Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1122
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.
Sementara itu, Ki Patih Gending dan Ki Panjer sibuk mempersiapkan pasukannya. Pasukan Demak memang sudah bersiaga walau dengan tergesa-gesa. Namun pasukan pendukung yang sedianya akan bergabung belum berdatangan. Hanya pasukan dari Grobogan yang telah mengabarkan kesiapannya. Mereka akan segera tiba karena jaraknya yang tidak terlalu jauh. Demikian pula pasukan dari perguruan Alas Roban akan segera datang pula. Mereka bisa mengerahkan hampir seluruh murid Alas Roban yang jumlah ratusan. Ki Panjer berbesar hati karena tahu bahwa para murid dari perguruan Alas Roban ganas-ganas dalam pertempuran. Ia pun tahu bahwa Ki Dadung Luwuk berilmu sangat tinggi. Ki Panjer sendiri mengakui bahwa jika berhadapan seorang melawan seorang tak akan mampu mengungguli Ki Dadung Luwuk. Ki Dadung Luwuk dan pasukannya itu nantinya yang diharapkan akan mampu memporak-porandakan pasukan lawan. Bahkan Ki Dadung Luwuk akan mampu membunuh para senopati dari Mataram.
Sementara itu, Ki Singa Bergota mengumpat-umpat dihadapkan Ki Panjer. Betapa tidak, semestinya ia bisa membawa ratusan bajak laut, namun kini ia hanya bersama beberapa orang saja. Mereka adalah yang kebetulan tidak melaut mencari sasaran di tengah laut. Yang lain hari itu masih tersebar di sepanjang pantai utara pulau ini. Mereka telah bersepakat akan berkumpul di Bergota dua hari menjelang bulan purnama. Mereka tidak mungkin bisa dihubungi secara mendadak.
“Maafkan kami, Ki Singa Bergota. Karena pasukan Mataram sungguh lucik akan menyerang Demak secara tiba-tiba….!” Dalih Ki Panjer.
“Heee…..! Bukan pasukan Mataram yang licik….! Tetapi para petinggi Demak yang bodoh….! Termasuk kau Ki Panjer…..!” Umpat Ki Singa Bergota bertambah marah.
Ki Panjer tidak ingin berselisih dengan Ki Singa Bergota. Karena jika terjadi perselisihan tentu akan melemahkan pasukan Demak secara keseluruhan
“Yaaa…., aku akui Ki Singa Bergota. Aku yakin Ki Singa Bergota yang berilmu sangat tinggi tak akan ada yang menandingi senopati Mataram seorang pun. Kami akan sangat menghargai peran dari Ki Singa Bergota. Setiap nyawa orang Mataram akan ada harganya…..!” Puji dan janji dari Ki Panjer walau belum tentu akan ditepati.
“Ha ha ha ha…..! Akan aku bantai para senopati dari Mataram. Salah satu muridku yang akan menghitung, berapa prajurit Mataram yang telah tewas di tanganku nntinya. Ha ha ha ha…..!” Sesumbar Ki Singa Bergota.
“Aku percaya Ki Singa Bergota…..!” Puji Ki Panjer yang telah berhasil meredam kemarahan Ki Singa Bergota.
Ki Bergota masih tertawa karena dipuji oleh Ki Panjer.
“Nanti pasukan dari arah barat akan berkumpul di Dukun. Baru kemudian menuju ke medan pertempuran. Kami belum tahu Mataram akan menyerbu dari arah mana….!” Berkata Ki Panjer.
“Kembali kau menunjukkan kebodohan Ki Panjer…..! Semestinya para prajurit sandi dari Demak mengetahui hal itu…..!” Kembali kemarahan Ki Singa Bergota terusik.
Sementara itu, pasukan Mataram yang dari arah barat dan dari arah selatan telah berkumpul di Karangawen. Pasukan yang semakin besar karena bergabungnya pasukan Mataram termasuk dari Menoreh dan dari Bagelen, dari Pajang dan pasukan dari barak prajurit di Jatinom dan pasukan dari Banyubiru dan sekitarnya. Telah bergabung pula pasukan dari perguruan- perguruan seperti dari Bukit Tidar, dari Lembah Merapi Merbabu dan dari Kaliangkrik dan yang lainnya.
Para prajurit sandi dari Demak yang ditugaskan untuk mengawasi pasukan Mataram berdebar hatinya. Mereka belum pernah menyaksikan sebuah pasukan yang sedemikian besar. Ia khawatir pasukan Demak tak akan mampu bertahan.
“Kabarkan kepada Ki Patih Gending betapa besarnya pasukan Mataram….!” Berkata Lurah prajurit sandi kepada sejawatnya.
Prajurit sandi itu segera bergegas untuk mengabarkan kepada Ki Patih Gending.
Bersambung……..
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.