Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1121
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Mereka masih ingat, betapa lecutan cambuk murid yang lebih tua itu mampu membelah tanah cukup dalam. Bagaimana jika lecutan itu menghantam lawan sesakti apapun. Dan mereka juga masih ingat dengan cambuknya ia mampu menjerat lawannya yang berilmu tinggi sehingga tak berdaya. Dan murid orang bercambuk yang lebih muda dengan cambuknya pula mampu melawan keroyokan lawan yang bersenjatakan berbagai macam senjata. Pasukan Pajang berderap mantap menuju medan laga.
Dalam pada itu, pasukan prajurit dari barak prajurit di Jatinom telah bersiap pula menuju ke Sela. Di sana mereka akan bergabung dengan pasukan Pajang dan juga pasukan Mataram. Pasukan yang dipimpin oleh seorang senopati muda namun berilmu tinggi. Kanjeng Panembahan Senopati sendiri yang mengangkat anak muda itu menjadi senopati ketika raja Mataram itu belum berpulang. Raja Mataram itu tidak ragu akan kemampuan anak muda yang dahulu pernah menjadi sahabat putranya, Raden Rangga. Dia juga merupakan murid dari murid orang bercambuk yang lebih tua. Sedangkan senopati yang sebelumnya telah purna tugas namun masih menjadi pembimbing bagi para senopati Mataram yang digembleng di barak prajurit di Jatinom tersebut.
Dalam pada itu pula, pasukan dari pegunungan Sewu telah sampai di Prambanan. Mereka akan bergabung dengan pasukan Mataram yang besar. Pasukan itu tidak begitu besar, namun terdiri dari para pengawal pilihan. Mereka digembleng sendiri oleh Ki Ageng Giring walau ia sudah sangat sepuh. Pasukan yang terlihat sederhana tanpa pataka dan umbul-umbul. Mereka tidak seperti rombongan prajurit yang sedang menuju peperangan. Mereka seperti rombongan orang biasa yang pergi bersama-sama. Pasukan yang dipimpin sendiri oleh putra Ki Ageng Giring, yakni Ki Tambakbaya.
Sementara itu, pasukan yang besar telah meninggalkan Mataram. Pasukan yang terdiri dari ratusan bregada prajurit dari berbagai kesatuan. Dalam pasukan itu telah bergabung pula pasukan prajurit dari Bagelen dan juga dari Menoreh. Pasukan yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan perang. Juga rontek, pataka dan umbul-umbul berkibar di sepanjang barisan pasukan itu. Demikian pula dilengkapi dengan aneka tetabuhan seperti gendang dan bende bahkan juga bedug yang dibawa di atas kereta. Bunyi tetabuhan yang bergema dan berirama itu menarik perhatian di sepanjang perjalanan. Kawula Mataram pun berderet di sepanjang jalan yang dilalui oleh pasukan itu. Mereka pun bersorak sorai mengelu-elukan pasukan kebanggaan mereka. Bahkan kemudian ikut bergabung pula para pengawal dari kademangan Karanglo dan dari kademangan Kalasan. Sehingga kini pasukan itu semakin berderet panjang bagai ular raksasa.
Yang mendapat tepuk tangan yang meriah adalah pasukan berkuda yang cukup panjang pula. Lebih dari seribu kuda dengan para penunggang yang gagah-gagah. Setiap kesatuan prajurit dengan seragamnya masing-masing. Mereka, kawula Mataram yang berjejer di sepanjang perjalanan itu telah mendengar ketangguhan pasukan berkuda itu di berbagai medan laga. Mereka pun telah tahu bahwa pasukan yang besar itu akan melawat ke Demak. Yang mereka sayangkan adalah bahwa Demak dan kadipaten-kadipaten yang mendukung itu dipimpin oleh saudara tertua dari putra mendiang Kanjeng Panembahan Senopati yakni Pangeran Puger yang telah diberi kedudukan tinggi sebagai adipati Demak, namun kini berontak.
Pasukan Mataram kali ini jauh lebih besar dari pasukan Mataram sebelumnya. Sebelumnya Mataram memang pernah mengerahkan pasukan yang besar seperti ketika berperang melawan Pajang, melawan Madiun melawan Kediri dan juga ketika berperang melawan pasukan Pati. Dan setiap kali pasukan Mataram selalu kembali dengan membawa kemenangan. Kali ini pun mereka yakin bahwa pasukan Mataram akan membawa kemenangan pula.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube (https://www.youtube.com/@stsunaryo4601) atau di Facebook maupun di Instagram.

