Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#49

Wilapa kemudian mengatakan kepada Ki Bekel Klurak bahwa saudaranya itu ingin sekali mendengar cerita tentang Rara Jonggrang dan candi Prambanan pada umumnya.
“Ceritanya panjang, kisanak….! tetapi aku senang jika ada orang yang mau mendengarkan kisah Rara Jonggrang…..!” kata Ki Bekel.
“Tentu aku senang sekali untuk mendengarkan, Ki Bekel……!” kata Bayaputih.
Bayaputih putih sendiri mengenalkan namanya kepada Ki Bekel dengan nama Birawa. Jika dengan nama Bayaputih sepertinya tidak wajar.

Ki Bekel kemudian mulai bercerita tentang kisah Rara Jonggrang.
Tersebutlah seorang raja yang sakti mandraguna yang bertahta di atas gumuk, sebuah bukit pegunungan yang tidak terlalu tinggi. Tahta kerajaan itu disebut keraton Baka. Sedangkan rajanya bergelar Prabu Baka.
“Keraton Ratu Baka itu sekarang masih berdiri, namun sebagian sudah rata dengan tanah. Konon ceritanya karena terjadi gempa bumi yang hebat…..!” sela Ki Bekel Klurak.
“Pasti dahulu merupakan istana yang sangat megah…..!” sahut Birawa.
“Benar….! Istana yang terbangun dari batu-batu ukir yang sangat besar dan sangat banyak…..! Saya sendiri tidak bisa membayangkan, bagaimana istana batu yang sedemikian luas itu dibangun di atas bukit….!” lanjut Ki Bekel.
“Itulah kesaktian para nenek moyang kita zaman dahulu, Ki Bekel…..!” sela Wilapa yang pernah berkunjung ke istana Ratu Baka.
“Memang benar demikian, besuk aku antar untuk membuktikan……!” kata Ki Bekel Klurak.

Ki Bekel kemudian melanjutkan ceritanya.
Prabu Baka dikenal sebagai seorang raja yang lalim, ia ingin menyerbu kerajaan Pengging di sisi timur gunung merapi.
“Pengging…..? Apakah Pengging itu sama dengan Pengging yang pernah kita kunjungi, Wilapa….?” tanya Birawa heran.
“Kemungkinan sama, namun kerajaan Pengging yang diceritakan itu terjadi berabad-abad sebelumnya. Dan kerajaan itu konon telah luluh lantak karena terjadinya pralaya, meletusnya gunung Merapi yang memuntahkan lahar ke seluruh penjuru di sekitar gunung Merapi…..!” kata Wilapa yang pernah mendengar cerita itu.
“Benar kata kisanak Wilapa….! Yang aku dengar, Pengging yang sekarang pun telah maju dan berkembang….!” kata Ki Bekel Klurak yang tidak tahu bahwa Birawa dan Wilapa baru saja lari dari kademangan Pengging.

Ki Bekel kemudian melanjutkan ceritanya.
Prabu Damarmaya, raja Pengging saat itu mendengar rencana Prabu Baka yang akan menyerbu kerajaannya. Ia kemudian mengutus putranya, Raden Bandung Bandawasa untuk mendahului menyerbu keraton Baka. Raden Bandung Bandawasa tak perlu mengerahkan pasukan untuk menaklukkan Prabu Baka. Ia yang sakti mandraguna itu berhasil masuk ke dalam keraton Baka. Ia bisa berhadap-hadapan langsung dengan Prabu Baka. Dan ia mengatakan bahwa ia adalah putra mahkota kerajaan Pengging.
“Prabu Baka tak perlu menyerbu keraton Pengging, aku tantang Sang Prabu untuk berperang tanding melawan aku, jika aku kalah, Pengging menyerah, namun jika Sang Prabu yang kalah, negeri Baka menjadi bagian dari Pengging……!” tantang Bandung Bandawasa.
“Bedebah keparat……! Kau terlalu sombong, anak muda…..! Seluruh negeri Pengging melawan aku pun tak akan sanggup. Apalagi kau anak kemarin sore berani menantang aku, keparat……!” sesumbar Prabu Baka.
“Ayo kita buktikan, Sang Prabu…..!” desak Raden Bandung Bandawasa.
“Bedebah keparat…..! Ayo keluar, jangan di sini, di tempat yang luas di Ara-ara Amba di seberang kali Opak….!” kata Prabu Baka yang marah.

Ki Bekel kemudian melanjutkan ceritanya.
Kemudian benar-benar terjadi perang tanding antara Prabu Baka yang sakti mandraguna melawan Raden Bandung Bandawasa yang sulit dijajagi kesaktiannya. Perang tanding benar-benar dilaksanakan di sebuah pandang rumput yang luas di seberang kali Opak yang disebut Ara-ara Amba.
Prabu Baka yang sakti mandraguna itu kemudian memamerkan salah ilmu andalan, aji Gelapngampar. Ia kemudian tertawa terbahak-bahak yang menggetarkan dada dan membuat bulu kuduk meremang.
Jika orang yang tidak berilmu tinggi diserang dengan aji Gelapngampar, pasti akan rontok isi dadanya.
……….
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Semestinya kita bangga terhadap nenek moyang kita yang mampu membangun salah satu keajaiban dunia.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

16 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

2 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

5 hari ago