Sementara itu, para prajurit yang memburu Raden Bandung Bandawasa di dusun Bogem dan sekitarnya tidak menemukan buruannya. Senopati yang memimpin perburuan itu kemudian memerintahkan untuk kembali ke keraton Baka. Ia mengkhawatirkan keselamatan Rara Jonggrang jika Bandung Bandawasa sampai masuk ke keraton. Mereka segera bergegas kembali ke keraton Baka.
Dalam pada itu, Rara Jonggrang tercengang ketika menyaksikan bagaimana Bandung Bandawasa secara mengagumkan membuat sumur di batu cadas. Dengan kesaktiannya, Raden Bandung Bandawasa melubangi batu cadas dengan mudah. Bahkan serpihan batu cadas itu dengan enteng dilemparkan ke jurang yang tak jauh dari galian sumur itu. Dalam waktu yang singkat, galian sumur telah beberapa depa dalamnya.
Rara Jonggrang terkejut ketika melihat Bandung Bandawasa tiba-tiba meloncat turun ke dalam sumur. Rara Jonggrang semakin terkejut ketika sekejap kemudian menyaksikan pusaran serpihan batu beterbangan dari dalam sumur.
“Heeem……, sungguh sakti mandraguna putra Pengging ini. Tetapi aku harus bisa membalaskan dendam ayahnda Prabu dan paman Patih Gupala…..!” batin Rara Jonggrang.
Sesaat kemudian, Rara Jonggrang memanggil prajurit jaga yang berada tak jauh dari tempat itu. Prajurit jaga itu pun segera datang.
“Panggil beberapa teman, cepat datang ke tempat ini…..!” pinta Rara Jonggrang.
Prajurit itu pun segera memanggil teman-temannya.
Beberapa saat kemudian, Rara Jonggrang terkejut, karena yang datang adalah sepasukan prajurit. Para prajurit itu adalah mereka yang baru datang dari memburu Bandung Bandawasa.
“Beruntung mereka datang…..!” batin Rara Jonggrang.
Ketika itu, prajurit jaga telah memberitahukan kepada senopati pasukan prajurit tentang Rara Jonggrang yang bersama dengan Bandung Bandawasa. Senopati itu terkejut setelah mengetahui bahwa buruannya telah sampai di keraton Baka. Namun ia sedikit tenang bahwa Rara Jonggrang tetap selamat tak kurang suatu apa.
Rara Jonggrang segera menemui mereka sedikit agak jauh dari sumur yang sedang digali oleh Bandung Bandawasa.
“Paman Senopati…..! Kebetulan sekali kalian datang. Ada tugas yang segera kalian lakukan…..!” kata Rara Jonggrang.
“Ada perintah apa, gusti Putri…..?” tanya senopati itu.
Rara Jonggrang kemudian menceritakan apa yang sedang terjadi berkaitan dengan Bandung Bandawasa yang sedang menggali sumur. Rara Jonggrang pun kemudian mengatakan apa yang harus dilakukan oleh para prajurit itu.
“Baik, gusti Putri, akan segera kami lakukan…..!” kata senopati itu.
Senopati itu segera menggerakkan para prajurit untuk membawa batu-batu besar ke sekitar sumur yang sedang di buat oleh Bandung Bandawasa. Senopati dan para prajurit itu heran ketika melihat pusaran serpihan batu cadas yang keluar dari lobang sumur itu.
“Sungguh sakti mandraguna orang itu…..! Layak jika ia mampu menewaskan Prabu Baka dan Patih Gupala…..!” batin senopati itu.
“Kapan kita laksanakan, gusti Putri…..?” tanya senopati prajurit Baka itu.
“Tunggu sebentar, biar lebih dalam lagi sumur itu…..!” jawab Rara Jonggrang.
Ki Bekel Klurak berhenti sejenak sambil mengedarkan pandangan ke kawasan belakang candi Ratu Baka itu. Sedangkan Birawa dengan sungguh-sungguh menyimak kisah yang diceritakan oleh Ki Bekel. Ia penasaran, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh para prajurit Baka tersebut. Namun Ki Bekel segera melanjutkan ceritanya.
Batu-batu besar telah terkumpul di sekitar sumur tanpa diketahui oleh Raden Bandung Bandawasa yang berada di dalam sumur.
Senopati prajurit Baka segera memberi aba-aba agar batu-batu itu dilemparkan ke dalam sumur. Dengan demikian, Bandung Bandawasa pasti akan tewas tertimbun batu-batu di dalam sumur buatannya sendiri.
Senopati prajurit itu sendiri yang melemparkan pertama kali sebongkah batu besar. Namun tak terdengar gedebum suara batu jatuh di dasar jurang. Ia menduga batu itu menimpa Bandung Bandawasa yang berada di dasar sumur. Demikian juga tak terdengar suara mengaduh dari dalam sumur. Mereka yakin bahwa Bandung Bandawasa langsung tewas.
……………
Bersambung…………..
Petuah Simbah: “Saling balas dendam membuat permusuhan tak akan berkesudahan.”
(@SUN)
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…