Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#164

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(164)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Mbok Bakul itu tak segera menerima uang pemberian Jaka Tingkir karena menganggap terlalu banyak untuk membayar jajan yang dipesannya.
“Ini terlalu banyak, Den Bagus…..!” kata Mbok Bakul.
“Tidak apa-apa Mbok, terimalah…..! Aku akan segera pergi…..!” kata Jaka Tingkir.
“Kisanak mau ke mana….? Ini hari telah petang….!” kata suami Mbok Bakul.
“Menengok Uwa yang sedang sakit di Mrapen, Paman……!” kata Jaka Tingkir tidak sepenuhnya jujur.
“Tentu terlalu malam jika meneruskan perjalanan. Sebaiknya bermalam di pedukuhan ini saja…..!” kata suami Mbok Bakul.
“Aku bisa tidur di mana saja…..!” dalih Jaka Tingkir.
Suami Mbok Bakul berpikir sejenak, ia tidak tega jika anak muda yang baik hati itu harus tidur di sembarang tempat. Ia kemudian menawarkan untuk menginap di rumah orang tua suami Mbok Bakul itu. Orang tuanya hanya berdua dan ada tempat yang layak untuk sekedar tidur bagi anak muda itu.
“Kami mohon Kisanak berkenan untuk singgah di rumah orang tua kami yang sudah sepuh, kebetulan ada tempat untuk sekedar beristirahat…..!” kata suami Mbok Bakul itu.
Jaka Tingkir tak tega untuk menolak niat baik dari suami Mbok Bakul itu, sehingga ia menyanggupinya.
“Nyi….., akan aku antar Mas Jaka Tingkir ini untuk menginap di rumah Bapak…..!” kata suami Mbok Bakul.
“Baiklah Ki….., dia orang baik…..!” jawab istrinya.

Malam itu Jaka Tingkir menginap di rumah orang tua dari suami Mbok Bakul. Sepasang suami-istri yang telah sepuh. Sang suami merasa senang sekali setelah tahu yang menginap adalah putra dari seorang dalang yang telah kondang, Ki Ageng Tingkir.
“Jika tahu yang mendalang Ki Ageng Tingkir, walaupun jauh aku pasti nonton bareng-bareng dengan teman-teman….! Apakah Angger juga senang mendalang……?” tanya sang suami.
“Kalau saya tahu alur ceritanya, tetapi tidak bisa mendalang, Ki……!” kata Jaka Tingkir.
“Ketika Ki Ageng Tingkir mendalang di Tingkir, aku dan banyak teman juga menonton. Sangat meriah saat itu, pada saat itu berbarengan dengan kelahiran putra Ki Ageng Pengging. Aku masih ingat, bayi itu kemudian di beri nama Mas Karebet….!” kata Bapak itu.
Jaka Tingkir tersenyum karena yang dibicarakan adalah dirinya. Namun Jaka Tingkir tidak akan mengatakan bahwa Jaka Tingkir adalah Mas Karebet itu.
“Tetapi sayang, yang aku dengar, Ki Ageng Tingkir kemudian meninggal sepulang dari mendalang di pendapa Kadipaten Pengging saat itu….!” kata Bapak itu.
“Itulah yang terjadi, Ki…..! Kalau sudah menjadi pepesthening agesang tidak ada seorang pun yang bisa menolak….!” jawab Jaka Tingkir.
“Ya benar Ngger…..! Kita harus mensyukuri setiap nikmat yang kita terima……!” kata mertua Mbok Bakul itu.
“Apakah Bapa Tingkir juga pernah mendalang sampai di kademangan ini, Ki……?” tanya Jaka Tingkir.
“Di kademangan ini dahulu sampai sekarang selalu diadakan merti dusun setiap tahun setelah panen. Jika merti dusun, siang harinya diselenggarakan pentas tayub, sedangkan malam hatinya pagelaran wayang kulit. Jika dalangnya Ki Ageng Tingkir, penonton pasti berjubel penuh sesak…….!” lanjut mertua dari Mbok Bakul itu.
Jaka Tingkir bangga kepada Ki Ageng Tingkir yang selalu dikenang oleh para penggemarnya. Namun demikian ia tak akan pernah melupakan kebaikan Nyi Ageng Tingkir yang telah mengasuhnya sejak bayi hingga kini bagai putra kandungnya sendiri.
Perbincangan keduanya semakin melebar ke mana-mana karena Jaka Tingkir yang masih muda itu kaya akan wawasan. Apa yang diperbincangkan oleh mertua Mbok Bakul itu bisa ditanggapi oleh Jaka Tingkir.
Dengan ditemani minuman jahe sere anget serta nyamikan gedang goreng dan rengginang, perbincangan mereka tidak ada putusnya. Perbincangan semakin seru jika sudah membicarakan cerita wayang purwa. Jaka Tingkir memang telah membaca hampir semua buku peninggalan Ki Ageng Tingkir tentang kisah Mahabharata maupun kisah Ramayana. Justru mertua dari Mbok Bakul itu yang lebih banyak bertanya kepada Jaka Tingkir. Di samping senang membaca, Jaka Tingkir juga senang berpetualang.
…………….
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Hanya dengan banyak membaca, mendengar dan melihat, orang akan kaya wawasan.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

13 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

5 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago