Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Gendhuk Jinten.
Namun kemudian Ki Demang menjawab pertanyaan Gendhuk Jinten tentang Ki Tanu.
“Yaa….., tadi kami telah bertemu dengan Ki Tanu, tetapi Ki Tanu kemudian pergi dan nanti biarlah Nyi Demang yang bercerita, aku ingin berkeliling di padepokan ini. Aku juga ingin melihat-lihat buah-buahan di pekarangan ini…..!”
“Silahkan Ki Demang…..!” kata Gendhuk Jinten tanpa prasangka apapun.
Ki Demang pun kemudian meninggalkan pondok seorang diri. Ki Demang sesungguhnya ingin mencari tempat cupu tembikar yang dikatakan oleh Ki Tanu. Ancar-ancarnya adalah pohon nangka di tepi sungai dan di situ ada batu sebesar kepala kerbau. Di bawah batu itu cupu yang dikatakan oleh Ki Tanu terpendam. Ia pun kemudian menuju ke tepian sungai. Di sana dengan mudah diketemukan pohon nangka yang jumlahnya banyak. Namun Ki Demang harus bisa menemukan pohon nangka yang di bawahnya ada batu sebesar kepala kerbau.
Setelah berkeliling beberapa saat, batu itu pun diketemukan.
“Heeem….., pasti batu itu yang dimaksudkan oleh Ki Tanu…..!” batin Ki Demang.
“Selamat siang, Ki Demang…..!” sapaan tiba-tiba yang mengejutkan Ki Demang.
“Heee….., selamat siang juga Darpa, kau mengejutkan aku…..!” sahut Ki Demang.
“Tumben Ki Demang sampai di sini….!” kata Darpa.
“Yaa…..! Ini baru ngantar Nyi Demang yang ingin bertemu Gendhuk Jinten, biarlah mereka berbincang, aku tinggal jalan-jalan melihat kebun buah yang perlu dicontoh oleh warga kademangan…..!” dalih Ki Demang.
“Yaa inilah maksud kami datang ke tempat ini, Ki Demang…..! Kami ingin mencontoh cara Ki Tanu menata pohon buah-buahan ini. Saya juga masih memiliki pekarangan yang luas dan nganggur…..!” dalih Darpa.
“Kau bersama siapa, kok bilang kami…..?” tanya Ki Demang.
“Ooh…., kami bertiga…..! ada Soma dan Larsa yang sedang melihat-lihat di tempat lain. ” Mungkin mereka sekarang sedang ngunduh duku yang kami lihat sangat lebat di dekat kolam ikan…..!” imbuh Darpa.
Ki Demang percaya dengan yang dikatakan oleh Darpa warganya itu. Karena tempat itu memang bebas dikunjungi oleh siapapun. Bahkan bebas memetik buah-buahan, namun tidak untuk dibawa pulang. Mereka, siapa pun bebas memakan buah di tempat itu.
“Lihatlah pula, ada peternakan kambing dan kolam ikan yang tertata dan terawat baik…..!” kata Ki Demang.
“Ya benar, Ki Demang…..! Bahkan tanaman pala wija pun tumbuh dengan subur…..!” kata Darpa.
“Dedaunan untuk pakan kambing dan ikan. Kotoran kambing dan air kolam untuk pupuk berbagai tetumbuhan. Semua tidak ada yang terbuang sia-sia…..!” Lanjut Ki Demang.
Ki Demang terpaksa harus menanggapi warganya yang sedang berkunjung ke tempat itu.
Namun Ki Demang merasa beruntung karena ia belum terlanjur mengangkat batu yang ia yakini di bawahnya ada cupu seperti yang dikatakan oleh Ki Tanu. Pasti terasa aneh bila ada orang yang melihat ia sedang mengangkat batu besar di bawah pohon nangka itu.
“Lihatlah…..! Beberapa pohon nangka itu juga berbuah lebat. Aku sedang mengagumi pohon yang masih pendek tetapi gorinya lebat bergelantungan, sungguh menyenangkan…..!” kata Ki Demang sambil menunjukkan pohon nangka yang ia katakan.
Masih beberapa lama Ki Demang berbincang dengan warganya itu. Bahkan semakin asyik ketika dua orang kawan Darpa ikut bergabung. Dengan demikian mengurungkan niat Ki Demang untuk menggali tanah di bawah batu sebesar kepala kerbau itu. Ki Demang bermaksud untuk mengambil nanti malam saja pada saat sepi wong.
Sementara itu, sepasang mata sedang mengawasi Ki Demang dan tiga orang warganya itu dari seberang sungai. Ia berlindung di balik pohon perdu sehingga tidak diketahui oleh mereka yang sedang berbincang.
Dalam pada itu, Gendhuk Jinten sedang menangis sesenggukan ketika tahu bahwa ayahnya telah pergi untuk beberapa waktu tanpa pamit kepada dirinya.
“Sudahlah Nduk…..! Ki Tanu pasti akan segera kembali….! Mbok dukun akan selalu menemanimu. Dan aku akan mencarikan teman lagi yang akan ikut merawat kambing, kolam dan tetumbuhan itu. Kau tidak akan kesepian di tempat ini……!” hibur Nyi Demang.
………….
Berasambung……..
Petuah Simbah: “Kenyataan sering tidak sesuai dengan kenyataan.”
(@SUN)
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…