Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1169

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1169
Mataram.
Sinuhun Hanyakrawati.

Kedua orang murid orang bercambuk itu berhenti karena kedatangan dan sapaan dari senopati yang masih muda itu.
“Yaaa…! Para warok memang bersenjatakan cambuk. Dan di telatah ini banyak terdapat warok….!” Jawab murid orang bercambuk yang juga guru serta kakak sepupunya itu.
“Kita tidak boleh terlambat….!” Sahut murid orang bercambuk yang bertubuh gempal.
Murid orang bercambuk yang tinggi langsing itu kemudian minta kepada sepupunya yang juga muridnya itu untuk masuk halaman pendapa keraton Ponorogo lewat gerbang sebelah kiri yang semula akan ia tuju. Ia sendiri yang akan lewat gerbang di tengah dan adik seperguruan lewat sebelah kanan. Ia berharap, adik sepupunya itu mampu mengimbangi para warok yang bersenjata cambuk seperti dirinya. Senopati muda itu bersenjatakan sabuk kulit yang berjuntai panjang pula. Ia sudah sering berlatih menghadapi senjata cambuk bersama guru yang juga kakak sepupunya itu.
Dalam pada itu, lecutan cambuk di halaman pendapa keraton Ponorogo masih meledak-ledak. Lecutan yang dilontarkan oleh para warok yang berilmu tinggi. Para prajurit yang tergabung dalam pasukan Mataram kesulitan untuk menembus pertahanan para warok yang membelakangi pendapa itu. Dengan senjata yang lentur dan panjang sulit untuk dijangkau dengan senjata kebanyakan. Bahkan dengan tombak atau canggah atau trisula yang lebih panjang. Mereka tidak terbiasa melawan musuh yang bersenjatakan cambuk seperti itu. Lagi pula suara ledakan-ledakan cambuk itu sangat mengganggu. Namun demikian, para warok itu juga belum bisa melukai lawan-lawannya karena selalu sempat meloncat mundur jika diserang. Sedangkan kawannya yang lain mencoba mengait juntai cambuk itu dengan canggah atau trisula. Demikian pula yang bersenjatakan pedang mencoba menebas juntai cambuk. Namun mereka pun tidak pernah berhasil karena cambuk itu di tangan para warok yang berilmu tinggi.
Dalam pada itu, para warok yang merasa berhasil menahan serbuan para prajurit Mataram yang jumlahnya jauh lebih banyak itu tertawa mengejek para prajurit Mataram.
“Ha ha ha ha ha….. para prajurit Mataram terlihat bodoh menghadapi kami, ha ha ha ha ha…..!” Ejek salah seorang warok sambil melecutkan cambuknya yang menimbulkan ledakan yang keras.
Namun tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara ledakan cambuk di sebelah kiri pendapa. Suara ledakan yang berbeda dengan ledakan-ledakan sebelumnya. Ledakan kali ini lebih melengking dan menusuk telinga dari pada sebelum. Sebelum para warok itu menyadari apa yang terjadi, tiba-tiba seutas cambuk dari seorang warok telah terlepas direnggut dengan cambuk oleh orang bertubuh gempal yang baru datang itu. Ketika ia masih terkejut, sebuah lecutan menyabet paha kirinya. Ia pun mengaduh kesakitan dan kemudian terduduk jatuh.
Para warok pun tertegun ketika mendengar suara ledakan yang berbeda dengan suara ledakan cambuk para warok. Ketika para warok yang menyaksikan masih ternganga, sekali lagi orang bertubuh gempal itu berhasil merenggut seutas cambuk lagi. Dan kejadian serupa terulang. Warok yang cambuknya terlepas itu mengaduh kesakitan karena punggungnya tersabet cambuk lawannya. Ia kemudian meloncat menjauh. Lecutan cambuk di punggungnya itu terasa panas menyengat seperti terbakar. Lingkaran pertahanan para warok di sisi itu menjadi ambyar.
“Hadapi bertiga atau berempat setiap warok itu…..!” Pinta orang bercambuk yang bertubuh gempal itu.
Para prajurit pun segera tanggap, karena jumlah mereka memang jauh lebih banyak. Sedangkan orang bersenjatakan cambuk yang bertubuh gempal itu memburu lawannya yang berada di paling dekat. Para warok pun menjadi semakin berhati-hati menghadapi lawan yang juga bersenjatakan cambuk. Dua orang kawannya telah menjadi korban.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *