Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#163

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)

Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Namun dengan digoyang naik turun akhirnya pisau belati itu terlepas juga. Ia membayangkan jika pisau belati itu diarahkan kepadanya pasti akan tembus dari gada ke gigir. Ia ngeri membayangkannya. Ia mesti berterimakasih kepada anak muda itu yang masih memberinya hidup. Ia yakin, jika anak muda itu menghendaki untuk membunuhnya tentu tidak akan kesulitan, namun ia kini masih hidup walau perut mual dan tangan bagai patah.
Tiba-tiba ia berlari kemudian bersimpuh di kaki Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir terkejut, namun juga waspada jangan sampai ia terkelabuhi oleh sikap orang itu.
“Ampun Kisanak yang masih muda namun berilmu sangat tinggi. Kami, terutama aku tidak akan mengulangi perbuatan terkutuk dengan merampas milik orang lain lagi…..! Aku akan kembali menjalani kehidupan keluarga yang lumrah…..!” kata orang yang mencabut pisau belati di pohon bambu itu.
“Baiklah…..! Aku percaya kepadamu. Suatu saat aku akan berkunjung ke kademangan Sempon untuk bertemu dengan Ki Demang. Jika aku mendengar kalian masih merampas milik orang lain, tongkat ini akan mampu memecahkan kepala kalian…..!” kata Jaka Tingkir.
Tiba-tiba semua orang terkejut, ketika Jaka Tingkir selesai berkata-kata, ia mengayunkan tongkat bambu ke sebuah batu di bawah pohon jambu.
“Prraaaakchhh…..!” batu pun hancur berkeping-keping. Eloknya, tongkat bambu itu samasekali tidak pecah.
Mereka yang menyaksikan hanya bisa melongo, takjub dibuatnya.
“Ooooh….., siapakah anak ini….? Masih muda namun sakti mandraguna….?” batin suami Mbok Bakul.
“Maaf Den……! Raden pasti seorang bangsawan…..! Bolehkah kami mengetahui nama Raden…..?” kata suami Mbok Bakul.
Jaka Tingkir berpikir sejenak, apakah ia perlu memperkenalkan diri. Namun kemudian ia berkata.
“Aku bukan Raden dan juga bukan ksatria, aku kawula biasa. Orang menyebutku Jaka Tingkir, putra Ki Dalang Ki Ageng Tingkir yang telah swargi…..!”
“Ooooh….. Ki Ageng Tingkir, dalang kondang itu…..?” seru suami Mbok Bakul.
“Jaka Tingkir….., Jaka Tingkir…..!” hampir berbarengan mereka menyebut nama anak muda itu.
Tiba-tiba, dua orang perampok yang tadi duduk diam, keduanya berlari dan kemudian bersimpuh pula di kaki Jaka Tingkir seperti kawannya sebelumnya.
“Aku juga mohon ampun, tidak akan mengulangi perbuatan terkutuk itu lagi……!”
Yang seorang pun berbuat serupa dengan kawannya itu.
“Sudahlah jangan bersimpuh seperti itu, aku bukan piyayi…..!” kata Jaka Tingkir.
Sedangkan Mbok Bakul menangis sesenggukan terharu menyaksikan kejadian yang tak terduga dan di luar nalar itu.
Kemudian Jaka Tingkir minta kepada ketiga orang itu untuk segera meninggalkan halaman warung.
“Pergilah segera agar kalian tidak menjadi tontonan banyak orang…..!”
“Terimakasih Den…. ooh anak muda yang perkasa dan berbudi luhur. Aku mohonkan kepada Hyang Maha Kuasa agar suatu saat menjadi orang berpangkat tinggi dan terhormat…..!” kata salah seorang perampok yang telah menyesal itu.
Jaka Tingkir hanya tersenyum kecil, kemudian katanya; “Lekaslah pergi…..!”
Orang-orang itu pun bergegas pergi ketika beberapa orang sepertinya juga akan jajan di warung itu. Beruntungnya orang-orang yang datang itu tidak sempat menyaksikan kejadian yang tidak masuk akal bagi orang kebanyakan.
Mbok Bakul pun segera masuk ke dalam warung agar tidak terlihat bahwa ia baru saja menangis.
“Marilah masuk ke warung kembali Kisanak, agar tidak menjadi pertanyaan orang-orang itu…..!” pinta suami Mbok Bakul kepada Jaka Tingkir.
“Jaga jangan sampai ada orang yang tahu agar tidak membuat kegaduhan……!”
Jaka Tingkir pun masuk kembali ke dalam warung karena ia sendiri juga belum membayar makanan yang ia pesan. Ia pun kemudian akan segera meninggalkan tempat itu.
“Ini uang yang harus aku bayar, jika ada kembalian dipakai saja….!” kata Jaka Tingkir.
“Oooh…..! jangan Den….!” kata Mbok Bakul yang ingin menolak pembayaran dari Jaka Tingkir.
“Sssst…..! Jangan ribut agar tidak ada orang yang tahu…..!” potong Jaka Tingkir.
……………
Bersambung……….

Petuah Simbah: “Sebuah kepuasan jika bisa membuat orang lain menghentikan perbuatan buruknya.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#809

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(809)Mataram. Kanjeng Ratu Kalinyamat kemudian memanggil Pangeran Jepara untuk ikut menemui Pangeran Benawa…

14 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#808

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(808)Mataram. Adipati Pragola kemudian menawarkan kepada Pangeran Benawa; "Akan aku tempatkan prajurit sandi…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#807

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(807)Mataram. Raden Benawa kemudian melanjutkan perjalanannya. Ia tidak ingin mengabaikan satu hari saja…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#806

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(806)Mataram. Guru orang bercambuk itu tahu bahwa Pangeran Pangiri sama sekali tidak ada…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#805

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(805)Mataram. Para prajurit sandi itu juga bisa menjadi bagian pasukan tempur jika diperlukan.…

5 hari ago

Chipset A Bionic: Kenapa iPhone Selalu Lebih Cepat?

Di era teknologi yang terus berkembang pesat, kecepatan serta performa perangkat menjadi faktor penting dalam…

5 hari ago