Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(882)
Mataram.
Sementara itu, perjalanan pasukan Pati masih diikuti oleh pasukan Mataram pimpinan Raden Gagak Baning dan pasukan dari barak pasukan dari Jatinom. Pasukan dari barak di Jatinom dipimpin oleh sang senopati sendiri dan didampingi oleh dua orang murid bercambuk.
Mereka mengambil jarak yang tidak terlalu dekat, namun juga tidak terlalu jauh.
Para senopati dari pasukan Pati sebenarnya risih juga diikuti oleh pasukan Mataram tersebut. Sehingga salah seorang senopati yang merasa berilmu tinggi tak tertandingi meminta kepada Adipati Pragola ketika sedang beristirahat.
“Mohon perkenan dari Kanjeng Adipati untuk melawan pasukan yang selalu membuntuti itu, Kanjeng……!” Berkata salah seorang senopati.
“Biarlah mereka mengikuti kita. Mereka berhak untuk meyakinkan bahwa kita telah benar-benar ke luar dari telatah Mataram…..!” Jawab Kanjeng Adipati Pragola yang tangannya telah dibebat kain itu.
“Namun kami tidak rela jika pasukan ini digiring seperti kambing gembalaan. Pasukan ini sangat direndahkan oleh mereka. Kalau diperkenankan, wibawa pasukan dan kadipaten Pati akan kami junjung…..!” Lanjut senopati yang merasa berilmu tinggi namun belum sempat unjuk gigi dalam pertempuran yang sesungguhnya. Bahkan, jika ia mendapat kesempatan melawan Panembahan Senopati, ia akan mampu menandingi. Sesungguhnya, ketika ia menyaksikan pertempuran antara Adipati Pragola melawan Panembahan Senopati, ia ingin menggantikannya. Namun ketika itu ia yakin bahwa Adipati Pragola akan mampu mengatasinya. Namun ternyata tidak mampu dan bahkan kini terluka.
“Apa maksudmu, Kakang Darudeksa…..?” Bertanya Adipati Pragola yang memang belum tahu maksud dari senopati-nya yang bernama Darudeksa tersebut.
“Seperti yang terjadi dengan Kanjeng Adipati ketika melawan Panembahan Senopati. Darudeksa ingin menunjukkan bahwa pasukan Pati memiliki harga diri. Darudeksa ingin menantang perang tanding melawan salah seorang dari senopati Mataram yang membuntuti itu. Darudeksa yakin senopati Mataram tak akan ada yang mampu menandingi Darudeksa. Walau pasukan Pati tetap harus kembali ke Pati, namun wibawanya tetap terangkat dengan menundukkan senopati Mataram…..!” Lanjut senopati yang bernama Darudeksa tersebut.
Kanjeng Adipati Pragola masih belum menjawab. Ia pun tahu bahwa senopati Darudeksa yang telah separuh baya itu memang berilmu tinggi. Dia adalah kepercayaan utama dari Adipati Pragola. Dan sepertinya permintaan dari senopati-nya itu masuk di akal pula.
“Sepertinya benar yang dikatakan oleh Kakang Darudeksa tersebut, Kanjeng. Kami yakin bahwa Kakang Darudeksa mampu mengatasi siapaun senopati dari Mataram yang berani menghadapinya…..!” Sela salah seorang senopati yang lain.
“Benar Kanjeng Adipati, kami juga mendukung maksud dari Kakang Darudeksa tersebut…..!” Sela senopati yang lain lagi yang tahu bahwa senopati Darudeksa memang berilmu tinggi. Bahkan mungkin tertinggi ilmunya dibanding dengan para senopati yang lain.
Kanjeng Adipati sesungguhnya juga tidak ingin jika pasukan Pati kembali begitu saja dengan membawa kekalahan. Namun saat itu, sakit tangannya yang patah tak tertahankan. Sehingga pilihan yang paling baik adalah mundur dari medan pertempuran. Namun kini masalahnya berbeda. Pasukan Pati walau harus kembali ke Pati tetapi harus membawa kebanggaan pula. Nanti akan ada yang bisa dibanggakan ketika telah tiba di Pati.
“Baiklah jika kalian telah mantap. Namun jangan bawa-bawa namaku….!” Berkata Adipati Pragola akhirnya.
“Oooh terimakasih Kanjeng Adipati. Akan kami junjung tinggi kebesaran nama pasukan Pati. Darudeksa akan mampu menunjukkan bahwa kami memiliki harga diri….!” Berkata senopati Darudeksa dengan penuh semangat.
Para senopati yang ikut dalam perbincangan itu pun menyambut gembira atas perkenan dari Kanjeng Adipati Pragola tersebut.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.