Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#34

Bahkan Ki Demang dan para perangkat kademangan sering berkunjung ke pondok Ki Tanu pula. Cara pengelolaan lahan yang diterapkan oleh Ki Tanu ditularkan kepada warga kademangan yang lain.
Keberadaan Ki Tanu sungguh mengangkat harkat kehidupan bagi kademangan Pengging. Pengging pun telah berkembang pesat bak sebuah kadipaten yang sering menjadi perbincangan sampai di keraton Demak.
Sering pula Ki Demang mengajak para petani untuk datang ke pondok Ki Tanu agar mendapat bimbingan cara-cara pengelolaan lahan yang baik dan benar.
Bahkan, Ki Tanu juga menceritakan pengalamannya ketika menyaksikan peternak sapi perah yang menghasilkan susu melimpah.
“Tempat ini sangat cocok untuk dikembangkan peternakan sapi perah, udaranya sejuk dan pakan ternak melimpah……!” kata Ki Tanu pada suatu saat, dan itu pernah disampaikan pula kepada Ki Demang.
Para petani bertambah wawasan dan bertumbuh tekat untuk mengembangkan cara pengelolaan lahan setelah mendapat banyak pengetahuan dari Ki Tanu.
Tak jarang pula Ki Tanu yang diajak oleh Ki Demang untuk berkunjung ke sebuah kabekelan untuk memberi wawasan kepada para petani di tempat itu.

Gendhuk Jinten kini telah memasuki masa akil balik, dan berkembang menjadi seorang gadis remaja yang cantik jelita. Seorang gadis yang terampil dan rajin mengerjakan berbagai hal. Ia seorang yang berbudi luhur dan tahu sopan santun dan budi pekerti. Namun demikian tidak ada perjaka yang berani mendekati Gendhuk Jinten karena wibawa Ki Tanu. Gendhuk Jinten sungguh bisa menikmati kehidupan di pondok yang telah tampak ijo royo-royo dengan berbagai pohon buah yang sebagian telah mulai berbuah. Ia pun lincah memanjat pohon jambu untuk memetik buahnya.
Bahkan Gendhuk Jinten senang bermain-main dengan ikan-ikan maupun kambing-kambingnya.

Gendhuk Jinten paling senang mencuci pakaian di sungai yang airnya jernih dan sejuk. Setelah selesai dicuci, pakaian pun digantang di tepi sungai, sedangkan ia kemudian mandi sepuasnya di belik yang ada pancurannya di tepi sungai itu. Tak jarang, Gendhuk Jinten sampai ketiduran di bawah pohon ketepeng yang rimbun di tepi sungai itu. Bahkan kemudian di bawah pohon itu dibuat bangku dingklik yang bisa untuk berselonjor melepas lelah.

Sementara itu, seorang pangeran di Demak Bintara benar-benar ingin membuktikan kabar tentang kemajuan sebuah kademangan, kademangan Pengging. Namun demikian, ia tidak berkunjung dengan pakaian kebesaran seorang pangeran, tetapi dengan pakaian seorang pengembara. Ia kemudian mengajak seorang prajurit sandi yang telah berpengalaman bertugas di wilayah kademangan Pengging dan sekitarnya. Dalam pengembaraannya nanti, pangeran itu akan mengaku sebagai pengembara dari ujung barat pulau ini.
Hari itu, sang pangeran telah berangkat menuju ke kademangan Pengging bersama seseorang prajurit sandi yang dahulu pernah bercerita banyak tentang kademangan Pengging. Bahkan sang pangeran itu masih teringat ketika prajurit sandi itu menceritakan bahwa di kademangan Pengging itu ada seorang gadis yang cantik jelita dengan mata kocak blalak-blalak. Ia terkesan dengan cerita itu sehingga berniat untuk membuktikannya.
“Terimakasih jika saya boleh bertugas di kademangan itu lagi, gusti pangeran…..!” kata prajurit itu dengan senang.
Mereka berdua pun telah meninggalkan keraton Demak Bintara. Mereka berjalan tidak tergesa-gesa, bahkan sering mampir di tempat-tempat yang menarik perhatian. Bahkan sempat mampir berlama-lama ketika melewati sebuah rawa yang luas dan airnya jernih, Rawa Pening.
Mereka berdua pun sempat naik ke bukit Telamaya, dari sana bisa melihat dengan jelas dua pucuk gunung yang menjulang tinggi yang tampak indah dan gagah, gunung Merapi dan gunung Merbabu. Lelehan lahar gunung merapi sangat menarik perhatian sang pangeran itu.
“Apakah kita bisa pergi lebih dekat ke puncak gunung Merapi itu…..?” tanya sang pangeran.
“Bisa, gusti pangeran…..! Namun harus sangat berhati-hati dan benar-benar sehat serta kuat…..!” kata prajurit sandi yang sarat pengalaman itu.
“He he he he…….! suatu saat kau harus mengantar aku ke sana……!” kata sang pangeran.
………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Olahlah dengan cara yang baik dan benar lahan kita, niscaya akan menghasilkan buah yang melimpah.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#808

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(808)Mataram. Adipati Pragola kemudian menawarkan kepada Pangeran Benawa; "Akan aku tempatkan prajurit sandi…

9 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#807

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(807)Mataram. Raden Benawa kemudian melanjutkan perjalanannya. Ia tidak ingin mengabaikan satu hari saja…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

4 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

5 hari ago