Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1092
Mataram.
Ki Ageng Mangir
Wanabaya.
Ki Patih Mandaraka benar-benar terkejut atas kejadian tersebut. Melihat gelagat dari Kanjeng Panembahan Senopati, sepertinya kejadian itu bukan kecelakaan, tetapi ada kesengajaan. Ia tidak mengerti mengapa Kanjeng Panembahan Senopati berbuat seperti itu.
“Apa yang terjadi Angger Panembahan….?” Bertanya Ki Patih Mandaraka.
“Pasti ada sebabnya, Uwa….! Nanti akan Danang katakan apa sebabnya….!” Berkata Kanjeng Panembahan Senopati.
Ketika kemudian seorang prajurit jaga datang dengan berlari setelah mendengar ledakan.
“Ooh Kanjeng Panembahan dan Gusti Patih….!” Seru prajurit tersebut.
“Kemarilah…..!” Pinta Kanjeng Panembahan Senopati.
Dengan sedikit ragu prajurit itu mendekat.
“Panggil Juru kebun dan Juru taman. Jangan sampai ada orang yang tahu….!” Perintah Kanjeng Panembahan Senopati.
Prajurit tersebut segera menjalankan perintah. Sedangkan Ki Patih Mandaraka hanya diam, menunggu apa yang akan dilakukan Panembahan Senopati selanjutnya.
Beberapa saat kemudian datang dua orang, Juru taman dan Juru kebun dan prajurit tersebut.
“Kubur jasad orang ini. Jangan sampai ada orang yang tahu. Yang tahu hanya kalian bertiga. Jika sampai bocor, kalian tahu akibatnya….!” Perintah Kanjeng Panembahan Senopati.
Ketiga orang itu tentu tidak mungkin membantah apalagi menolak.
Mereka bertiga kemudian benar-benar mengamankan jasad orang itu yang tak lain adalah jasad Baron Sekeber.
Sepeninggal ketiga orang itu dengan menyingkirkan jasad Baron Sekeber, Kanjeng Panembahan Senopati kemudian berterus terang kepada Ki Patih Mandaraka. Dikatakan seperti yang dikatakan oleh Gusti Anem kepada Kanjeng Panembahan Senopati. Bahwa Baron Sekeber telah berniat untuk berbuat tidak senonoh kepada Gusti Anem. Dikatakan bahwa Kanjeng Panembahan Senopati tidak mungkin tahan melihat Baron Sekeber. Cara yang tepat adalah dengan tindakan yang telah dilakukan oleh Kanjeng Panembahan Senopati itu. Sebuah kebetulan bahwa pada saat itu yang dipegang adalah senjata ledak yang siap meledak. Dan kemudian terjadilah seperti yang telah terjadi.
Ki Patih Mandaraka bisa memahami apa yang dilakukan oleh Kanjeng Panembahan Senopati. Namun demikian sesungguhnya disayangkan karena bakat dan kemampuan dari Baron Sekeber yang sangat menonjol. Dan itu telah terbukti dari gagasan dan hasil karya dan kerjanya. Namun semua telah terjadi sehingga tidak bisa ditarik kembali. Dan mulai saat itu semua tenaga taman dan bangunan sudah tidak pernah melihat Baron Sekeber lagi. Demikian pula Gusti Anem juga tidak melihat Baron Sekeber. Ia pun tidak tahu kemana perginya Baron Sekeber. Prajurit jaga serta Juru taman dan Juru kebun pun rapat menyimpan peristiwa itu. Demikian pula Ki Patih Mandaraka.
Dalam pada itu, kepulangan Kanjeng Panembahan Senopati telah diketahui pula oleh prajurit sandi yang berhubungan dengan telatah Mangir. Ia pun segera bergegas menuju Mangir seperti yang telah disepakati dengan prajurit sandi penjual angkringan di pojok alun-alun Mangir.
Kedatangan sejawatnya itu memang sudah diperkirakan sebelumnya. Bahkan sedikit lebih cepat dari yang diperhitungkan.
“Baiklah, kau tunggu di sini, aku akan mengantarkan gorengan ini ke kaputren….!” Berkata prajurit sandi penjual gorengan. Prajurit sandi yang baru datang telah paham maksud dari sejawatnya itu.
Seperti yang telah disepakati dengan Mbok Emban yang sering menanyakan kepada penjual gorengan itu.
“Kanjeng Panembahan benar-benar telah tiba kembali di Mataram….!” Berkata prajurit sandi penjual gorengan itu.
“Baiklah….., terimakasih, akan segera aku kabarkan kepada Nyi Ageng Mangir Wanabaya….!” Berkata Mbok Emban.
Betapa gembiranya Nyi Ageng Mangir Wanabaya alias Gusti Putri Pembayun setelah mengetahui bahwa ayahandanya telah kembali tiba di keraton Mataram.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.