Penerus Trah Prabu Brawijaya Part#1219

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1219
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Mereka tahu bahwa pasukan Mataram adalah pasukan yang tangguh dan berpengalaman. Namun pasukan Mataram yang akan menjadi lawan dalam gladi perang tersebut bukan pasukan berkuda, melainkan pasukan darat. Bagaimana pun, pasukan berkuda pasti lebih unggul dari pada pasukan darat. Demikian pula pasukan Tulungagung percaya bahwa pasukan mereka akan mampu mengatasi perlawanan pasukan Mataram. Mereka justru ingin menunjukkan kemampuan pasukannya sehingga nantinya akan menjadi bagian dari pasukan Mataram yang besar. Dan mereka pun merasa menjadi pilihan di antara para prajurit Tulungagung. Mamun yang akan dihadapi kali ini adalah pasukan Mataram di halamannya sendiri.
Pangeran Juminah meminta Pasukan Tulungagung untuk menyiapkan seratus prajuritnya. Sedangkan prajurit Tulungagung lainnya yang belum berkesempatan tampil dijadikan pasukan cadangan.
Sementara itu, pasukan Mataram menyiapkan seratus lima puluh prajurit tidak berkuda. Lumrahnya, pasukan berkuda itu di hadapi oleh dua atau tiga kali jumlah prajuritnya. Semestinya seratus prajurit Tulungagung dihadapi oleh lebih dari dua ratus prajurit Mataram.
Pasukan Tulungagung cukup percaya diri karena yang dihadapi lebih sedikit dari yang seharusnya.
Kini kedua pasukan telah saling berhadapan. Pasukan Mataram dibuat tidak beraturan dan tanpa gelar perang. Mereka seakan sedang diserang secara mendadak. Sedangkan pasukan Tulungagung telah bersiap karena memang sengaja menyerbu lawan.
Pasukan dari berbagai kadipaten yang lain diberi kesempatan untuk menyaksikan dari tepian padang rumput. Mereka pun bergairah untuk menyaksikan agar menambah pengalaman karena hal yang sesungguhnya bisa saja terjadi.
Kini pasukan Tulungagung telah berbaris siap menyerbu lawan. Sedangkan pasukan Mataram bergerombol tak beraturan.
Tiba-tiba salah seorang senopati Tulungagung mengangkat tombak tinggi-tinggi sebagai tanda untuk pasukan agar segera menyerbu lawan. Ia tidak berteriak sebagai aba-aba karena ingin mengejutkan lawan.
Kuda-kuda pasukan Tulungagung segera berderap menyerbu musuh. Kebanyakan dari mereka bersenjatakan tombak bambu panjang yang tumpul. Sedangkan yang lain bersenjatakan pedang bambu yang lebih panjang dari pedang kebanyakan.
Sementara itu, pasukan Mataram bersenjatankan pedang bambu panjang yang tumpul pula. Mereka dilengkapi dengan tameng tembaga yang cukup kuat namun ringan.
Pasukan Mataram segera menyebar menyonsong lawan.
Pertempuran yang sesungguhnya segera terjadi, hanya saja mereka hanya dengan senjata bambu yang tumpul sehingga tidak membahayakan para prajurit dari kedua pihak.
Tameng tembaga segera berdentang karena menahan sabetan pedang atau sodokan tombak bambu. Tidak mudah bagi para prajurit Tulungagung untuk bisa mengenai tubuh lawan. Karena para prajurit Mataram memang para prajurit yang berpengalaman. Sedangkan para prajurit Mataram tidak hanya sekedar bertahan dengan tamengnya. Namun mereka juga mengadakan perlawanan dengan senjatanya yang kebanyakan terdiri dari pedang bambu yang panjang pula. Namun terlihat masih banyak dari para prajurit Tulungagung yang canggung ketika bertempur sambil mengendalikan kuda. Mereka memang masih tergolong baru sebagai pasukan berkuda. Dengan demikian tidak mudah bagi mereka menghadapi pasukan Mataram yang berpengalaman. Namun satu dua dari mereka juga bisa memukul tubuh lawan karena senjata mereka yang lebih panjang. Namun tidak sedikit dari para prajurit Tulungagung yang memar kakinya karena terkena sabetan pedang bambu. Mereka membayangkan jika pedang para prajurit Mataram itu dari pedang yang sesungguhnya, tentu kaki mereka telah putus. Namun pertempuran masih berlangsung dengan sengit.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *