Perasaan yang campur aduk dari Raden Bandung Bandawasa melihat kedatangan Rara Jongrang. Tak dipungkiri, Raden Bandung Bandawasa mengagumi kemolekan Rara Jonggrang. Namun ia juga marah dan sangat kecewa kepada Rara Jonggrang, bahkan muncul rasa dendam. Rara Jonggrang pernah berusaha membunuhnya ketika ia sedang berada di dalam sumur. Dan kini ia berusaha untuk menggagalkan pembangunan seribu candi yang dimintanya.
“Sudah selesaikan pembangunan seribu candi yang aku minta, Raden…..?” tanya Rara Jonggrang memecah kebekuan.
“Hitunglah sendiri, apakah candi-candi seperti itu yang kau kehendaki dan jumlahnya telah genap seribu…..!” kata Raden Bandung Bandawasa.
Rara Jonggrang kemudian meminta kepada orang-orang yang bersamanya untuk menghitung candi-candi yang baru dibangun itu.
Mereka, orang-orang itu sangat kagum dengan yang mereka lihat. Bagaimana mungkin padang rerumputan yang sehari sebelum berupa semak belukar, kini telah berwujud tatanan candi yang indah dan megah. Jumlah candi baru itu sangat banyak. Dan kini, mereka harus menghitungnya.
Sepuluh orang telah mulai menghitung dari arah yang berbeda. Mereka harus yakin bahwa jumlah candi itu telah genap seribu buah.
Berdebar juga hati Raden Bandung Bandawasa justru karena ia telah mencoba menghitung dan jumlahnya belum genap seribu candi. Namun ia berharap bahwa hitungannya sendiri yang salah atau kelewatan ada yang belum dihitung.
Rara Jonggrang pun berdebar-debar, candi-candi baru telah berdiri megah dan tertata rapi. Sepertinya jumlah candi cukup banyak, namun Rara Jonggrang berharap jumlah seribu belum terpenuhi.
Mereka yang menghitung tidak segera kembali. Bahkan ketika matahari telah sepenggalah belum ada yang kembali satu pun. Area padang rerumputan yang telah berdiri candi-candi itu memang cukup luas. Mereka harus menghitung dengan teliti sehingga memerlukan waktu yang cukup lama.
Namun orang pertama telah datang dengan keringat bercucuran. Rara Jonggrang tidak sabar dan segera bertanya.
“Bagaimana hasil hitungannya, Paman……?” tanya Rara Jonggrang.
Raden Bandung Bandawasa pun berdebar menunggu jawaban orang itu.
“Maaf Gusti Putri…..! Menurut hitungan saya, jumlah candi itu ada sembilan ratus delapan…..!” kata orang itu.
“Benarkah hitunganmu, Paman…..!” Rara Jonggrang minta ketegasan.
“Yaaa….! Menurutku benar…..!” tegas orang itu.
“Heee…..! Terimakasih Paman….!” kata Rara Jonggrang dengan gembira. Dan kemudian katanya kepada Raden Bandung Bandawasa; “Raden dengar sendiri…..?!”
Raden Bandung Bandawasa tidak menjawab, namun menahan amarah.
Sejenak kemudian datang orang kedua dan orang ketiga hampir bersamaan.
Rara Jonggrang semakin tidak sabar untuk mengetahui berapa hasil hitungan orang-orang itu.
“He Paman…..! Berapa hitungan kalian…..?” kata Rara Jonggrang ketika orang-orang itu belum berhenti berjalan.
“Maaf Rara, menurut hitungan saya, jumlah candi itu ada sembilan ratus sembilan puluh tujuh…..!” kata orang kedua.
Kemudian disambung oleh orang ke-tiga; “Menurut hitungan saya jumlah candi ada sembilan ratus sembilan puluh sembilan….!”
“Heee…..Benarkah…..?!” kata Rara Jonggrang sumringah.
“Ketiga Paman ini tidak ada yang jumlahnya seribu……! Apa kata Raden…….?” sindir Rara Jonggrang kepada Raden Bandung Bandawasa.
Raden Bandung Bandawasa tidak menjawab, namun wajahnya merah padam menahan amarah.
Rara Jonggrang tersenyum sinis, senyum yang sangat menusuk hati Raden Bandung Bandawasa. Ketika kemudian berdatangan mereka yang menghitung jumlah candi berikutnya.
“Hee Paman sekalian……! langsung saja kalian laporan hasil penghitungan candi-candi itu…..!” kata Rara Jonggrang tidak sabar.
“Hitungan saya sebulan ratus sembilan puluh sembilan gusti Putri…..!” kata orang ke empat.
“Hitungan saya sembilan ratus sembilan puluh delapan, gusti Putri…..!” sahut orang berikutnya.
“Sama, gusti Putri…., sembilan ratus sembilan puluh delapan…..!” kata orang berikutnya.
Rara Jonggrang tersenyum lebar penuh kemenangan.
…………..
Bersambung…………
Petuah Simbah: “Sering terjadi, tidak senang atas keberhasilan orang lain, namun bersuka ria atas kegagalan orang lain.”
(@SUN)
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…