Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(878)
Mataram.
Panembahan Senopati segera melolos sebatang tongkat kecil dan pendek yang terselip di pinggangnya. Yang sebelumnya tidak terlihat karena tertutup kain. Ia namakan tongkat Sada Lanang. Tongkat baja putih yang tidak lebih panjang dari dua jengkal. Tongkat yang kedua ujungnya tumpul. Senjata sederhana yang tidak dirancang untuk membunuh lawan, namun bisa untuk melumpuhkan lawan tanpa membunuh. Berbeda dengan senjata di tangan Adipati Pragola, keris pusaka yang pasti memiliki warangan – bisa racun yang mematikan. Jika seseorang tergores kecil sekalipun tentu akan meregang nyawa.
“Jangan salahkan Pragola jika goresan senjata pusaka ini melukai Kangmas Panembahan dan akibatnya…..!” Sesumbar Adipati Pragola.
“Aku tahu Dimas…..! Keris pusaka itu pasti sangat berbahaya. Semoga tongkat kecil ini mampu melindungi aku….!” Berkata Panembahan Senopati.
“Kangmas Panembahan terlalu sombong….!” Berkata Adipati Pragola.
“Sepertinya sebaliknya yang terjadi…..! Aku tidak mengira bahwa nafsu berkuasa dari Dimas Pragola begitu tinggi….!” Sanggah Panembahan Senopati.
“Pati dan Mataram seharusnya memiliki kedudukan yang sama. Pati tidak di bawah kuasa Mataram…..!” Dalih Adipati Pragola.
“Jika ada matahari kembar tentu tanah ini tak akan pernah tentram…..!” Dalih Panembahan Senopati pula.
Mereka semua yang menyaksikan dari kedua kubu berdebar-debar. Mereka tidak tahu apa yang mereka perbincangkan. Tetapi mereka melihat bahwa Adipati Pragola telah memegang senjata pusaka keris tanpa luk yang terhunus. Tentu sebuah senjata pusaka yang sangat berbahaya.
Sedangkan Panembahan Senopati hanya memegang sebuah tongkat kecil yang berkilau. Bagi mereka yang menyaksikan, tentu sangat berbahaya bagi Panembahan Senopati. Mereka tahu bahwa Panembahan Senopati memiliki senjata pusaka yang ampuh yakni tombak Kiai Plered yang mampu merobek perut Harya Penangsang yang kondang sakti mandraguna. Namun yang dipegang oleh Panembahan Senopati kini bukanlah tombak Kiai Plered, namun hanya sebuah tongkat kecil.
Semua yang menyaksikan semakin berdebar ketika menyaksikan Adipati Pragola menyerang Panembahan Senopati dengan garang. Bahkan keris pusaka itu lebih panjang dari tongkat kecil di tangan Panembahan Senopati. Perawakan dari Adipati Pragola pun lebih gagah, lebih tinggi dan lebih besar. Dengan demikian jangkauan dari Adipati Pragola pun lebih panjang.
Seperti pertarungan sebelumnya, Panembahan Senopati lebih banyak berkelit dan menghindar. Namun sesekali mencoba menangkis keris pusaka itu dengan tongkat kecilnya. Dentangan logam pilihan itu terdengar sampai jauh di belakang barisan pasukan kedua kubu. Itu pertanda bahwa keduanya menyalurkan tenaga yang sangat kuat.
Adipati Pragola terkejut bukan kepalang karena hampir saja keris pusakanya terlepas. Beruntung ia masih mampu menguasainya. Ia pun kemudian meloncat mundur untuk bersiap lebih berhati-hati. Ia memang tidak mengira bahwa hantaman tongkat kecil itu begitu kuatnya.
Dalam pada itu, murid orang bercambuk yang tambun geregetan tidak sabar. Mengapa Panembahan Senopati yang ia ketahui berilmu tinggi itu tidak segera menyerang dengan puncak ilmunya sehingga pertarungan segera berakhir. Jika ia sendiri yang menjadi lawan dari Adipati Pragola itu, tentu telah ia libas dengan ilmu cambuk yang ia kuasai. Namun berbeda cara pandang dari murid yang tambun itu dengan murid yang lebih tua dan lebih matang, walau ia sebenarnya adalah adik iparnya. Ia memahami cara bertempur dari Panembahan Senopati itu. Panembahan Senopati pasti tidak ingin serta merta menundukkan lawan yang juga adik iparnya itu. Panembahan Senopati pasti menghargai karena Adipati Pragola tidak membunuh Raden Mas Jolang yang merupakan keponakannya ketika bertempur beberapa hari yang lalu.
Kini Adipati Pragola semakin garang menerjang Panembahan Senopati dengan keris pusakanya.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.