Penerus Trah Prabu Brawijaya.
(@SUN-aryo)
(564)
Mataram.
Seri Danang Sutawijaya.
Petugas ronda di gerbang alun-alun Kotagede tertegun ketika mendengar derap kaki kuda di lewat tengah malam itu. Derap kaki kuda yang tidak terlalu kencang. Sepertinya kuda-kuda itu menuju ke tempat itu
“Siapakah di tengah malam berkuda menuju tempat ini…..?” Bertanya salah seorang peronda.
“Pasti ada hal yang penting, jika tidak pasti akan ditunda esok hari….!” Jawab yang lain.
“Apakah kita perlu memberitahu kepada Ki Juru Martani…….?” Bertanya yang lain.
“Saya kira tidak perlu, biarlah kita tunggu mereka di sini……!” Usul yang lain.
“Yaaa……! Suara derap kaki kuda itu sudah semakin dekat. Lagi pula, Ki Juru Martani pasti sudah mendengar derap kaki kuda itu. Sedangkan Ki Ageng Mataram dan Raden Mas Danang Sutawijaya sekarang sedang di Pajang……!” Berkata peronda yang lain.
Mereka tak terpikirkan bahwa yang datang mungkin saja Ki Ageng Mataram beserta Raden Mas Danang Sutawijaya.
Baru mereka terkejut ketika yang datang adalah Ki Ageng Mataram dan Raden Mas Danang Sutawijaya sendiri.
“Oooh….., selamat malam Ki Ageng, selamat malam Raden Mas Danang…..!” Sapa mereka hampir berbarengan.
“Selamat malam kalian semua…..! Apa pacitan teman ronda malam ini…..?” Bertanya Ki Ageng Mataram berseloroh.
“He he he….., kacang godog dan manggleng, Ki Ageng…..!” Jawab salah seorang peronda.
“Minumnya jahe sere gula aren, Ki Ageng……!” Sahut yang lain.
“Waah mantep…..!” Berkata Raden Mas Danang Sutawijaya.
“Silahkan dilanjutkan rondanya, kami akan beristirahat…..!” Berkata Ki Ageng Mataram.
“Baik Ki Ageng…..! Selamat malam……!” Sahut mereka hampir berbarengan.
Di sisa malam itu, Ki Ageng Mataram dan Raden Mas Danang Sutawijaya bisa beristirahat beberapa saat. Raden Mas Danang Sutawijaya tidak sempat mengunjungi Ni Mas Mirah. Ni Mas Mirah pun menyadari akan tugas dari Raden Mas Danang Sutawijaya. Raden Mas Danang Sutawijaya tidak mengatakan kepada Ni Mas Mirah bahwa kepergiannya ke Pajang adalah karena hubungannya antara dirinya dengan Ni Mas Mirah itu. Sesungguhnya, kerelaan dari Kanjeng Sultan Hadiwijaya untuk tidak mempermasalahkan hubungan antara Raden Mas Danang Sutawijaya dengan Ni Mas Mirah adalah kabar yang menggembirakan bagi mereka berdua. Hal tersebut akan ia sampaikan malam nanti sebelum keesokan harinya sudah harus pergi ke pantai laut selatan.
Namun sebelum di ufuk timur semburat merah, Raden Mas Danang Sutawijaya telah berkeliling mengelilingi kawasan yang sedang dibangun. Walau hanya meninggalkan Kotagede dua tiga hari saja namun rasanya seperti sudah berbulan-bulan.
Raden Mas Danang Sutawijaya heran karena sudah ada tumpukan batu bata dan genteng yang masih baru. Rupanya penjual batu bata dan genteng dari Berja telah lebih cepat beberapa hari dari yang seharusnya dikirim. Semestinya masih dua tiga hari lagi sesuai kesanggupan. Namun justru lebih cepat dari yang dijanjikan.
Raden Mas Danang Sutawijaya beberapa saat berdiri di pintu gerbang. Ia mengangguk-angguk senang karena gapura pintu gerbang telah selesai. Raden Mas Danang Sutawijaya puas karena gapura yang indah dan megah itu telah sesuai dengan gambar yang ia buat. Gapura yang terbuat dari batu bata terbuka yang dikerjakan dengan telaten. Gapura yang di kiri dan kanan akan dilanjutkan dengan dibangun benteng. Ada rencana ke depan yang digagas oleh Raden Mas Danang Sutawijaya, bahwa di sisi luar beteng itu nantinya akan dibangun parit. Parit itu sebagai alat pertahanan yang baik untuk keraton. Siapa pun akan kesulitan untuk meloncati beteng karena terhalang oleh parit yang dalam yang disebut jagang. Jika ada musuh yang datang akan tertahan di luar beteng.
Raden Mas Danang Sutawijaya kemudian melanjutkan perjalanannya ke alun-alun. Tiga empat hari yang lalu telah disiapkan lobang untuk menanam pohon beringin di sekeliling tepi alun-alun.
…………………
Bersambung…………..
(@SUN-aryo)