Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#192

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(192)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Senopati Brajamusti pun kemudian mendekatkan punggung telapak tangan ke hidung Dadung Awuk. Ternyata hembusan nafasnya tidak terasa.
“Hee kau yang seperguruan dengan Dadung Awuk…..! Cepat beri bantuan nafas…..! Kau tentu tahu caranya……!” Senopati Brajamusti meminta.
“Baik…..!” Salah seorang kawan Dadung Awuk yang tertua menyanggupkan diri.
Ia kemudian memberi bantuan nafas kepada Dadung Awuk dengan caranya.
Sesaat kemudian terasa ada hembusan nafas dari hidung Dadung Awuk. Jaka Tingkir sedikit agak tenang bahwa pukulannya itu tidak akan membuat akibat yang tidak diinginkan. Namun senopati Brajamusti tercengang ketika membuka baju Dadung Awuk di bagian dada, tepatnya di bagian ulu hati. Kulitnya memar biru kehitaman. Demikian pula Jaka Tingkir kembali amat cemas. Ia sama sekali tidak mengira bahwa pukulannya yang dilambari separuh lebih sedikit dari ilmu puncak Tamengwaja itu membuat Dadung Awuk sedemikian parah. Jaka Tingkir mengira bahwa Dadung Awuk telah benar-benar sempurna dengan ilmu kebalnya. Seandainya belum sempurna betul pun, semestinya Dadung Awuk tidak akan separah ini. Namun kenyataannya Dadung Awuk pasti baru pada tahap awal dengan ilmu kebalnya itu sehingga akibatnya sedemikian parah. Jaka Tingkir tidak bermaksud untuk membuat Dadung Awuk separah itu. Ia hanya ingin melumpuhkan Dadung Awuk sehingga ia benar-benar menyerah. Namun yang terjadi akibatnya sedemikian parah.
“Tingkir……! Apa yang telah terjadi…..!Lihat nafas Dadung Awuk kembali terputus…..!” Tiba-tiba senopati Brajamusti bertanya.
Jaka Tingkir kembali sangat gelisah, benar – nafas Dadung Awuk kembali terputus. Bahkan detak jantung Dadung Awuk pun tak berdetak lagi.
“Oooh……, gusti senopati, maafkan Jaka Tingkir……! Dadung Awuk tak mampu bertahan…..!” Jaka Tingkir berkeluh.
“Heeem……! Dadung Awuk benar-benar telah tewas…..!” Senopati Brajamusti bergumam.
Para calon prajurit kawan-kawan seperguruan Dadung Awuk pun mendengar gumam dari senopati Brajamusti tersebut. Mereka marah dan bersedih, namun mereka tak akan mampu berbuat sesuatu. Mereka pun tak mengira bahwa saudara seperguruannya yang mereka banggakan harus tewas di tangan seorang yang masih terlalu muda.

Dengan cepat, tewasnya Dadung Awuk itu telah terdengar oleh seluruh para calon prajurit.
“Dadung Awuk tewas….., Dadung Awuk tewas……!” Mereka bergumam di antara mereka.
Mereka kemudian membicarakan dengan berbagai tanggapan. Namun sebagian besar dari mereka tidak menyalahkan lurah wira tamtama. Mereka justru menyalahkan Dadung Awuk yang pongah – sok jumawa. Kematiannya adalah akibat dari kesombongannya. Bahkan mereka menduga justru Dadung Awuk-lah yang ingin membunuh lurah wira tamtama itu jika ia mampu. Mereka juga menilai bahwa Dadung Awuk layak menerima hukuman, sedangkan kematiannya adalah karena kesalahannya sendiri, bukan kesalahan lurah wira tamtama.

Senopati Brajamusti kemudian memerintahkan untuk menghentikan sementara pendadaran itu. Besuk pagi pendadaran akan dilanjutkan kembali.

Kawan-kawan seperguruan Dadung Awuk meminta untuk membawa jasad Dadung Awuk kembali ke padepokan di perguruannya. Mereka tak ingin berlama-lama tinggal di kotaraja Demak Bintara. Mereka tidak ingin menjadi bahan olok-olok atas tingkah dari saudara seperguruannya itu.
Senopati Brajamusti tak berkeberatan atas permintaan dari saudara seperguruan Dadung Awuk itu.

Sementara itu Jaka Tingkir amat bersedih atas kejadian yang di luar perhitungannya itu. Ia sama sekali tidak menduga bahwa akibat pukulannya itu membuat Dadung Awuk tewas.
“Heemmmm……, mengapa ia mesti menyombongkan diri bahwa telah tuntas ilmu kebalnya……?” Gumam Jaka Tingkir untuk mencari pembenaran diri.

Kematian Dadung Awuk segera tersebar luas sampai di luar area pendadaran. Demikian pula saat itu senopati Brajamusti telah memberikan laporan kepada Kanjeng Sultan Trenggono.
………………..
Bersambung…………

Petuah Simbah: “Janganlah melakukan kegiatan di luar kemampuannya, akibatnya bisa sangat berbahaya.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

10 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

3 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

4 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

5 hari ago