Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1214

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1214
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Hadir pula dalam kesempatan itu saudara dan saudari dari Sinuhun Hanyakrakusuma selain Pangeran Martapura yang tengah diungsikan di Gunung pring. Mereka adalah; Pangeran Mangkubumi, Pangeran Bumidirja, Kanjeng Ratu Sekar, Pangeran Buminata, Pangeran Natapura, Pangeran Pamenang, Pangeran Selarong, Kanjeng Ratu Wirakusuma dan Pangeran Pringgalaya.
Hadir pula para petinggi Mataram saat itu seperti Ki Tumenggung Singaranu dan Ki Tumenggung Mandurareja serta Ki Tambakbaya – putra Ki Ageng Giring di pegunungan Sewu. Ki Ageng Giring sendiri telah mangkat beberapa waktu yang lalu karena usia sepuh pula. Ia seusia dengan Ki Patih Mandaraka. Ia adalah saudara tua seperguruan dari Ki Pamanahan – eyang buyut dari Sinuhun Hanyakrakusuma.
Sinuhun Hanyakrakusuma sengaja
mengumpulkan mereka agar tidak terjadi gesekan antar keluarga. Karena berdasarkan pengalaman, ayahandanya – Sinuhun Hanyakrawati disibukkan oleh pemberontakan oleh saudaranya sendiri. Akibatnya beberapa kadipaten tidak mau menjadi bagian dari Mataram, seperti Kadipaten Surabaya dan sekitarnya. Karena mereka merasa diabaikan.
Sinuhun Hanyakrakusuma tidak ingin terjadi keretakan di antara keluarga. Bahkan diharapkan seluruh kerabat itu mendukung kebijaksanaan raja.
Benar saja seperti yang diharapkan oleh Sinuhun Hanyakrakusuma, seluruh kerabat akan mendukung kebijaksanaan raja demi kejayaan negeri Mataram. Mereka tahu bahwa Sinuhun Hanyakrakusuma yang sebelumnya bernama Raden Mas Rangsang itu gemar menuntut berbagai ilmu. Bukan hanya ilmu olah kanuragan dan jayakasantikan, tetapi juga ilmu bertani, berkebun, berternak, berdagang, kesusastraan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, bahkan juga tekun mendalami ilmu keagamaan. Ia pun mendalami sejarah leluhur tentang para raja dan kerajaan sebelum Mataram berdiri. Bahkan sejak Mataram kuna pada zaman sebelum pralaya Gunung Merapi yang mengubur seluruh negeri Mataram saat itu.
Walaupun ia masih terhitung muda, namun kaya akan wawasan.
Cukup Pangeran Martapura saja yang menimbulkan masalah di keraton Mataram. Itupun sesungguhnya karena ulah dari Garwa Selir.
Sementara itu, Garwa Selir yang kini berada di Gunung Pring belum bisa menerima keadaan. Ia masih saja selalu mengumpat-umpat dengan kata-kata kasar dan kotor. Angannya yang melambung tinggi yang kemudian jatuh terjerembab sungguh mengguncang kejiwaan dari Garwa Selir. Tidak mudah bagi sang Resi – pimpinan dari padepokan itu untuk mengatasi kejiwaan dari Garwa Selir. Bahkan emas intan berlian yang ada padanya di sebar-sebar begitu saja di pekarangan padepokan. Bahkan ia pernah berusaha melarikan diri dengan pakaian seadanya. Namun para prajurit dari bregada Gagak Ireng berhasil mengamankannya kembali. Yang lebih sering, ia berteriak-teriak tak karuan. Namun kadang pula ia menangis sendiri seperti anak kecil. Mereka yang menyaksikan sesungguhnya merasa kasihan pula dengan tingkah dan polah dari Garwa Selir. Namun mengingat apa yang telah ia perbuatan, mereka hanya bisa bergumam ‘ngunduh wohing pakarti’ – memetik buah dari perbuatannya.
Demikian pula keadaan Pangeran Martapura yang memang sejak semula tidak genap kejiwaannya. Di padepokan yang dikelilingi oleh kebun dan persawahan itu membuat ia senang bermain lumpur di kebun dan sawah. Bahkan sangat sulit untuk diminta mandi. Para murid padepokan pun kesulitan untuk mengatasi Pangeran Martapura. Mereka hanya bisa membayangkan, bagaimana jadinya jika negeri Mataram ini benar-benar dipimipin oleh raja seperti Pangeran Martapura itu. Apalagi jika didampingi oleh sang ibu Garwa Selir.
Beruntungnya hal itu tidak berlanjut. Mereka, bahkan hampir seluruh kawula Mataram bersyukur karena kini yang menjadi raja adalah Sinuhun Hanyakrakusuma yang bijak.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *