Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(230)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Di kalangan para prajurit, Jaka Tingkir juga menjadi perbincangan yang luas.
Hampir semua membicarakan Jaka Tingkir dan Kebondanu. Yang diceritakan oleh para prajurit lebih masuk akal dari pada para peronda di gardu-gardu.
Senopati Brajamusti berbangga karena Jaka Tingkir bisa meyakinkan Kanjeng Sultan dengan cara yang ksatria. Sejak semula ia telah memberi masukan kepada Kanjeng Sultan bahwa kesalahan tidak sepenuhnya ada pada Jaka Tingkir. Bagi Senopati Brajamusti, Jaka Tingkir adalah bibit muda yang sangat baik bagi negeri Demak Bintara. Sayang jika bakat dan kemampuan anak muda itu diabaikan.
Bahkan para prajurit utusan dari berbagai kadipaten pun telah mendengar pula. Namun banyak dari mereka yang ragu dengan cerita itu.
“Pasti cerita itu dibesar-besarkan. Jika memang benar, anak itu pasti akan bersama kita ikut menyerbu ke bang wetan. Jika ada kesempatan aku ingin menguji anak itu…..!” Kata salah seorang senopati dari Banyumas.
“Aku juga tidak yakin dengan cerita yang tidak masuk akal itu…..!” Sahut salah seorang senopati dari Tidar.
Mereka memang belum pernah mendengar nama Jaka Tingkir murid dari Ki Ageng Sela. Mereka juga belum pernah mendengar tentang Ki Ageng Sela yang diibaratkan mampu menangkap petir karena kesaktiannya.
Bahkan para prajurit dari berbagai kadipaten itu pun belum mendengar kisah tentang Dadung Awuk dan Jaka Tingkir. Mereka juga belum pernah mendengar tentang Ki Kebo Kanigara seorang pertapa yang sakti mandraguna yang telah menggembleng Jaka Tingkir keponakannya.
Di pagi harinya, di pasar-pasar juga heboh tentang cerita kebo bule yang memiliki nama Kebondanu. Kerbau bule yang tinggi besar yang telah mengamuk di pasanggrahan raja di hutan Prawata.
Di pasar-pasar itu, ceritanya menjadi berkembang jauh dari kenyataan.
“Kata Yu Tajem, Kiai Kebondanu itu bisa berbicara seperti manusia lhoo….!” Kata salah seorang pengunjung pasar.
“Aku percaya itu, bahkan kata banyak orang, itu kerbau jadi-jadian…..!” Sahut yang lain.
“Kata Mbah Truna, kerbau itu penunggu alas Prawata…..! Penunggu alas itu tidak terima kalau rumahnya dipakai seenaknya…..!” Sahut mbok bakul sayur.
“Mungkin saja ada beberapa prajurit yang tidak sopan di hutan itu…..!” Sahut mbok bakul buah.
“Katanya Kang Rebon, Jaka Tingkir… eeeh Den Mas Jaka Tingkir itu bisa terbang seperti Gatotkaca….!” Timpal Lik Soma dengan meyakinkan.
“Tidak mustahil….., katanya Den Mas Jaka Tingkir itu murid Ki Ageng Sela yang mampu menangkap petir……!” Sahut pengunjung pasar yang ikut nimbrung pembicaraan.
Hampir seluruh penghuni pasar itu memperbincangkan Jaka Tingkir dan Kebondanu. Tidak hanya di pasar itu, namun hampir semua pasar riuh memperbincangkan kejadian di hutan Prawata.
Sementara itu, Jaka Tingkir di pondok Ki Ganjur melakukan kebiasaan seperti ketika ia tinggal di tempat itu beberapa waktu yang lalu. Ia dibantu oleh Mas Manca dan Mas Wila bersih-bersih lingkungan pondok dan tempat ibadah. Ia bersama Mas Manca dan Mas Wila kembali menguras kolam di samping tempat ibadah. Jaka Tingkir kembali teringat ketika ia melompat mundur di kolam itu dan dilihat oleh Kanjeng Sultan.
“Di tempat inikah Dimas Tingkir melompat mundur ketika itu……?” Bertanya Mas Wila yang pernah mendengar cerita dari Jaka Tingkir sendiri.
“Ya benar, dari tanggul itu ke tanggul seberang……!” Jawab Jaka Tingkir.
“Di manakah saat itu ketika Kanjeng Sultan menyerang Dimas Tingkir……?” Mas Manca yang bertanya.
“Di sana, di lorong taman itu……!” Kata Jaka Tingkir sambil menunjuk dengan jarinya.
Ki Ganjur tetap kagum kepada Jaka Tingkir, walau kini kedudukannya telah kembali sebagai seorang lurah wira tamtama, namun tetap mau mengerjakan pekerjaan kasar membantu dirinya. Karena Sukra yang dahulu membantunya, kini juga sudah menjadi prajurit yang ditugaskan di kademangan asalnya.
Namun demikian, Jaka Tingkir harus segera bersiap karena siang nanti harus menghadap Kanjeng Sultan yang telah kembali dari pasanggrahan.
…………..
Bersambung………..
Petuah Simbah: “Pepatah Jawa mengatakan; sak dawa-dawane lurung, isih dawa gurung. Maksudnya adalah; sepanjang apapun sebuah lorong, masih lebih panjang perkataan orang.”
(@SUN-aryo).
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…