Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#1236

trah prabu brawijaya

Trah Prabu Brawijaya.
Seri 1236
Mataram.
Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Namun ternyata para prajurit Mataram benar-benar telah mengepung kotaraja Tuban. Banyak para prajurit Mataram yang telah turun dari kudanya dan kemudian menghadang di setiap sudut kota. Beberapa kawula Tuban memang bisa lolos dari kepungan prajurit Mataram lewat jalan-jalan kecil. Namun lebih banyak mereka yang tertangkap. Harta kekayaan yang disita oleh para prajurit Mataram sebagai rampasan perang. Namun orangnya dibiarkan selamat. Rampasan perang memang lumrah dan jamak pada masa itu. Setiap negeri yang kalah perang akan dirampas harta kekayaannya. Mereka berdalih bahwa ongkos untuk berperang tidaklah sedikit. Terutama untuk menanggung ribuan prajurit. Apalagi terhadap negeri yang dianggap memberontak terhadap penguasa. Tindakan itu dianggap sebagai hukuman. Dan itu yang terjadi pada kadipaten Tuban yang berontak terhadap Mataram.
Bahkan kini para prajurit Mataram tidak hanya menghadang mereka yang melarikan diri, tetapi mulai memasuki rumah-rumah yang terlibat megah. Rumah yang pasti menyimpan harta kekayaan. Emas picis rajabrana disitanya, demikian pula wesi aji yang tentu berharga tinggi. Warga Tuban tak berkutik dan tak mungkin melawan jika sayang nyawanya. Jika sudah digertak ‘harta apa nyawa’ mereka pasti ciut nyali. Para prajurit pun leluasa menguras harta kekayaan warga kadipaten Tuban.
Tak jauh berbeda dengan yang terjadi di dalam beteng keraton. Harta kekayaan kawula Tuban pun dikuras oleh para prajurit. Bahkan milik para bangsawan pun tak luput menjadi sasaran.
“Ini kesalahan dari Adipati Tuban yang tak pernah mau hadir ke Mataram. Bahkan tidak pernah pasok upeti ke Mataram. Bahkan lebih dari itu, Tuban telah berontak terhadap Mataram….!” Dalih para prajurit Mataram yang menyita harta kekayaan di rumah-rumah warga Tuban. Mereka pun tidak berani memberi perlawanan karena mereka telah mendengar bahwa Kanjeng Adipati Tuban telah menyerah. Mereka hanya bisa pasrah.
Yang terjadi memang demikian, Kanjeng Adipati Tuban benar-benar telah menyerah. Pangeran Mangkubumi telah memutuskan bahwa Kanjeng Adipati Tuban akan dibawa ke Mataram. Ia akan diserahkan kepada Kanjeng Sinuhun Hanyakrakusuma, terserah nanti kebijakan dari Sinuhun. Karena jika tetap dibebaskan berkuasa di Tuban dikhawatirkan akan kembali menghimpun kekuatan untuk berontak terhadap Mataram. Senopati Jaka Umbaran sepakat dengan rencana Pangeran Mangkubumi. Kanjeng Adipati Tuban akan dibawa ke Mataram dengan dikawal satu bregada prajurit yang kuat. Saat itu juga Kanjeng Adipati Tuban segera dikawal ke Mataram. Jangan sampai ada prajurit Tuban yang mengetahui sehingga berusaha akan membebaskan Kanjeng Adipati Tuban. Kereta perang segera di siapakan untuk membawa Kanjeng Adipati Tuban. Senopati Jaka Umbaran tak ingin membuang banyak waktu. Telah terbukti karena kecepatan dan ketepatan waktu semua bisa berjalan dengan lancar. Demikian pula untuk penyerbuan berikutnya. Sedangkan sasaran berikutnya adalah kadipaten yang sangat kuat, yakni kadipaten Surabaya. Tentu Surabaya juga sudah mengetahui apa yang terjadi di Lasem maupun di Tuban ini. Surabaya tentu sudah mulai bersiaga untuk menghadapi Mataram. Bisa jadi Surabaya juga akan segera menghubungi kadipaten-kadipaten terdekat untuk bergabung menghadapi pasukan Mataram.
Peperangan berikutnya tentu akan jauh lebih berat dari sebelumnya. Oleh karena itu, Senopati Jaka Umbaran segera menyiapkan pasukannya untuk berangkat ke Surabaya. Diharapkan Surabaya belum sempat menghimpun kekuatan bersama kadipaten-kadipaten terdekat. Namun demikian, senopati Jaka Umbaran juga akan menempatkan bregada prajurit Mataram di Tuban untuk menjaga ketertiban. Dan senopati Jayaingprang dipercaya untuk memimpin bregada prajurit di Tuban itu.
Bersambung……..

***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Ken Sagopi dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *