Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#181

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(181)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Dalam perjalanan pulang ke pondok Ki Ganjur, Jaka Tingkir tak habis mengerti. Mengapa Kanjeng Sultan Trenggono begitu tiba-tiba dan langsung memberi kepercayaan kepadanya. Apakah Ki Ganjur bercerita banyak kepada Kanjeng Sultan dan cerita itu dilebih-lebihkan? Sebagai lurah wira tamtama adalah kedudukan yang cukup tinggi untuk seorang prajurit baru. Apalagi ia dipercaya untuk mendadar para calon prajurit.
“Bagaimana mungkin Kanjeng Sultan langsung memberi kepercayaan yang tinggi kepadaku, Paman……?” Tanya Jaka Tingkir sambil berjalan beriringan.
“Aku sendiri kurang tahu, mungkin karena aku pernah mengatakan bahwa kau adalah putra murid dari Ki Ageng Sela…..!” Dalih Ki Ganjur yang tidak mengatakan bahwa ia melihat perkelahian antara Jaka Tingkir dengan orang bercadar.
“Apakah hanya karena itu…..?” Tanya Jaka Tingkir kurang yakin.
“Entahlah…..!” Jawab Ki Ganjur singkat.

Malam itu, Jaka Tingkir tidak segera bisa tidur. Ia kemudian teringat orang bercadar yang menyerangnya. Jurus-jurus serangan yang dilancarkan oleh orang itu, Jaka Tingkir merasa tidak asing. Seperti ketika Ki Ageng Sela atau Mas Juru atau Mas Manahan atau Mas Penjawi melatihnya. Namun pasti bukan dari antara mereka. Tadi Kanjeng Sultan sempat mengatakan bahwa pernah berguru kepada Ki Ageng Sela walaupun tidak lama. Jaka Tingkir terhenyak dan kemudian bangkit dari tidurannya. “Heee….., jangan-jangan orang itu adalah Kanjeng Sultan sendiri…..!” Batin Jaka Tingkir.
Jaka Tingkir kemudian yakin bahwa orang itu adalah Kanjeng Sultan sendiri. Ia teringat betapa tangan orang itu keras bagai batang linggis besi. Ia berdebar-debar mengingatnya. Ia yakin, jika orang itu sungguh berniat jahat, tentu ia telah terkapar dan tewas. Ia sekarang justru baru merasa bahwa orang bercadar itu sedang mendadarnya. Ya….., orang bercadar itu sedang mendadar dirinya saat itu.
Namun Jaka Tingkir kemudian tersenyum sendiri. “Ooh….., sungguh arif dan bijaksana Kanjeng Sultan itu….!” Batin Jaka Tingkir.

Sampai lewat tengah malam, Jaka Tingkir belum bisa terlelap tidur. Namun kemudian ia tersenyum dengan jantung berdetak lebih kencang. Ia teringat senyum teramat manis dari seorang gadis istana. Seorang gadis putri bungsu Kanjeng Sultan Trenggono sendiri, Kanjeng Gusti Raden Ayu Mas Cempaka. “Ooh……, betapa cantik jelitanya gadis itu…..! Tetapi sayang ia adalah putri seorang raja besar. Sedangkan ia sendiri bukan siapa-siapa. Heeem….., boleh saja katak itu merindukan bulan…..!” Batin Jaka Tingkir sambil tersenyum sendiri.
Namun Jaka Tingkir kembali geragapan mengingat pagi-pagi nanti harus segera menghadap senopati Brajamusti. Agar tubuhnya tetap segar, ia harus bisa beristirahat walau barang sekejap. Ia kemudian memusatkan nalar budinya, meredakan gejolak hatinya agar bisa beristirahat dan tidur. Jaka Tingkir telah terlatih untuk menjalani laku itu. Ia kemudian benar-benar bisa terlelap tidur.

Suara bedug terasa merdu membangunkan Jaka Tingkir dari tidurnya yang belum lama. Namun ia tidak mau bermalas-malasan di tempat tidur. Ia segera bangkit untuk berbersih diri dan kemudian menjalankan kewajiban kepercayaannya. Jaka Tingkir berpapasan dengan Si Wage yang telah kembali dari kampungnya. Ia sebelumnya memang telah diperkenalkan dengannya.
“Heee Tingkir….., terimakasih kau telah menguras kolam sehingga jernih kembali…..!” Sapa Wage.
“Aah itu memang sudah seharusnya aku lakukan daripada aku bengong tidak ada pekerjaan…..!” Dalih Jaka Tingkir.
“Katanya kau akan ikut pendadaran calon prajurit ya…..?” Tanya Wage yang belum tahu bahwa Jaka Tingkir yang dipercaya untuk mendadar calon prajurit.
“Ya benar….., mohon restumu agar aku bisa lolos pendadaran…..!” Kata Jaka Tingkir merendah.
“Ooh yaa……, tetapi untuk menjadi seorang prajurit itu tidak mudah. Ia akan diuji oleh para wira tamtama…..!” Kata Wage yang sering mendengar cerita orang.
……………..
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Seseorang yang mendapat kepercayaan dari atasan, harus bisa diemban sebaik-baiknya.”
(@SUN).

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

16 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

3 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#868

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…

5 hari ago