Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
403
Jaka Tingkir.
Seri Danang Sutawijaya.
Ki Pemanahan adalah seorang pengembara di masa mudanya. Namun ia belum pernah naik ke bukit Baka. Ia lebih banyak mengembara ke arah barat, utara atau ke arah timur. Terlebih dahulu di sisi selatan gunung Merapi sering diterjang lahar panas maupun lahar dingin gunung Merapi. Oleh karena itu, tawaran dari Ki Ageng Giring untuk naik ke atas bukit Baka disambut dengan gembira. Ia memang telah berkali-kali mendengar kisah tentang Ratu Baka dan candi Prambanan, tentang Rara Jonggrang dan Bandung Bandawasa. Dan kini ia akan melihat langsung peninggalan dari para raja di masa lalu itu. Dan konon pula, para raja penguasa sejak Kahuripan sampai Pajang tak terlepas dari para raja zaman dahulu, Mataram kuna.
“Marilah mumpung hari belum terlalu gelap…..!” Ajak Ki Ageng Giring.
Mereka tak mengalami kesulitan untuk naik di bukit yang terjal. Bukit Baka memang tidak terlalu tinggi namun terjal berbatu cadas.
Ki Pemanahan terpana ketika menyaksikan reruntuhan bebatuan yang berserak di hamparan yang luas. Bebatuan hitam besar kecil yang terpahat segi empat. Ini dahulu pasti merupakan susunan banyak candi yang menakjubkan, batin Ki Pemanahan. Rerumputan dan tanaman perdu menutupi sebagai besar area yang luas berbatu-batu itu.
“Konon reruntuhan batu itu dahulu merupakan istana para raja keraton Baka ini. Tetapi karena terjadi gempa bumi yang dahsyat, istana beserta segala kelengkapannya runtuh. Keraton dan para penguasa kemudian pindah ke tempat yang jauh…..!” Berkata Ki Ageng Giring.
“Dahulu pasti merupakan keraton yang besar dan indah…..!” Sahut Ki Pemanahan.
Mereka kemudian duduk di sebuah batu tatah yang besar. Dari tempat itu mereka bisa mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Dari tempat ini bisa lebih leluasa pandangannya dari pada ketika di bukit Patuk.
Di rembang petang yang temaram itu, pucuk candi Prambanan terlihat samar. Jauh di latar belakang tampak lelehan lahar panas gunung Merapi berwarna merah. Di arah selatan nampak bukit Patuk yang sebelumnya mereka lewati, ujung barat pegunungan Sewu pun tampak samar-samar membujur panjang. Di arah barat, pegunungan Menoreh sudah tidak tampak karena sudah mulai gelap. Sedangkan di latar depan tampak menghitam hutan Alas Mentaok yang akan mereka sisir lewat sisi utara. Kali Opak yang meliak-liuk masih tampak dari tempat itu.
Di atas bukit Baka itu sangat sepi karena tidak ada satupun keluarga atau orang yang berani tinggal di tempat itu. Suara jengkerik dan belalang riuh seakan menyambut kehadiran dua orang pengembara separuh baya yang sakti mandraguna. Bahkan suara katak dan kodok saling bersahutan seakan melantunkan irama yang teratur dan indah di dengar.
Ki Pemanahan semakin heran ketika di atas bukit itu ada kolam yang luas dan penuh dengan air tempat katak dan kodok berdendang ria. “Dari manakah air itu, mengapa tidak meresap?” Batin Ki Pemanahan.
Ki Pemanahan semakin takjub setelah duduk beberapa saat. “Dari mana dan bagaimana batu-batu besar dan sangat banyak ini sampai di puncak bukit ini?”
Ki Pemanahan yang seorang yang sakti dan berilmu tinggi pun merasa takjub dengan yang ia saksikan.
“Bagaimana mungkin di tempat seperti ini dibangun sebuah istana batu yang sangat besar dan luas……?” Akhirnya terucap juga yang ia lamunkan.
“Aku beberapa kali naik ke tempat ini hanya untuk mengagumi. Dan pertanyaan yang sama belum aku ketahui jawabannya…..!” Jawab Ki Ageng Giring.
“Yang kita lihat ini baru sebagian kecil dari keseluruhan reruntuhan keraton ini…..!” Lanjut Ki Ageng Giring.
“Besuk aku ingin melihat keseluruhan dari reruntuhan ini…..!” Berkata Ki Pemanahan.
“Aku tidak tahu, apakah bukit ini juga merupakan bagian dari telatah Mentaok meskipun di sisi timur dari kali Opak….!” Ki Pemanahan setengah bergumam.
“Sepengetahuan saya, bukit ini termasuk wilayah kademangan Prambanan, bagian dari Pajang….!” Berkata Ki Ageng Giring.
Ki Pemanahan mengangguk-angguk memahami kata-kata Ki Ageng Giring.
………….
Bersambung…………
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…