Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1227

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1227
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Mereka mencoba menangkis dan melindungi diri dengan dayung. Namun hujan anak panah itu tak mampu dihindari oleh para pelaut. Justru para pelaut yang mencoba melarikan diri itu banyak yang tewas. Namun demikian, satu dua kapal berhasil melarikan diri ke tengah lautan. Panah dan lembing tak mampu menjangkau mereka. Namun bukan hanya para pelaut yang akan melarikan diri lewat lautan. Banyak warga di sekitar dermaga yang berlarian ke tepi pantai itu untuk menyelamatkan diri, mereka juga akan menumpang kapal. Mereka membawa bukusan yang dibukus sarung. Mungkin sekali itu adalah barang-barang berharga yang bisa dibawa. Namun mereka bagai ula marani gebug – bagai ular mendatangi gebuk. Karena di sana telah penuh dengan para prajurit Mataram. Mereka tidak mampu mempertahankan bungkusan yang mereka bawa. Dengan ketakutan mereka menyerahkan barang-barang itu. Itu lebih beruntung dari pada dihajar atau bahkan dibunuh oleh para prajurit Mataram.
Bahkan kemudian terdengar teriakkan seorang senopati dari pasukan Mataram itu; “Kami berhak merampas harta benda kalian karena negeri ini tak pernah pasok upeti ke Mataram. Ini sebagai gantinya….!”
Para prajurit pun kemudian memasuki rumah-rumah di sekitar dermaga itu. Mereka merampas apa saja yang bisa mereka bawa. Itu sebagai rampasan perang yang lumrah terjadi sebagai biaya perang yang tidak sedikit. Namun para prajurit telah dipesan untuk tidak menyakiti warga apalagi membunuh. Namun ada pula satu dua yang mencoba memberi perlawanan. Tentu saja mereka tak berdaya menghadapi para prajurit Mataram.
Hampir seluruh isi rumah di sekitar tapi pantai telah dijarah. Para prajurit membawa barang berharga apapun yang bisa dibawa. Para embok pemilik rumah hanya bisa menggigil ketakutan. Mereka terpaksa melepas barang-barang berharga seperti gelang kalung yang dikumpulkan bertahun-tahun.
Tak jauh berbeda dengan yang terjadi di sekitar keraton kadipaten Lasem. Para prajurit pun memasuki rumah-rumah di sekitar keraton itu. Mereka memilih rumah-rumah yang bagus dan besar. Di kota raja itu banyak para saudagar yang kaya. Para prajurit berhasil menjarah barang-barang berharga yang bisa mereka bawa. Hal itu pun lumrah terjadi sebagai rampasan perang. Bahkan para wanita pun bisa menjadi rampasan perang pula. Terutama mereka yang cantik dan menarik. Namun para senopati dari Mataram telah melarang agar tidak membawa wanita sebagai rampasan perang. Karena para wanita itu bisa menjadi beban dalam perjalanan perang selanjutnya.
Bahkan para prajurit dapur pun ikut menjarah untuk perbekalan dapur sebagai cadangan. Mereka berhasil membawa beras dan umbi-umbian serta bumbu-bumbu dapur.
Para prajurit itu setiap kali mengatakan bahwa mereka berhak merampas apapun yang ada di rumah itu karena Adipati Lasem memberontak terhadap Mataram. Adipati Lasem tidak pernah pasok upeti ke Mataram. Inilah akibat yang harus ditanggung oleh seluruh warga. Upeti itu diambil paksa. Mereka tak berdaya untuk melawan.
Dalam pada itu, di dalam keraton, Kanjeng Adipati Lasem pun tak berdaya setelah keraton dikepung rapat oleh para prajurit Mataram. Para prajurit Lasem pun tidak sempat mengadakan perlawanan. Karena mereka tidak saling terhubung antara prajurit yang satu dengan prajurit lainnya. Mereka tidak mungkin akan mengadakan perlawanan secara sendiri-sendiri. Lagi pula, prajurit berkuda dari Mataram seakan memenuhi seluruh sudut keraton. Mereka terpaksa hanya bisa mengintip dari celah rumah mereka.
Kanjeng Adipati Lasem sendiri tidak diikat, namun tentu tidak mungkin akan mengadakan perlawanan. Sedangkan para prajurit Mataram bersiaga dengan senjata telanjang.
“Ini hukuman bagi Kanjeng Adipati karena tidak pernah menghadap ke pasewakan di Mataram. Apalagi pasok upeti….!” Berkata Senopati Jaka Umbaran.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *