Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(195)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Berkata demikian, senopati Brajamusti kemudian minta pamit. Ia tak ingin berlama-lama di pondok Ki Ganjur. Ada perasaan iba kepada Jaka Tingkir. Jaka Tingkir seorang anak muda yang memiliki bekal lebih dari cukup untuk menjadi seorang prajurit. Namun kini harus pupus peluang itu karena suatu keteledoran yang tidak ia kehendaki.
Sepeninggal senopati Brajamusti, Jaka Tingkir belum tahu akan ke mana. Ia tidak mungkin langsung kembali ke Sela menghadap Ki Ageng Sela. Ia sangat malu atas kejadian itu. Ia pun tak mungkin kembali ke Tingkir. Di Tingkir tidak ada kegiatan untuk mengembangkan ilmunya. Di Tingkir paling mungkin menjadi seorang petani. Ia juga belum terpikir untuk kembali ke Pengging, karena ia tahu bahwa Pengging ada ketegangan dengan Demak Bintara. Jaka Tingkir tidak ingin dianggap berpihak kepada Pengging atau pun Demak Bintara. Ia akan menunggu perkembangan hubungan antara Pengging dengan Demak Bintara.
“Ngger……., apa rencana Angger selanjutnya……?” Tanya Ki Ganjur, karena ia tahu bahwa tidak mungkin Jaka Tingkir tetap tinggal di pondok ini.
“Belum tahu Paman, mungkin Tingkir akan pergi sejauh-jauhnya agar bisa melupakan Demak Bintara…..!” Kata Jaka Tingkir yang belum ada gambaran sedikitpun arah tujuan yang harus ia jalani.
Ki Ganjur merasa kasihan pula kepada Jaka Tingkir yang rajin membantunya itu.
“Tingkir harus segera pergi, Paman. Jangan sampai Paman Ganjur dipersalahkan karena Tingkir tidak segera meninggalkan pondok ini……!” Kata Jaka Tingkir.
“Sebentar Ngger….., aku ada saran, mungkin cocok untuk singgah. Syukur bisa menetap di tempat itu…..!” Kata Ki Ganjur.
Jaka Tingkir tidak menunduk lagi karena ada harapan yang ditawarkan oleh Ki Ganjur.
“Ke manakah, Paman…..?” Tanya Jaka Tingkir.
“Apakah kau ingat pamanmu Kebo Kanigara…..?” Pancing Ki Ganjur.
“Tentu saja ingat, Paman…..! Yang Tingkir tahu, Paman Kebo Kanigara gemar bertapa di puncak Gunung Merapi…..!” Sahut Jaka Tingkir.
“Ya benar……, tetapi sudah beberapa waktu, pamanmu itu tinggal di tepi Rawapening, di wilayah Banyubiru. Aku pernah berkunjung ke tempat itu. Temuilah pamanmu itu, mungkin ada saran yang bisa ia berikan. Ia juga mempunyai beberapa murid dalam olah kanuragan maupun jayakasantikan……!” Kata Ki Ganjur yang memang bersahabat dengan Ki Kebo Kanigara. Ki Kebo Kanigara adalah adik Ki Kebo Kenanga, ayah dari Jaka Tingkir yang sekarang sebagai Ki Ageng Pengging.
“Baik Paman, Tingkir pernah bertualang sampai di Rawapening itu. Namun dahulu Paman Kebo Kanigara belum aku dengar tinggal di sana…..!” Kata Jaka Tingkir.
“Susurilah tepian rawa itu dari sisi timur, nanti akan kau temukan sebuah gua yang di depannya ada pelataran yang cukup luas dan rindang. Pamanmu pasti tidak akan pangling kepadamu…..!” Lanjut Ki Ganjur.
“Baik Paman…..! Walau sekarang telah menjelang petang, Tingkir akan mohon pamit sekarang juga……!” Kata Jaka Tingkir.
Setelah Ki Ganjur memberi petuah dan saran-saran, Jaka Tingkir segera mohon diri. Tak banyak bekal yang ia bawa, hanya bungkusan ules berisi pakaian secukupnya. Uang dan mas berlian ia simpan di bengkung kulit yang melingkar di pinggangnya. Demikian pula tongkat bambu kuning kesayangannya ia bawa sebagai tongkat atau sebagai senjata jika diperlukan.
“Maafkan Tingkir yang tidak mampu mengemban amanah, Paman…..!” Kata Jaka Tingkir yang kemudian sungkem kepada Ki Ganjur dan segera berbalik untuk meninggalkan pondok.
Jaka Tingkir melangkah pelan, ia berhenti sejenak di tepi kolam. Kolam yang penuh kenangan. Di tempat itulah ia terkejut dan terjebak ketika rombongan Kanjeng Sultan lewat. Tanpa ia rencanakan ia meloncat mundur melewati kolam yang cukup lebar itu. Saat itulah Kanjeng Sultan terkesan kepadanya.
Jaka Tingkir juga teringat di kebun di tepi kolam itu orang bercadar menyerang dirinya. Dan kemudian ia tahu bahwa orang bercadar itu adalah Kanjeng Sultan Trenggono sendiri yang menguji ilmunya.
……………
Bersambung………..
Petuah Simbah: “Lelakon hidup seseorang kadang jauh dari yang dicita-citakan.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…