Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(189)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Dadung Awuk berbesar hati, inilah kesempatan untuk menunjukkan siapa dirinya. Jika ia telah berhasil mengalahkan lurah wira tamtama, apalagi dengan mudah, tentu tidak ada alasan untuk tidak menerima menjadi seorang prajurit.
Dadung Awuk memang ingin secepatnya mengalahkan lurah wira tamtama itu. Tak perduli jika lurah wira tamtama itu mampus oleh pukulannya yang pertama.
Kawan-kawan Dadung Awuk segera menempatkan diri di barisan paling depan untuk bisa menyaksikan kawan seperguruannya menghajar lawannya. Jika diberi kesempatan, mereka juga merasa akan mampu mengalahkan lurah wira tamtama itu.
Senopati Brajamusti dan para prajurit yang diperbantukan ikut pula menyaksikan apa yang akan terjadi antara Dadung Awuk dengan Jaka Tingkir. Walau ada sedikit kecemasan, namun senopati Brajamusti percaya bahwa Jaka Tingkir akan mampu mengatasi lawannya itu. Jika ternyata Jaka Tingkir tidak mampu, ia sendiri yang akan memberi pelajaran kepada Dadung Awuk untuk menegakkan wibawa prajurit Demak Bintara.
Para calon prajurit pun membentuk lingkaran untuk ikut menyaksikan kejadian yang di luar rencana itu. Sebagian besar dari mereka setuju dengan sikap lurah wira tamtama untuk memberi pelajaran kepada orang yang namanya Dadung Awuk itu. Bagaimana pun, Dadung Awuk belumlah menjadi seorang prajurit. Ia harus tunduk dan hormat kepada seorang lurah wira tamtama.
Dadung Awuk telah bersiap dengan kemampuan tertingginya berdiri dengan kokoh di tengah arena dadakan. Sedangkan Jaka Tingkir berdiri dengan tenang namun siaga jika sewaktu-waktu Dadung Awuk menyerangnya.
Keduanya telah saling berhadapan, perawakan Dadung Awuk jauh lebih kekar, lebih tinggi dan lebih sangar.
Karena ini kejadian yang tiba-tiba, maka belum sempat dibuat aturan untuk perkelahian itu.
Dadung Awuk yang ingin segera menunjukkan kehebatannya segera menerjang Jaka Tingkir dengan cepat dan kuat. Sebuah ayunan tangan yang kokoh mengarah ke rahang Jaka Tingkir.
“Modiyaaar…..!” Seru kawan Dadung Awuk dengan kasar. Ia mengira Jaka Tingkir pasti terkapar pingsan.
Semua yang menyaksikan terperangah, dengan terjangan Dadung Awuk yang tiba-tiba itu. Mereka khawatir Jaka Tingkir akan terkapar pada serangan yang pertama. Namun Jaka Tingkir adalah murid Ki Ageng Sela yang diandaikan bisa menangkap petir.
Dengan gerakan sederhana, Jaka Tingkir memiringkan kepalanya. Ayunan kepalan tangan Dadung Awuk berdesing seinci dari wajah Jaka Tingkir. Oleh kuatnya ayunan tangannya sendiri yang tidak menghantam sasaran, Dadung Awuk terhuyung hampir terjatuh. Dalam keadaan seperti itu, bisa saja Jaka Tingkir membalas menyerang yang bisa menentukan. Namun Jaka Tingkir tetap berdiri tenang belum membalas menyerang.
Hampir saja senopati Brajamusti berteriak untuk mengingatkan Jaka Tingkir, namun kemudian ia tetap diam membiarkannya.
Dadung Awuk merah padam wajahnya. Namun ia tak ingin gegabah lagi. Ia harus lebih perhitungan.
Dadung Awuk kemudian memulai dengan pukulan pancingan ke arah kepala maupun dada Jaka Tingkir. Dadung Awuk merasa pancingannya berhasil. Kaki kanan Jaka Tingkir yang sedikit maju ke depan merupakan sasaran yang empuk menurut Dadung Awuk. Sebuah ayunan kaki yang besar dan kuat menyapu kaki Jaka Tingkir. Jika ayunan kaki itu menghantam kaki Jaka Tingkir, ia pasti akan terpelanting dan kemudian terkapar di tanah. Atau bisa saja tulang kaki Jaka Tingkir akan patah seketika.
Mereka yang menyaksikan berdecak kagum, karena Jaka Tingkir dengan enteng mengangkat kaki kanannya. Dadung Awuk kembali terayun oleh tenaganya sendiri sehingga ia berputar setengah lingkaran, hampir saja ia terjerembab.
Dadung Awuk semakin marah, dengan tangan mengembang dan mata melotot, ia ingin menerkam Jaka Tingkir. Ia kemudian menubruk lawannya yang jauh lebih kecil itu. Jika ia berhasil menangkap Jaka Tingkir, ia akan dibantingnya di tanah alun-alun, pasti akan remuk tulang belulangnya. Namun Jaka Tingkir berkelit justru dengan menunduk, sehingga Dadung Awuk hanya menangkap angin.
……………
Bersambung……….
Petuah Simbah: “Kemarahan adalah salah satu kelemahan dalam suatu perkelahian.”
(@SUN).
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…