Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#85

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Ki Tanu tak ingin lurus ke selatan, karena jalur itu jalur dari Demak ke Giriwaya. Pasti akan sering lalu-lalang para prajurit melewati jalan itu.
Sambil beristirahat di warung itu, Ki Tanu merencanakan perjalanannya, walau ia sendiri belum ada tujuan yang pasti. Ia ingin juga menghindari Jatinom dan Sangkalputung yang menjadi pangkalan prajurit Demak.
Ia pun tak ingin menuju ke arah timur yang mendekati Majapahit yang masih dikuasai oleh saudaranya yang setia kepada Demak. Ia dahulu adalah seorang pengembara yang berpengalaman pada masa mudanya. Namun ia belum pernah sampai di pesisir selatan. Oleh karena itu, jiwa petualangan Ki Tanu terusik kembali. Ia ingin mengembara kembali sampai pesisir selatan. Ia pernah sampai di kabekelan Sala dan kademangan Gawok. Ia berencana singgah di daerah itu dan kemudian akan belok ke arah matahari terbenam.
Ki Tanu kemudian membayar makanan jajanannya dan selanjutnya meneruskan perjalanannya. Dan beberapa saat lagi mesti mencari penginapan, karena hari telah sore.

Sementara itu, malam itu, Bayaputih mengurungkan niatnya untuk datang ke sekitar pondok Ki Tanu. Ia telah mendengar dari keterangan Lasa bahwa Ki Tanu sedang pergi sampai waktu yang tidak di ketahui. Namun di pondok Ki Tanu telah ditugaskan orang berjaga di tempat itu. Bayaputih memilih beristirahat di penginapan karena memang lelah setelah perjalanannya yang panjang sejak dari Prambanan.

Petang itu telah datang dua orang peronda yang ditugaskan oleh Ki Demang untuk berjaga di pondok Ki Tanu yang kini di tempati oleh Gendhuk Jinten dan Mbok Dukun. Bahkan telah datang pula inang kademangan yang dikirim oleh Nyi Demang untuk membantu keperluan dapur dan rumah tangga Gendhuk Jinten.
Gendhuk Jinten merasa tenang atas kehadiran mereka, dan mereka berterimakasih kepada Nyi Demang dan Ki Demang.
Petang itu juga Ki Demang tiba-tiba datang kembali ke pondok Ki Tanu. Ki Tanu pura-pura mengecek kehadiran peronda yang ditugaskannya.
“Kehadiran kalian supaya Gendhuk Jinten tenang setelah kepergian Ki Tanu…..!” kata Ki Demang.
“Sampai kapan Ki Tanu pergi, Ki Demang…..?” tanya salah seorang peronda.
“Saya juga tidak tahu, tetapi pasti setelah berhasil menangkap orang yang menantangnya….!” dalih Ki Demang bersandiwara.
Mereka bertiga pun kemudian berbincang tentang berbagai hal. Tetapi yang paling sering diperbincangkan adalah kekaguman mereka kepada Ki Tanu yang mampu ikut memajukan kademangan Pengging. Namun disinggung pula tentang keadaan Gendhuk Jinten yang perlu dikasihani.
“Orang yang menantang Ki Tanu itulah yang telah berbuat, itu cara membalas dendam lawannya yang telah dikalahkan di masa mudanya…!” dalih Ki Demang yang ia karang sendiri. Cerita itu akan selalu disampaikan oleh Ki Demang agar kesalahan tidak ditimpakan kepada Gendhuk Jinten dan Ki Tanu.
“Tetapi saya khawatir jika Ki Tanu itu masuk dalam jebakan lawan….!” kata peronda itu yang percaya dengan cerita Ki Demang.
“Apa maksudmu….? tanya kawannya.
” Lhaah, bisa saja setelah bertemu lawannya, Ki Tanu dikeroyok oleh banyak orang…..!” dalih peronda itu.
“Bisa juga perkiraanmu itu. Lawannya itu pasti orang licik, terbukti ia menjadikan Gendhuk Jinten sebagai sasaran…..!” Ki Demang ikut menegaskan agar ceritanya semakin meyakinkan. Inang kademangan yang dikirim oleh Nyi Demang pun telah menyuguhkan tiga cangkir kopi dan singkong goreng kepada mereka yang sedang berbincang.
“Lhooh…., kau juga sudah datang ke pondok ini, Yu…..!” sapa salah seorang peronda.
“Yaa…., aku diutus Nyi Demang untuk menemani Nini Jinten dan membantu Mbok Dukun…..!” jawab inang kademangan itu.
Masih beberapa lama mereka bertiga berbincang, ketika kemudian Ki Demang berpamitan kembali ke rumah kademangan.
Namun Ki Demang kemudian berbelok menuju pohon nangka yang ada batu sebesar kepala kerbau yang siang tadi telah diketahui keberadaannya.
Ki Demang adalah juga seorang yang berilmu tinggi sehingga ia dengan cepat sampai di bawah pohon nangka.
………..
Bersambung………

Petuah Simbah: “Di masa kini pun, sering terjadi cerita rekayasa untuk mengaburkan kejadian yang sesungguhnya.”
(@SUN)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

View Comments

  • Kisahnya sangat menarik dan tidak membosankan. Lebih dari itu lewat cerbung ini kita bisa mendapatkan gambaran secara utuh dari cerita lama yang sudah sejak dulu kita dengar tetapi hanya sepotong--2 itupun tidak lengkap.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#809

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(809)Mataram. Kanjeng Ratu Kalinyamat kemudian memanggil Pangeran Jepara untuk ikut menemui Pangeran Benawa…

15 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#808

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(808)Mataram. Adipati Pragola kemudian menawarkan kepada Pangeran Benawa; "Akan aku tempatkan prajurit sandi…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#807

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(807)Mataram. Raden Benawa kemudian melanjutkan perjalanannya. Ia tidak ingin mengabaikan satu hari saja…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

5 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

6 hari ago