Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#162

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Mereka kembali tak berdaya ketika tiga pukulan tongkat beruntun melontarkan pisau belati di tangan ketiga orang itu.
“Aaaach….. aaaach…… aaaach……!”
Tangan mereka seakan terasa patah.
Lambung terasa mual bukan kepalang, kini tangan nyeri tiada terkira.
Mereka bertiga pun duduk ndelosor di halaman warung.
“Heee….. ada apa ini…..?!” tanya seorang lelaki paruh baya yang baru datang.
“Kakaaang…….!” kata Mbok Bakul menyapa suaminya yang baru datang.
“Ada apa ini, Nyi……?” tanya lelaki paruh baya yang ternyata suami dari Mbok Bakul itu.
“Tunggu sebentar Kang….., biarlah anak muda itu menyelesaikannya…..!” saut Mbok Bakul.
“Siapa mereka……?” tanya suami Mbok Bakul.
“Aku juga belum tahu, tunggu sebentar……..!” sahut Mbok Bakul.
Sementara itu, ketiga orang penjudi itu semakin ketakutan ketika Jaka Tingkir telah memegang tiga buah pisau belati milik mereka.
“Ayo dibayar jajan kalian……!” bentak Jaka Tingkir.
“Ampun anak muda….., kami sudah tidak punya uang…..!” kata salah seorang dari mereka.
“Bohong…..! Aku bisa menggeledah kalian dengan paksa…..!” bentak Jaka Tingkir.
“Sudahlah Kisanak anak muda, biarlah kami rela tidak dibayar…..!” sela Mbok Bakul.
“Jika mereka dibiarkan akan tuman melakukannya. Atau itu memang sudah menjadi kebiasaan…..!” dalih Jaka Tingkir.
“Jika kalian masih berbohong, tongkatku ini yang akan berbicara…..!” ancam Jaka Tingkir.
Tiba-tiba Jaka Tingkir melontarkan salah satu pisau belati itu dengan kencang sehingga menancap di batang pohon jambu di halaman itu.
“Jika aku kehendaki, pisau ini bisa menancap di dada kalian…..!” ancam Jaka Tingkir.
“Ooh….. ba… baik…., aku bayar…..!” kata salah seorang dari penjudi yang juga sebagai perampok itu ketakutan.
Orang itu pun kemudian merogoh uang dari ikat pinggangnya.
“Terimalah Mbok, jangan takut…..!” kata Jaka Tingkir.
Uang itu sesungguhnya tidak seberapa, namun tingkah para perampok itu yang perlu dihentikan. Jaka Tingkir tak ingin para perampok itu mengulangi perbuatannya. Ia kemudian bertanya kepada tiga orang itu.
“Hee…..! Jawab dengan jujur…..! Dari mana asalmu…..? Awas jangan bohongi aku…..!” ancam Jaka Tingkir.
“Kami dari Sempon, Anak muda…..!” kata orang yang tadi membayar jajan.
“Kademangan Sempon…..? Aku tahu nama Ki Demang Sempon…..! Sebutkan namanya…..! Jika kalian berbohong, pisau belati ini yang akan memaksa kalian….!” ancam Jaka Tingkir.
“Ki Demang Jadipa……!” kata salah seorang dari mereka.
“Baik….., benar Ki Jadipa adalah Demang kademangan Sempon….!” kata Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir kemudian berpikir sejenak, bagaimana agar orang-orang itu mau menyebut namanya dengan jujur.
Kemudian Jaka Tingkir memanggil salah seorang dari ketiga orang itu yang sejak tadi tidak banyak berbicara.
“Hee kamu mendekat ke sini…..!” kata Jaka Tingkir sambil menunjuk.
Dengan ragu dan takut orang itu mendekat.
Setelah dekat dengan Jaka Tingkir, Jaka Tingkir kemudian bertanya.
“Katakan dengan berbisik, siapa nama kawanmu itu….! Jangan berbohong…..!” ancam Jaka Tingkir.
“Sarmo dan Degol…..!” kata orang itu.
“Baik….! Akan aku tanyakan kepada keduanya…..!” lanjut Jaka Tingkir.
“Heee….., siapa namamu…..! Jangan berbohong….!” kata Jaka Tingkir sambil menunjuk salah seorang.
“Aku Degol…..!” kata orang yang ditunjuk oleh Jaka Tingkir.
“Dan kau siapa namamu…..?” Jaka Tingkir menunjuk yang lain.
“Saya Sarmo…..!” kata orang itu tak berani berbohong.
“Baik, aku percaya kalian…..! Sekarang pergilah dan jangan mengulangi tingkah kalian. Aku bisa ke Sempon setiap saat, jika kalian mengulangi perbuatan itu, akan aku laporkan kepada Ki Demang Jadipa……!” ancam Jaka Tingkir.
“Ambil pisau kalian, tetapi jangan untuk merampok…..!” kata Jaka Tingkir.
Dengan ragu mereka menerima pisau belati miliknya. Sedangkan yang seorang harus mencabut dari pohon jambu. Namun orang itu heran, karena pisau belati itu menancap dengan kuat di pohon jambu itu.
………….
Bersambung………

Petuah Simbah: “Bertobat itu bukan hanya dalam ucapan, tetapi tidak mengulangi perbuatan buruknya lagi.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#809

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(809)Mataram. Kanjeng Ratu Kalinyamat kemudian memanggil Pangeran Jepara untuk ikut menemui Pangeran Benawa…

20 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#808

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(808)Mataram. Adipati Pragola kemudian menawarkan kepada Pangeran Benawa; "Akan aku tempatkan prajurit sandi…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#807

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(807)Mataram. Raden Benawa kemudian melanjutkan perjalanannya. Ia tidak ingin mengabaikan satu hari saja…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

5 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

6 hari ago