Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Gendhuk Jinten.
Namun Ki Tanu telah berketetapan hati untuk mengatakan rencananya.
“Ki Demang…..! Saya tidak bisa menyembunyikan muka ini di hadapan kawula kademangan Pengging. Oleh karena itu, saya mohon pamit kepada Ki Demang untuk sementara waktu…..!” kata Ki Tanu.
“Sesungguhnya kami sangat keberatan jika Ki Tanu mesti meninggalkan kademangan ini. Bisa jadi kemajuan kademangan Pengging akan terhenti…..! Dan bagaimana nanti nasib Gendhuk Jinten beserta janin yang dikandungnya….?” tanya Ki Demang.
“Maaf Ki Demang…..! Untuk perawatan Gendhuk Jinten dan janin yang dikandungnya, sudah saya percayakan kepada Mbok dukun…..!” kata Ki Tanu.
Ki Demang tidak segera menanggapi kata-kata Ki Tanu, karena Ki Demang sedang memikirkan gagasan yang mungkin bisa diterima oleh Ki Tanu. Terlebih setelah Ki Demang tahu bahwa Gendhuk Jinten adalah cucu Baginda Raja Majapahit. Tak selayaknya gadis muda itu menderita.
Ketika kemudian Ki Demang menyampaikan gagasannya.
“Ki Tanu…..! Saya tentu tidak bisa mencegah keinginan Ki Tanu, saya paham dan bisa merasakan betapa Ki Tanu sangat tertekan. Ki Tanu tahu bahwa saya tidak dikaruniai keturunan, oleh karena itu, Gendhuk Jinten akan aku angkat sebagai anakku, sedangkan bayi yang lahir, nanti akan aku angkat menjadi cucuku pula…..!” kata Ki Demang.
Ki Tanu mengangguk-angguk kecil, namun sesungguhnya itulah yang diharapkan oleh Ki Tanu. Ki Tanu bisa menyembunyikan sukacitanya agar tidak membuat Ki Demang curiga.
“Apakah itu tidak berlebihan, Ki Demang…..? Sesungguhnya yang aku harapkan, Jinten biarlah hidup sewajarnya saja…..!” dalih Ki Tanu.
“Tidak Ki Tanu…..! Gendhuk Jinten adalah trah kusuma rembesing madu, tak seharusnya ia sengsara hidupnya…..!” kata Ki Demang.
“Baiklah…., jika demikian, Jinten saya percayakan kepada Ki Demang dan Nyi Demang…..!” kata Ki Tanu yang merasa lega.
Mereka berdua masih berbincang beberapa lama tentang berbagai hal.
Ki Tanu minta tolong kepada Ki Demang untuk memintakan pamit kepada Gendhuk Jinten. Karena jika Ki Tanu yang berpamitan kepada putrinya itu pasti tidak akan direlakan untuk meninggalkannya.
Ki Tanu juga sudah menyiapkan surat untuk diberikan kepada putrinya, Gendhuk Jinten. Dalam surat itu telah ditulis tentang berbagai hal oleh Ki Tanu. Diharapkan, ketika Gendhuk Jinten telah membaca suratnya, ia akan bisa memahami mengapa ia harus pergi untuk beberapa waktu.
Pada akhirnya, Ki Tanu benar-benar berpamitan kepada Ki Demang dan Nyi Demang. Dikatakan bahwa ia akan mencari ibunya Gendhuk Jinten sampai waktu yang tidak ia ketahui.
“Aku harap, Ki Tanu cepat kembali bersama Gusti Putri – Nyi Tanu…..!” kata Ki Demang.
“Itulah yang saya harapkan pula, Ki Demang…..!” kata Ki Tanu.
Namun, sebelum Ki Tanu berbalik dan melangkahkan kaki, ia sempat menyerahkan sepucuk surat lagi yang diperuntukkan bagi Ki Demang sendiri.
Ki Tanu pun kemudian cepat-cepat berbalik dan melangkah meninggalkan pendapa kademangan Pengging.
Ki Demang tertegun, namun tak kuasa untuk mencegah kepergian Ki Tanu. Walau Ki Demang merasa begitu kehilangan. Ki Tanu selama ini telah menjadi bagian yang penting bagi kademangan ini. Bahkan, ia lebih penting dari perangkat kademangan yang lain.
“Tega benar Ki Tanu kepada putri tunggalnya, Ki……!” kata Nyi Demang.
“Itu jalan terbaik menurutnya, Nyi…..!” sahut Ki Demang.
“Ia justru merasa tak tega menyaksikan putrinya menanggung keadaan seperti itu…..!” lanjut Ki Demang.
“Akan aku rawat sebaik mungkin cucu Baginda Prabu itu, Ki……!” kata Nyi Demang.
“Demikian juga bayi yang lahir kemudian, akan aku angkat sebagai cucuku kita sendiri…..!” sahut Ki Demang.
“Mungkin ini cara Yang Kuasa memberi momongan kepada kita, Ki…….!” kata Nyi Demang.
“Aku juga berpendapat demikian, Nyi…….!” sahut Ki Demang.
“Sebaiknya Gendhuk Jinten kita pingit di rumah kademangan ini saja, Ki……!” pinta Nyi Demang.
“Pasti tidak mudah untuk membujuknya, Nyi……!” kata Ki Demang.
…………
Bersambung………
Petuah Simbah: “Demikianlah drama kehidupan yang kadang jauh dari yang diharapkan.”
(@SUN)
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(874)Mataram. Adipati Pragola juga mendapat laporan bahwa dua orang murid orang bercambuk juga…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
View Comments
Pada awalnya mendapatkan kiriman cerbung Gendhuk Jinten karya Bapak St. Sunaryo ini dari seorang teman, isinya sangat bagus dan mengasyikkan. Terima kasih.
Sebuah cerita yang syarat akan nilai-2 moral dan budaya, sangat bagus dan mengasyikkan sangat layak dilestarikan. Terima kasih.