Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir- Part#187

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(187)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Bagi Dadung Awuk, apa yang dipertontonkan oleh lurah wira tamtama itu tidak ada artinya. Jika ia mau, ia mampu berlari di atas titian bambu itu. Namun kali ini ia akan menahan diri untuk meniti dengan sewajarnya. Kemampuan dan kelebihannya akan ia tunjukkan saat unjuk kemampuan dalam berkelahi. Jika perlu lawannya adalah lurah wira tamtama itu sendiri. Bahkan terbersit niatnya untuk menantangnya satu lawan satu sampai ada yang menyerah. Dan ia yakin akan dengan mudah menundukkan lurah wira tamtama yang masih terlalu muda dan perawakannya tidak segagah dirinya.
Namun lamunan Dadung Awuk buyar ketika terdengar tertawa riuh, saat seorang calon prajurit yang gendut jatuh pada saat meniti titian baru beberapa langkah. Beruntung ia jatuh di gelaran pasir yang tebal dan lembut sehingga ia tidak cidera. Ia pun tertatih-tatih bangun dengan pakaian, bahkan mukanya penuh pasir. Ia hanya cengar-cengir mendapat tertawaan dari rekan-rekannya.
Peserta berikutnya berperawakan langsing. Ia mendapat tepuk tangan riuh ketika berhasil melewati separuh titian. Namun gemuruhnya sorakan membuat ia grogi dan kemudian oleng. Ia pun terjatuh, namun dalam posisi berdiri. Kawan-kawannya tetap memberi tepuk tangan kepadanya.
Tiba saatnya peserta yang tampil adalah salah seorang kawan dari Dadung Awuk. Ia meloncat dengan ringannya ke atas titian, dan kemudian ia berdiri dengan bertolak pinggang. Semua mata tertuju kepada orang itu. Namun kebanyakan dari mereka menunjukkan sikap tidak senang kepada orang yang pongah itu. Mereka tahu bahwa ia salah satu peserta yang ikut pamer ketahanan berlari sebelumnya. Dan kini ia bertolak pinggang di atas titian. Sepertinya ia tidak memiliki adab dan sopan santun. Ia kemudian melangkah dengan cepat di atas titian. Kini ia telah lewat separuh dari titian bambu itu. Namun tidak ada tepuk tangan yang ditujukan kepada orang itu. Namun demikian, kemudian terdengar tepuk tangan dari kawan-kawan seperguruannya. Walau demikian tidak ada yang menyambut tepuk tangan kawan-kawan orang itu.
Dadung Awuk yang ikut bertepuk tangan merasa dongkol karena kawannya tidak mendapat tepuk tangan dari para calon prajurit yang lain. Bahkan ketika kawannya itu berhasil menyelesaikan titian dengan cepat, paling cepat dari para peserta yang juga berhasil sampai ujung. Namun lagi-lagi ia tidak mendapat sambutan dengan tepuk tangan yang meriah seperti para peserta sebelumnya yang telah berhasil sampai ujung.
Untuk melepaskan kekesalannya, ia berteriak keras dengan mengepalkan tangan ke atas. “Huaaaahc……!”
Namun para peserta yang lain semakin menunjukkan ketidaksukaannya kepada orang itu. Sedangkan Jaka Tingkir tetap bersikap tenang tidak terpancing oleh sikap orang yang pongah itu.
Tiba gilirannya adalah peserta yang lain, bukan kawan dari Dadung Awuk. Ia berperawakan sedang dan berwajah kalem. Sebelum naik ke atas titian, ia membungkuk hormat kepada senopati Brajamusti, kepada Jaka Tingkir, kepada para prajurit yang mengawasi dan juga kepada sesama peserta pendadaran. Tepuk tangan pun riuh ditujukan kepada peserta tersebut. Dadung Awuk semakin heran, mengapa orang yang hanya berbuat tak ada artinya itu mendapat sambutan yang meriah, sedangkan kawannya yang berhasil dengan cepat justru tidak mendapat sambutan. Mungkin sekali, bagi Dadung Awuk, keberhasilan itu semata-mata hanya diukur dengan kemampuan raganya. Ia tidak perduli dengan tata krama dan sopan santun, apalagi menghargai orang lain.
Orang berwajah kalem itu telah berdiri di atas titian. Ia kemudian melangkah dengan tenang dan tidak secepat peserta sebelumnya. Dengan langkah yang pasti orang tersebut terus melangkah. Tepuk tangan mengiringi setiap langkah orang itu, sehingga tepuk tangan mereka seakan berirama dan teratur. Sampai akhirnya orang itu berhasil menyelesaikan dengan baik. Tepuk tangan meriah pun mengiringi orang itu ketika meloncat turun. Tak lupa ia membungkuk hormat kepada mereka yang memberikan tepuk tangan.
………….
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Orang yang beradab adalah mereka yang menjunjung tinggi tata krama, sopan santun dan budi pekerti.”
(@SUN).

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

View Comments

  • Alur ceritanya menarik, ditaburi dengan laku adab sebab akibat yg runtut, mudah²an banyak penggemar muda membaca cerita ini shg misa menambah semangat ksatria pada ge erasi muda

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

11 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago