Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Gendhuk Jinten-Part#94

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.

Gendhuk Jinten.

Petani itu tidak segera tahu maksud dari Ki Tanu, sehingga ia tidak segera menjawab. Sedangkan dari dalam rumah kembali terdengar batuk-batuk yang nggigil – tak henti-hentinya.
“Siapa tahu aku bisa membantu mengurangi batut-batuk itu….?” kata Ki Tanu yang tidak segera mendapat jawaban dari petani itu.
“Ooh silahkan kisanak…., silahkan…!” kata petani setelah tahu maksud baik dari tamunya.
Ki Tanu bersama petani itu kemudian masuk rumah untuk memeriksa istri petani yang sakit.
Ruang yang sangat sederhana dan pengap dengan lampu sentir di pojok ruangan. Namun demikian Ki Tanu tetap memeriksa istri petani yang sedang sakit itu.
“Dikasih minum jahe anget saja, Kang…..!” saran Ki Tanu.
“Ooh yaa….! di tegalan banyak aku tanam jahe….! Dan di dapur masih ada beberapa…..!” jawab petani itu.
Ki Tanu kemudian memberikan beberapa butir jamu yang bisa dicampurkan ke dalam minuman jahe.
Petani itu pun segera membuatkan wedang jahe hangat yang dicapur dengan butiran jamu yang diberikan oleh Ki Tanu.

Ki Tanu selama di pondok memang menyempatkan diri untuk membuat butiran-butiran jamu dari bahan empon-empon yang banyak ia tanam di ladang sekitar pondoknya. Namun sebagian juga ia beli di pasar Pengging.
Bengkung kulit yang melilit di pinggangnya yang dahulu penuh emas permata, kini ia penuhi dengan butiran-butiran jamu. Barang-barang yang sederhana, namun tak kalah nilainya dengan emas permata. Emas permata tak akan bisa untuk menyembuhkan sakit apapun, sedangkan jamu-jamu itu bisa membantu memulihkan kesehatan seseorang.

Ki Tanu dan petani itu kembali berbincang tentang berbagai hal. Ki Tanu lebih banyak bertanya tentang pesisir pantai laut selatan. Ki Tanu memang tertarik untuk menjalani kehidupan di tepi pantai, kehidupan yang belum pernah ia jalani. Namun demikian, Ki Tanu tetap ingin meneruskan sebagai seorang juru sembuh. Bagi Ki Tanu, sebagai juru sembuh akan selalu dibutuhkan oleh siapapun.
Petani itu tahu serba sedikit tentang pantai selatan, karena salah satu saudaranya tinggal di pantai selatan. Ia tinggal di daerah Tritis. Ia sering berkunjung ke tempat tinggal saudaranya itu.

Ki Tanu juga sempat memberikan wawasan tentang pertanian, perkebunan dan memelihara kambing. Kegiatan yang telah ia lakukan di tegalan di sekitar pondoknya.
“Kambing-kambing itu semestinya dibuatkan kandang, tidak diangon seperti tadi siang, sehingga ada yang jatuh ke dalam jurang…..!” kata Ki Tanu.
Petani itu hanya mengangguk-angguk saja, ketika kemudian Ki Tanu melanjutkan.
“Pupuk kandangnya jangan hanya dibiarkan saja sehingga berbau dan menimbulkan penyakit, tetapi ditimbun dalam lobang dan ditutup dedaunan. Nanti akan menjadi pupuk yang sangat baik bagi tetumbuhan di ladang ini, Kang……!” lanjut Ki Tanu.
Petani itu kembali mengangguk-angguk sepertinya paham dengan kata-kata Ki Tanu.
Namun Ki Tanu kemudian dipersilahkan untuk beristirahat di teras rumah yang sangat sederhana itu.
Walau Ki Tanu adalah seorang menantu raja, namun ia dengan senang hati menerima tawaran dari petani itu untuk tidur di amben di teras rumah yang sedikit reot itu.
Dari dalam rumah sudah tidak terdengar lagi batuk-batuk istri petani itu.

Sementara itu, Gendhuk Jinten terlelap tidur di kamar yang biasa dipergunakan oleh Ki Tanu. Gendhuk Jinten seakan merasakan keberadaan sang ayah di kamar itu sehingga ia bisa tidur dengan nyenyak. Namun menjelang tengah malam ia geragapan terbangun. Ia tidak segera menyadari, di manakah ia berada. Baru beberapa saat kemudian, ia ingat apa yang tadi terjadi. Beberapa saat ia duduk di amben itu, dan kemudian ia teringat akan sang ayah. “Sedang di manakah ayah di malam yang dingin seperti ini….?” batin Gendhuk Jinten.
Namun Gendhuk Jinten tak ingin larut dalam angan-angan. Ia segera keluar untuk berpindah tempat ke kamarnya sendiri.
“Mbok Dukun belum tidur…..?” tanya Gendhuk Jinten ketika melihat Mbok Dukun itu sedang berjalan ke arahnya.
“Nini Jinten tidak apa-apa kan….? kok lama tidak keluar dari kamar Ki Tanu…..?” Mbok Dukun itu balik bertanya.
……………..
Bersambung………

Petuah Simbah: “Tauladan dari Ki Tanu yang berusaha untuk selalu berguna bagi sesama.”
(@SUN-aryo)

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

17 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

2 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#804

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(804)Mataram. Senopati Wirosekti mengangguk-angguk kemudian katanya; "Baik Pangeran, saya tidak berkeberatan. Biarlah nanti…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#803

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(803)Mataram. Di barak prajurit di Jatinom, Pangeran Benawa tidak lama. Yang paling utama…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#802

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(802)Mataram. Pangeran Benawa dan Senopati barak prajurit itu kemudian berbincang berdua saja. Pangeran…

5 hari ago