Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#21

Di hari berikutnya kerjabakti pembangunan pondok untuk Ki Tanu dan putrinya lebih banyak lagi yang datang. Giliran yang dijadwalkan tak lagi berlaku, mereka dengan suka rela membantu, walau bukan gilirannya. Hari ini lebih dari duapuluh orang yang datang. Alhasil, pada hari kedua itu, pilar-pilar telah berdiri tegak. Belandar, suwunan, reng dan usuk telah terpasang dengan sunduk kili tanpa paku dan diikat dengan tali duk terbuat dari ijuk aren. Anyaman dinding dari iratan bambu petung pun sebagian telah jadi, walau belum terpasang. Anyaman bambu petung yang hitam putih indah dipandang mata. Bahkan jalan yang dahulu hanya setapak, kini telah diperlebar, bersih dan rapi.
Ketika sedang beristirahat sore, ada salah satu warga yang terlihat pucat dan lemas.
“Hei….! kenapa kau, tampak pucat dan lemas…..! wuooo…. badanmu panas juga…..!” kata salah seorang yang melihat dan kemudian menyentuh dahi orang yang tampak pucat itu.
“Nggak tahu kenapa, tetapi aku pusing sekali….!” kata orang itu lirih.
“Beristirahatlah biar dicarikan air hangat…..!” saran kawannya.
Ki Tanu kemudian juga mengetahui orang yang sakit itu. Ia kemudian memegang dahi orang itu yang memang panas.
“Tunggu sebentar, dan minumlah dahulu…..!” kata Ki Tanu yang kemudian mengambil kantong kecil yang berisi butiran jamu. Ia kemudian menyeduh butiran jamu itu dengan air hangat dan diberikan kepada orang yang sakit agar diminum.
Dengan penuh harap agar segera sembuh, orang itupun meminumnya.
Beberapa orang memperhatikan tindakan dari Ki Tanu itu. Mereka telah mendengar bahwa Ki Tanu telah menyembuhkan orang yang digigit ular. Apakah ia juga bisa membantu penyembuhan orang yang sakit demam itu?
Sejenak kemudian, mereka melihat orang yang sakit itu tidur terlentang di anyaman ketepe daun kelapa.
“Biarlah dia tidur, mungkin dia terlalu capai dan kurang tidur…..!” kata Ki Tanu.

Setelah beristirahat sejenak, mereka kembali melanjutkan kerjabakti – gotong royong. Dan orang yang sakit itu dibiarkannya tetap tidur.
Hari itu Ki Ulu-ulu tidak ikut kerjabakti, namun warga tetap giyat dan bersemangat.
Sebelum mereka mengakhiri kerja, orang yang sakit itu telah terbangun. Ia ingin segera bangun berdiri, namun dicegah oleh Ki Tanu.
“Sebaiknya kau tetap beristirahat, biar nanti badanmu tidak panas lagi…..!” kata Ki Tanu.
“Tetapi saya sudah sembuh, Ki…..!” kata orang itu.
“Beristirahatlah…..!” ulang Ki Tanu.
“Baiklah….., terimakasih…..! Jamu Ki Tanu sungguh mujarab…..!” kata orang yang sudah mulai sembuh itu.
“Hanya kebetulan saja…..!” kata Ki Tanu merendah.
Ki Tanu memang sengaja membawa persediaan jamu obat yang ada di ksatrian. Ia yakin suatu saat pasti diperlukan. Walaupun ia mampu meracik sendiri dari rempah-rempah yang ada di pasar dan dedaunan dan akar-akaran yang banyak tumbuh di pekarangan. Ia di samping berguru ilmu kanuragan dan ilmu jayakawijayan, juga berguru ilmu pengobatan.
Ilmu kanuragan dan ilmu jayakawijayan, di samping untuk pertahanan diri, juga lebih sering untuk menyakiti, bahkan untuk membunuh orang. Lain halnya dengan ilmu pengobatan yang semata-mata demi kesehatan dan kesembuhan orang. Ki Tanu berpendapat bahwa ilmu pengobatan akan lebih berguna dari ilmu kanuragan maupun jayakawijayan. Siapapun orangnya, suatu saat pasti akan memerlukan bantuan juru sembuh.
Namun Ki Tanu tak berpikiran bahwa ilmu pengobatan itu akan dijadikannya sebagai mata pencaharian. Namun ilmunya itu akan ia pergunakan sebagai sarana untuk membantu sesamanya. Karena uang logam dan emas berlian yang ia simpan akan cukup untuk anak cucunya. Walau demikian, tak seorangpun yang tahu penyimpanan barang-barang berharga itu.

Kesembuhan orang yang tadi pucat dan panas itu menjadi perbincangan mereka yang baru pulang dari gotong royong. Mereka semakin yakin bahwa Ki Tanu adalah seorang yang sakti. Ia mampu membangun gubug di atas pohon hanya seorang diri dalam satu hari. Dan kemudian ia mampu menyembuhkan orang yang dipatuk ular. Kini Ki Tanu mengobati orang yang demam dengan jamunya dan lansung sembuh. Bahkan mereka berharap Ki Tanu menjadi juru sembuh di kademangan Pengging ini.
………..
Bersambung…….

Petuah Simbah: “Ilmu yang dimiliki akan dipersembahkan untuk membantu sesama.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#838

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(838)Mataram. Pertempuran di jalanan kotaraja Madiun itu semakin sengit. Pasukan Mataram yang terdiri…

2 jam ago

AI Generatif: Mempelajari, Memahami dan Mengimplementasikan

AI generatif adalah cabang dari kecerdasan buatan yang berfokus pada menciptakan konten baru, baik itu…

24 jam ago

Antivirus Terbaik Gratis untuk Android

Seiring dengan meningkatnya penggunaan perangkat Android di seluruh dunia, ancaman terhadap keamanan siber juga semakin…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#837

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(837)Mataram. Senopati Saruju salah satu senopati Mataram yang berilmu tinggi ikut mendampingi Raden…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#836

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(836)Mataram. Karena di jalanan yang tidak luas seperti itu tidak leluasa memasang gelar…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#835

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(835)Mataram. Jalanan yang lengang itu bisa dibaca oleh Ki Dhandhang Wisesa sebagai sebuah…

2 hari ago