Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(948)
Mataram.
Matahari telah jauh condong ke barat, namun pasukan berkuda dari Mataram dan pasukan dari Jatinom tetap melanjutkan perjalanan. Senopati telik sandi telah mengutus tiga orang prajurit ke Pajang. Ia juga telah mengutus prajurit sandi untuk merintis jalan ke hutan Menggung. Jika mungkin, malam itu juga pasukan itu sudah sampai di hutan Menggung walau tengah malam sekalipun. Jika bermalam di perjalanan, kehadiran pasukan yang besar itu tentu akan terendus prajurit telik sandi lawan.
Mereka pasti tidak akan memperhitungkan bahwa pasukan Mataram bermarkas di tepi hutan Menggung.
Yang mendapat tugas telah tanggap dengan tugas masing-masing. Mereka pun segera menjalankan tugas.
Prajurit sandi yang merintis jalan memang telah mengusai medan perjalanan yang akan dituju. Mereka telah beberapa kali melewati jalan itu dalam tugasnya sebagai prajurit telik sandi. Prajurit itu pun selalu memberi tanda di setiap jalan simpang yang harus dilalui. Biasanya dengan patah dahan atau goresan pada batang pohon yang besar.
Dalam pada itu, pasukan dari bang wetan memang berjalan lambat. Jika mereka menyeberangi sungai dengan jembatan kayu yang kecil, mereka pasti antri bergantian. Dan ketika itu mereka telah sampai di seberang kali Batokan yang bermuara di Bengawan Sore. Menjelang petang, seluruh pasukan dari bang wetan telah di seberang sungai. Pasukan besar itu kemudian berkemah di tepian sungai yang tidak terlalu besar namun airnya bersih. Baru esok hari akan melanjutkan perjalanan ke perbatasan Blora dan Rembang. Kehadiran pasukan yang besar itu tak luput dari pantauan prajurit sandi dari Mataram yang memang selalu mengikuti pergerakan pasukan itu sejak dari Tuban. Pasukan yang memang cukup besar setelah pasukan dari Lasem dan Warung serta beberapa kademangan bergabung.
Sementara itu, prajurit yang diutus ke Pajang telah sampai di keraton. Mereka langsung ditemui oleh Raden Gagak Baning yang didampingi oleh senopati Njeron Beteng yakni murid orang bercambuk yang bertubuh langsing.
Setelah saling berkabar keselamatan, prajurit itu kemudian menyampaikan maksudnya.
“Baiklah….! Sekarang juga pasukan itu akan berangkat….!” Berkata Raden Gagak Baning.
“Sebaiknya pasukan itu nanti menunggu di daerah Kandangan….!” Berkata prajurit sandi yang menguasai daerah itu.
“Baik…..! Aku percaya kepadamu…..! Bukan hanya pasukan cadangan, tetapi pasukan berkuda yang lebih besar…..!” Lanjut Raden Gagak Baning.
“Apakah kami dari pasukan Njeron Beteng juga harus berangkat, Kanjeng….?” Bertanya senopati Njeron Beteng.
“Tidak perlu, biarlah pasukan berkuda yang berangkat bersama pasukan cadangan yang berkuda pula…..!” Berkata Raden Gagak Baning.
Sore hari itu juga terjadi kesibukan pasukan berkuda yang tiba-tiba mendapat perintah untuk bergabung dengan pasukan cadangan. Namun demikian, pasukan berkuda memang harus selalu siaga setiap saat.
Tak perlu waktu lama, pasukan cadangan yang diperkuat oleh pasukan berkuda dari Pajang telah berangkat menuju Kandangan seperti yang dipesankan oleh prajurit utusan. Sesungguhnya, prajurit sandi dari Pajang pun telah melaporkan tentang pergerakan pasukan dari bang wetan itu kepada Raden Gagak Baning. Ia telah mengetahui bahwa pasukan dari bang wetan tersebut memang besar. Maka Raden Gagak Baning tidak ragu untuk menambah kekuatan yang dikirim ke medan laga. Pasukan itu nantinya akan menyerang dari sisi selatan. Sedangkan pasukan yang dipimpin oleh Raden Mas Jolang akan menyerang dari sisi barat.
Tiga orang prajurit utusan itu pun tak ingin beristirahat. Namun ia memerlukan berganti kuda yang lebih segar untuk segera kembali mengabarkan kepada Raden Mas Jolang. Bagi mereka seorang prajurit sandi, waktu sangat berharga. Mereka tidak boleh terlambat barang sekejap. Ketiga orang itu segera memacu kuda-kuda mereka lebih cepat karena kuda-kuda yang masih segar bugar.
…………..
Bersambung……….
***Tonton pula vidio kontens YouTube kami yang terbaru Seri Harjuna Sasrabahu dan Pitutur Jawi. Cari; St Sunaryo di Youtube atau di Facebook maupun di Instagram.