tempatnya. Adipati Pragola maupun para prajurit Pati mengira bahwa Panembahan Senopati jeri mengetahui gagah dan tinggi besarnya Adipati Pragola. Hampir saja Adipati Pragola berteriak memanggil kakak iparnya itu ketika tiba-tiba semua yang menyaksikan terkejut bukan kepalang. Hanya beberapa kejap Panembahan Senopati bagai terbang dengan tiga empat loncatan telah sampai di hadapan Adipati Pragola. Bahkan para senopati yang berilmu tinggi pun mengagumi pula. Namun murid orang bercambuk yang lebih tua hanya tersenyum karena jika dikehendaki, ia pun mampu melakukannya.
Tidak ada yang memberi aba-aba ketika kemudian para prajurit Mataram bertepuk tangan mengagumi Panembahan Senopati yang bagai terbang itu. Bagi Panembahan Senopati hal tersebut merupakan hal yang biasa, karena ia terbiasa berjalan cepat dengan meloncat dari batu ke batu dahulu ketika menyusur sungai Opak dari Mataram ke laut Kidul.
Merah padam wajah Adipati Pragola karena merasa disepelekan oleh Panembahan Senopati, terlebih tepuk tangan yang riuh rendah karena mengagumi kakak iparnya itu.
“Seperti anak kecil pamer loncat-loncatan, Kangmas…..?” Sapa Adipati Pragola untuk membesarkan hatinya sendiri.
“Hanya agar Dimas tidak terlalu lama menunggu jika aku hanya berjalan seperti siput…..!” Dalih Panembahan Senopati.
“Marilah kita mulai, Kangmas…..!” Tantang Adipati Pragola tanpa basa-basi.
“Apakah perkelahian ini tanpa aturan sama sekali Dimas…..?” Bertanya Panembahan Senopati.
“Hanya satu aturannya, yakni yang kalah harus menyerah bersama seluruh pasukannya….!” Jawab Adipati Pragola yang ingin segera menunjukkan bahwa ia akan dengan mudah menundukkan kakak iparnya yang umurnya tak terpaut banyak itu.
Dalam pada itu, seluruh prajurit dari kedua kubu terdiam, mereka menunggu apa yang akan segera terjadi. Mereka memang melihat kedua orang di tengah arena itu sedang berbincang, tetapi mereka tidak mendengar apa yang mereka perbincangkan.
Mereka pun tidak melihat kedua orang di tengah arena itu memegang senjata apapun. Mungkin saja mereka akan beradu ilmu jayakasantikan.
Namun tiba-tiba mereka terkejut ketika mereka melihat Adipati Pragola Pati mengayunkan hantaman tangan dengan sangat cepat dan pasti sangat kuat ke arah Panembahan Senopati. Dan jika yang dihantam itu seorang prajurit biasa atau bahkan seorang senopati sekalipun pasti akan langsung terkapar tak mampu bangkit. Karena hantaman dari Adipati Pragola itu telah dilambari dengan ilmu tenaga dalamnya yang tinggi. Bahkan kemudian terdengar para prajurit mendesah hampir berbarengan; “Auuuch….!”
Namun yang diserang adalah Panembahan Senopati yang kaya akan pengalaman. Dengan ringannya ia mengelak ke samping sehingga hantaman Adipati Pragola Pati hanya menerpa angin. Bahkan kemudian sang adipati itu terhuyung oleh kekuatannya sendiri. Sesungguhnya kesempatan yang sangat terbuka bagi Panembahan Senopati untuk melancarkan serangan balasan. Namun hal itu tidak dilakukan. Para prajurit Mataram-lah yang sedikit kecewa karena Panembahan Senopati menyia-nyiakan kesempatan.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.