Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(216)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.
Buaya-buaya itu pun mengikuti getek-getek itu, seakan mengawal tuan-tuan mereka. Sesekali anak buah Bahurekso melempar potongan tulang kambing. Buaya-buaya itu pun berebut tulang tersebut. Jaka Tingkir dan ketiga kawannya juga senang menyaksikan buaya-buaya itu berebut tulang. Anak buah Bahurekso yang memegang satang bambu hampir tidak mengeluarkan tenaga sama sekali, karena getek-getek itu mengikuti arus air yang tidak terlalu deras.
Bahurekso sesekali bergurau, gurauan yang hampir tidak pernah terlontar selama menjadi penyamun.
“Den……, seandainya setelah aku berhenti menjadi seorang perampok, lantas menjadi bandar judi ongklok boleh tidak, Den……? He he he he……!” Celetuk Bahurekso.
“Perjudian apapun bentuknya akan merugikan para pecandunya, sebaiknya jangan kau lakukan. Menghadaplah kepada Ki Demang tempatmu tinggal, katakan sejujurnya bahwa kau telah kapok menjadi seorang penyamun. Tawarkan tenaga dan kemampuanmu untuk ikut menjadi pengawal kademangan atau petugas keamanan pasar atau apapun pekerjaannya. Ki Demang pasti akan dengan senang hati menerimamu, dan juga kawan-kawan kalian……!” Saran Jaka Tingkir.
“He he he he…….., begitu ya Den……?!” Sahut Bahurekso.
“Darimana asalmu, Bahurekso……?” Tanya Jaka Tingkir kemudian.
“Dari kademangan Mranggen Den…….!” Jawab Bahurekso.
“Kademangan Mranggen……? Aku pernah ke kademangan Mranggen. Suatu saat aku akan berkunjung ke Mranggen. Akan aku tanyakan kabar tentang Bahurekso kepada Ki Demang Mranggen……!” Kata Jaka Tingkir.
“He he he he……, benar Den……? Aku jujur memang berasal dari Mranggen. Jika Raden suatu saat akan berkunjung, tentu aku sangat senang. He he he he he……, istriku dua di Mranggen Den…..!” Seloroh Bahurekso.
“Lhaaah itulah, berapa pun hasil yang kau dapat pasti akan kurang…..!” Kata Jaka Tingkir.
“He he he he……., benar Den……! Belum lagi anakku ada sembilan Den……!” Seloroh Bahurekso lagi.
“Satu embok atau dua embok……?” Tanya Jaka Tingkir.
“Dua embok, Den……, yang tua anaknya enam yang muda anaknya tiga, yang muda sudah mbobot lagi Den……!He he he he……!” Kata Bahurekso jujur.
“Kau harus kerja keras setelah ini, pasti akan ada pekerjaan yang cocok untukmu…..!” Lanjut Jaka Tingkir.
Kemudian Jaka Tingkir bertanya kepada Jalumampang.
“Heee….. Jalumampang, dari mana asalmu…..?”
“Kalau aku dari Bregas……?” Jawab Jalumampang.
“Bregas pun aku pernah singgah di kademangan itu. Aku pernah berkelana sampai di kademangan Bregas pula. Apa rencanamu setelah ini……..?” Bertanya Jaka Tingkir.
“Bertani gula kelapa, Den…..! Membantu istri yang sudah membuat gula kelapa di rumah…..!” Kata Jalumampang.
“Bagus…..! Tenagamu kuat, pasti nanti hasilnya berlipat…..!” Lanjut Jaka Tingkir.
Dengan berbincang-bincang, perjalanan terasa semakin cepat. Laju getek pun sudah semakin jauh.
“Kita akan berhenti di mana, nanti…..?” Bertanya Ki Wuragil yang sejak tadi tidak banyak berbincang. Namun ia sudah banyak tahu tempat-tempat di sepanjang kali Tuntang ini.
“Jika akan ke kotaraja Demak Bintara, tempat yang paling dekat adalah Kedung Ploso. Tempat itu sudah cukup ramai dengan pemukiman warga……!” Jalumampang yang menyahut.
“Yaaa….., aku pernah sampai di pasar Ploso. Setelah sampai di sana aku sudah tahu jalannya…..!” Kata Ki Wuragil.
Jaka Tingkir menikmati pemandangan yang menakjubkan di lereng-lereng tepi kali yang ditumbuhi aneka pepohonan yang hijau rimbun. Demikian pula ketiga kawannya. Sesekali masih tampak buaya yang mengikuti getek itu. Namun buaya-buaya itu benar-benar tidak mengganggu perjalanan getek-getek itu.
Sementara itu, orang yang sebelumnya mengintip di Kedung Srengenge telah mendahului Jaka Tingkir dan kawan-kawannya. Orang itu tak lain adalah Ki Kebo Kanigara sendiri. Namun Ki Kebo Kanigara telah memperhitungkan bahwa getek-getek yang ditumpangi oleh Jaka Tingkir dan ketiga kawannya itu pasti akan berhenti di Kedung Ploso.
…………..
Bersambung………..
Petuah Simbah: “Perjudian dalam bentuk apapun pasti akan merugikan banyak orang. Hentikanlah sebelum terlanjur bangkrut.”
(@SUN)
**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…
Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…
Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(868)Mataram. Senopati Retna Dumilah yang sebelumnya dengan pongah ingin menundukkan Panembahan Senopati dengan…