Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#73

gendhuk jinten

Seperti yang direncanakan oleh Lasa, ia dan Bayaputih berjalan dari candi Prambanan lurus ke arah gunung merapi. Jalan yang mereka lalui banyak bebatuan dan hamparan pasir.
“Inilah lahar dan bebatuan yang mengubur segala kehidupan di sekitar gunung merapi ini, pangeran…..!” kata Lasa.
“Bisa dibayangkan betapa dahsyat amukan gunung Merapi saat itu…..!” sahut Bayaputih.
“Keraton Mataram pun tak terlihat bekasnya lagi……! Dan konon cerita dari para sesepuh zaman dahulu, banyak pula candi-candi yang terkubur pasir merapi……!” kata Lasa.
Bayaputih heran, karena banyak ditemui batu-batu besar lebih besar dari kerbau. Bagaimana bisa letusan gunung Merapi mampu melontarkan batu-batu besar sampai sejauh itu.
Mereka berdua pun terus berjalan tanpa hambatan.
“Nanti kita mampir di warung sate tak jauh dari pasar Jambon. Dahulu kami berenam pernah mampir di warung itu……!” kata Lasa.

Sementara itu, Ki Tanu telah berkesempatan untuk bertanya kepada putrinya tentang keadaannya.
“Jinten…..! bagaimana dengan keluhan mual yang kau rasakan…..?”
“Kadang mual-mual datang tiba-tiba, namun kadang-kadang hilang dengan sendirinya, ayah…..!” kata Gendhuk Jinten.
“Jinten…..! Apakah kau sadari bahwa keadaanmu itu tidak wajar…..?” tanya Ki Tanu.
“Tidak wajar bagaimana, ayah…..?” Gendhuk Jinten balik bertanya.
“Sesungguhnya kau ini tidak sakit….!” kata Ki Tanu.
“Tetapi mual-mualnya ini yang Jinten tidak tahan, ayah…..!” kata Gendhuk Jinten.
Ki Tanu menghela nafas panjang, karena sepertinya putrinya itu benar-benar tidak menyadari keadaan tubuhnya.
Namun kemudian Ki Tanu bertanya yang mulai mengarah.
“Jinten…..! Apakah kau sudah memiliki teman pria yang dekat denganmu……?”
“Apa maksud ayah……?” tanya Gendhuk Jinten yang benar-benar tidak tahu maksud dari ayahnya.
Ki Tanu sedikit heran, karena sepertinya putrinya benar-benar tidak tahu arah pembicaraannya.
“Adakah seorang lelaki yang sering datang menemuimu ketika aku sedang pergi……?” kata Ki Tanu yang curiga, jangan-jangan ada seorang pria yang menemui putrinya ketika ia sedang pergi.
“Tidak, ayah…..! Bahkan sama sekali belum pernah…..! Mereka yang datang, biasanya mencari buah-buahan di kebun, ayah…..! Namun tak pernah berakrab-akrab dengan Jinten…..!” kata Gendhuk Jinten jujur.
Ki Tanu memang selalu mendidik putrinya itu untuk selalu berkata jujur. Tetapi mengapa keadaan putrinya itu tidak selaras dengan keadaan tubuh putrinya yang semakin kentara itu.
“Benarkah tidak pernah ada seorang lelaki yang mencoba mendekati kamu…..?” tanya Ki Tanu ingin meyakinkan.
“Ayah…..! Apakah ayah ingin menjodohkan Jinten dengan seseorang…..?” Gendhuk Jintenlah yang bertanya.
Ki Tanu terdiam karena tidak mengira bahwa putrinya akan bertanya seperti itu.
“Jinten masih terlalu muda untuk berkeluarga, ayah……!” lanjut Gendhuk Jinten.
Ki Tanu semakin heran karena yakin bahwa putrinya berkata jujur dan polos. Tetapi Ki Tanu juga heran dengan keadaan putrinya yang seperti keadaan ibunya Gendhuk Jinten ketika mulai mengandung putrinya itu.

Ki Tanu masih kesulitan untuk mengetahui keadaan putrinya yang sesungguhnya. Namun kemudian Ki Tanu timbul gagasan. Ia ingin minta tolong seorang dukun bayi untuk meyakinkan keadaan putrinya yang sebenarnya. Karena tidak mungkin ia sendiri yang melakukan untuk mengetahui keadaan putrinya.

Ki Tanu sebelumnya telah menghubungi seorang dukun bayi yang telah sepuh dan berpengalaman. Ki Tanu mengemukakan keadaan putrinya yang membuat ia curiga. Namun Ki Tanu pun telah berpesan kepada Mbok dukun bayi agar berhati-hati dalam mencari tahu tentang keadaan putrinya.

Kesempatan pun tiba, ketika Gendhuk Jinten muntah-muntah, Ki Tanu minta kepada Gendhuk Jinten supaya diurut perutnya agar tidak muntah-muntah lagi. Gendhuk Jinten dengan senang hati menerima saran dari ayahnya.
“Baik ayah…..! Mbok dukun itu tentu juga bisa memijat untuk capek dan pegal linu…..!” kata Gendhuk Jinten.
………….

Petuah Simbah: “Kejujuran adalah salah satu dasar tindak keutamaan.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Learn More →

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *