Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(895)
Mataram.
Sambil menunggu tata upacara pemberangkatan dan pemakaman, mereka berbincang tentang berbagai hal. Namun sebagian besar dari mereka memuji kerendahan hati dan budi luhur dari Sultan Benawa. Mereka merasa sayang karena Sultan Benawa begitu cepat meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Namun semua tidak mengetahui gerah apa yang diderita oleh Sultan Benawa sehingga tak tertolong jiwanya. Seperti halnya gerahnya Sultan Hadiwijaya dahulu dan juga Ki Pemanahan. Namun yang tak kalah menjadi perbincangan adalah masa depan Pajang. Siapakah yang akan menjadi penerus memegang kekuasaan di Pajang. Putra-putri dari Sultan Benawa belum ada yang dewasa yang siap menjadi penerus ayahandanya.
Sementara itu, Panembahan Senopati sempat mengadakan pembicaraan di bangsal yang tertutup bersama Senopati Wirosekti dan seorang senopati dan seorang Tumenggung di Kasultanan Pajang. Hadir pula Raden Gagak Baning, Raden Singosari, Raden Ketompe, Senopati pasukan Jatinom, dan dua orang murid orang bercambuk.
Mereka diajak untuk membicarakan masa depan Pajang. Jangan sampai pemerintahan di Pajang sampai kosong. Harus segera ada yang menggantikan kedudukan Sultan Benawa sebagai adipati Pajang. Jika berlarut bisa saja terjadi perebutan kekuasaan seperti pada zaman Pangeran Pangiri dahulu.
Senopati Wirasekti yang selama ini memang menjadi kepercayaan dari Sultan Benawa menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan dari Panembahan Senopati. Ia menyadari bukan dari bagian pewaris tahta Kasultanan Pajang.
Dengan tegas dan lugas, Panembahan Senopati menyampaikan rencananya.
Hampir semuanya terkejut dengan keputusan dari Panembahan Senopati tersebut. Bahkan yang bersangkutan pun terkejut pula. Namun kemudian semuanya bisa menerima keputusan dari Panembahan Senopati tersebut. Dan keputusan itu akan ia sampai pada saat terakhir sebelum jasad dari Sultan Benawa diberangkatkan ke pemakaman.
Rangkaian tata upacara pemberkatan jenasah pun telah dilalui. Mereka yang hadir untuk ikut berbela sungkawa mengikuti dengan khidmat dan hormat seluruh rangkaian tata upacara. Hampir tidak ada satupun yang meninggalkan tempat sebelum tata upacara berakhir. Bahkan yang hadir sampai memenuhi pendapa, halaman depan dan kiri kanan keraton. Bahkan meluber sampai jalan dan lorong-lorong di sekitar keraton. Itu bukti bahwa Sultan Benawa dihormati dan dicintai oleh kawula.
Pada saat terakhir sambutannya, membuat seluruh yang hadir hening. Mereka menunggu apa yang akan disampaikan oleh Panembahan Senopati. Ketika sebelumnya Panembahan Senopati mengatakan bahwa akan menetapkan seseorang yang akan menggantikan kedudukan sebagai penerus Sultan Benawa.
Hampir semuanya tidak bisa menerka siapa yang akan ditetapkan. Mereka hanya bisa menduga-duga.
“Dalam kesempatan ini aku – Panembahan Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama yang berkuasa di Mataram, menetapkan bahwa yang meneruskan pemerintahan dan duduk di tahta keraton Pajang adalah Raden Gagak Baning…..!”
“Oooo….., Raden Gagak Baning….., Raden Gagak Baning…., Raden Gagak Baning…..!” Gumam hampir semua yang hadir menyebut nama Raden Gagak Baning.
Banyak yang belum tahu siapa itu Raden Gagak Baning. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Raden Gagak Baning adalah adik kandung dari Panembahan Senopati sendiri.
“Silahkan Dimas Gagak Baning maju ke depan…..!” Pinta Panembahan Senopati.
Raden Gagak Baning yang gagah dan tampan itu maju ke depan dan kemudian membungkuk hormat ke arah jenazah Sultan Benawa. Mereka yang menyaksikan terharu dengan sikap Raden Gagak Baning tersebut. Tentu ini adalah sikap kerendahan hati. Bahkan kemudian Raden Gagak membungkuk pula ke segala penjuru ke arah para pelayat yang memenuhi pendapa dan sekitarnya. Mereka semakin kagum akan sikap Raden Gagak Baning yang akan menduduki tahta kerajaan Pajang.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.