Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(211)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Jalumampang marah karena ada orang yang berani menginjakkan kaki di wilayah kekuasaannya. Artinya orang itu mencari mati di Kedung Srengenge.
Jaka Tingkir pun berpikiran bahwa orang-orang itu sungguh garang. Mereka pasti sulit untuk diajak berembug, apalagi dibujuk untuk berhenti sebagai penyamun.
Jaka Tingkir sempat berbisik kepada Ki Wuragil.
“Sepertinya bentrokan tidak bisa dihindarkan. Pancinglah banyak orang itu ke lahan yang sempit, dengan demikian mereka tidak akan bisa menyerang bersama-sama. Di sebelah kanan itu ada lereng dan jalan setapak yang terjal. Pancinglah ke sana, akan aku layani orang ini…….!”
Ki Wuragil tanggap akan maksud dari Jaka Tingkir.
“Heee….., tunggu apa lagi…..! Ayo tangkap orang-orang ini…..!” Perintah Jalumampang.
Ki Wuragil beserta Mas Manca dan Mas Wila segera berlari ke lereng yang ada jalan setapaknya.
“Heee….. jangan lari…..!” Teriak para penyamun Kedung Srengenge itu.
Ki Wuragil beserta Mas Manca dan Mas Wila berhasil sampai di lereng. Mereka kemudian membelakangi lereng itu. Di kiri dan kanan hanya jalan setapak, sedangkan di depannya jurang yang dalam. Dalam keadaan seperti itu, orang banyak tidak bisa menyerang bersama-sama. Bahkan hanya beberapa orang dari kiri dan kanan.
Sementara itu, Jalumampang langsung menyerang Jaka Tingkir dengan senjata gobang dengan ukuran besar. Beberapa kawannya melingkari Jalumampang dan Jaka Tingkir.
Jika gobang itu menebas leher, pasti akan putus seketika. Mereka yang menyaksikan pun terhenyak, ia yakin akan ada kepala lepas dari tubuhnya.
Namun yang diserang adalah Jaka Tingkir Mas Karebet, murid Ki Ageng Sela dan telah digembleng oleh sang paman, Ki Kebo Kanigara.
Gobang itu hanya melayang tipis di atas kepala Jaka Tingkir. Jaka Tingkir harus segera mengambil keputusan agar tidak terlambat. Ia melihat Ki Wuragil dan kedua kawannya harus melawan banyak orang. Jika ia terlambat, kawan-kawannya itu tentu akan mengalami kesulitan.
Jaka Tingkir tak ingin membuang banyak waktu. Dalam kesempatan pertama, ia langsung menyodokkan pangkal tongkatnya, tepat di ulu hati Jalumampang. Jalumampang pun mengaduh tertahan, rasa mual yang amat sangat ia rasakan. Gobang pun terlepas dari tangannya. Jaka Tingkir tak membuang kesempatan kedua. Sebuah tendangan kuat menghantam rahang Jalumampang.
Jalumampang langsung terpapar tak sadarkan diri, pingsan.
“Drohon keparat……! Minggiiir……! Aku lumat anak yang curang ini……!” Yang datang adalah Bahurekso, lurah para penyamun Kedung Srengenge. Kedung Srengenge yang banyak dihuni oleh buaya-buaya besar.
Mereka pun menyibak karena yang datang adalah lurah mereka. Lurah penyamun yang berilmu tinggi. Ia beberapa kali lolos dari kepungan prajurit Demak yang mencoba menangkapnya. Bahkan berhasil mengalahkan para prajurit yang mengeroyoknya.
Sampai saat ini sarang mereka di Kedung Srengenge ini aman dari gerebegan prajurit Demak, karena Demak sedang sibuk mengirim pasukannya ke bang kulon dan kemudian akan ke bang wetan.
Lurahe Bahurekso telah berdiri di depan Jaka Tingkir dengan senjata luwuk dengan ukuran besar. Luwuk yang berwarna kehitam-hitaman. Senjata Luwuk sejenis pedang namun biasanya ujungnya justru lebih besar dari tangkai dan berujung runcing di sisi yang tajam. Jika luwuk itu menebas leher, kepala akan terlepas seketika.
“Huuuh….., ternyata anak kemarin sore. Jika kau tidak curang, tidak mungkin akan bisa mengalahkan Jalumampang senopati Kedung Srengenge…..!” Kata Lurahe Bahurekso.
Jaka Tingkir justru tersenyum ketika mendengar ada senopati Kedung Srengenge.
“Huuust……! Jangan cengengesan di hadapanku……!” Bentak Lurahe Bahurekso.
“Sejak kapan ada senopati Kedung Srengenge…..!” Kata Jaka Tingkir masih dengan tersenyum.
Jaka Tingkir sempat melihat ke tempat Ki Wuragil dan kedua kawannya bertahan di lereng. Sepertinya mereka masih bisa bertahan dengan cara itu.
…………
Bersambung………….
Petuah Simbah: “Hadapi setiap masalah dengan tenang dan tidak panik.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…