Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#31

Si penjual bibit masih menawarkan diri; “Kalau demikian, aku bantu untuk gantian menggendong si sakit itu…..!”
“Terimakasih kisanak, aku bisa bergantian menggendong kok…..!” sahut ayah si sakit.
“Ooh ya, jika demikian, saya akan meneruskan perjalanan pulang. Semoga anak ini segera mendapat pengobatan…..!” kata si penjual bibit pohon buah.

Akhirnya mereka meneruskan perjalanan masing-masing. Si penjual bibit pohon buah pulang ke rumahnya untuk segera memberikan obat untuk istrinya yang masih terbaring lemah di rumahnya. Sedangkan prajurit sandi itu tetap menggendong si anak yang sakit untuk segera sampai di pondok Ki Tanu.
Pondok Ki Tanu sudah tampak, prajurit sandi itu harus berhati-hati, karena ia mengerti bahwa Ki Tanu adalah seorang yang berilmu tinggi. Ia menduga bahwa Ki Tanu pasti memiliki wawasan yang luas pula. Atau jangan-jangan Ki Tanu juga seorang prajurit sandi pula, entah dari mana dan untuk keperluan apa. Namun prajurit sandi itu memang tidak ingin membuat masalah di pondok Ki Tanu itu. Ia hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang Ki Tanu dan kemudian akan dilaporkan kepada senopati prajurit sandi di Demak Bintara.

Ketika itu Ki Tanu dan Gendhuk Jinten sedang memilah-milah bibit pohon buah yang tadi baru diturunkan dari gerobak dorong milik si penjualnya. Dan kemudian Gendhuk Jinten mengocor bibit-bibit itu agar tetap segar dan tidak layu.
Ki Tanu melihat beberapa orang datang dengan salah seorang anak dalam gendongan segera berlari menyongsongnya.
“Maaf Ki Tanu, kami merepotkan dan mengganggu….!” kata ayah anak yang sakit.
“Ooh tidak apa-apa…..! Marilah masuk ke teras pondok…..!” kata Ki Tanu.
Setelah saling berkabar keselamatan, ayah si sakit kemudian mengutarakan keperluannya, yaitu mohon bantuan kesembuhan bagi anaknya.
“Saya hanyalah manusia biasa seperti kisanak, saya hanya berusaha dengan sarana jejamuan yang aku ketahui. Tentang kesembuhan si sakit, kita serahkan kepada Sang Juru Sembuh yang berkuasa atas sehat sakitnya setiap orang, bahkan hidup mati setiap orang…..!” kata Ki Tanu yang agak sulit dimengerti oleh ayah si sakit. Namun prajurit sandi itu bisa mengerti sepenuhnya.
Prajurit sandi itu mendapat kesan yang baik terhadap Ki Tanu yang ramah dan rendah hati.
Ki Tanu kemudian memeriksa anak yang sakit, badannya anyep – dingin dan pucat.
“Makannya sulit sekali, Ki…..!” kata ibu si sakit sebelum ditanya oleh Ki Tanu.
Ki Tanu mengangguk-angguk tanda memahami kata ibu si anak tersebut.
“Silahkan menunggu sebentar, kisanak sekalian…..!” kata Ki Tanu yang kemudian masuk ke dalam pondok.
Ia mengerti bahwa putrinya, Gendhuk Jinten pasti sedang menjerang air dan membuat minuman teh gula jawa seperti yang dibuat pagi tadi dan juga yang telah disuguhkan kepada si penjual bibit pohon buah sebelumnya.
Ki Tanu kemudian menyeduh butiran jamu dengan air panas yang ditambah sedikit gula aren agar anak itu mau meminumnya.
“Minum dahulu jamu ini, Le…., biar cepet sembuh…..!” kata ibu si sakit setelah menerima dari Ki Tanu.
“Nggak mau……! pahit…..!” tolak anak itu yang mendengar kata jamu yang pasti pahit.
“Tidak Nak…..! tidak pahit….! coba dicicipi sedikit dahulu…..!” bujuk Ki Tanu.
Dengan ragu anak itu pun mencicipi seduhan jamu yang hangat dan manis itu. Namun anak itu tidak hanya mencicipi, namun langsung menghabiskan secangkir jamu itu. Mereka yang menyaksikan pun tersenyum melihat anak itu menghabiskan secangkir jamu walau tadinya menolak. Ki Tanu pun tersenyum pula yang kemudian menyerahkan sebungkus kecil butiran jamu kepada ibu si sakit.
“Nanti diminumkan sehari satu kali saja menjelang tidur malam, dengan air hangat, boleh ditambah dengan gula aren, atau gula kelapa atau gula batu juga boleh…..!” pesan Ki Tanu.
“Terimakasih sekali Ki Tanu…..! semoga anakku segera sembuh…..!” kata si ibu.
Sejenak kemudian, Gendhuk Jinten telah membawa minuman hangat untuk disuguhkan kepada para tamunya.
“Silahkan paman dan bibi untuk minum sebagai pengusir dahaga…..!” kata Gendhuk Jinten dengan sopan santun dan unggah-ungguh yang genap.
…………..
Bersambung………

Petuah Simbah: “Ketika masih kanak-kanak akan lebih mudah ditanamkan kedisiplinan, budi pekerti dan unggah-ungguh.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#838

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(838)Mataram. Pertempuran di jalanan kotaraja Madiun itu semakin sengit. Pasukan Mataram yang terdiri…

1 jam ago

AI Generatif: Mempelajari, Memahami dan Mengimplementasikan

AI generatif adalah cabang dari kecerdasan buatan yang berfokus pada menciptakan konten baru, baik itu…

24 jam ago

Antivirus Terbaik Gratis untuk Android

Seiring dengan meningkatnya penggunaan perangkat Android di seluruh dunia, ancaman terhadap keamanan siber juga semakin…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#837

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(837)Mataram. Senopati Saruju salah satu senopati Mataram yang berilmu tinggi ikut mendampingi Raden…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#836

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(836)Mataram. Karena di jalanan yang tidak luas seperti itu tidak leluasa memasang gelar…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#835

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(835)Mataram. Jalanan yang lengang itu bisa dibaca oleh Ki Dhandhang Wisesa sebagai sebuah…

2 hari ago