Categories: Cerbung

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Jaka Tingkir-Part#221

Inspirasi Pagi …….!!
(@SUN-aryo)
(221)
Penerus Trah Prabu Brawijaya.
Jaka Tingkir.

Kanjeng Sultan ragu untuk meninggalkan pesanggrahan itu karena khawatir jika tiba-tiba kerbau ngamuk itu menerjang pesanggrahan.
Jika Kanjeng Sultan hanya seorang diri tentu mampu untuk menangkap kerbau ngamuk tersebut. Namun keselamatan putra-putrinya lebih diutamakan. Kecuali jika kerbau itu mendatangi pesanggrahan, tentu akan ditangkapnya.

Di perkemahan para prajurit masih terdengar hiruk pikuk untuk menangkap kerbau ngamuk tersebut, namun sampai beberapa saat belum berhasil. Bahkan kerusakan perkemahan semakin parah. Ada satu dua prajurit pemberani yang mencoba menangkap kerbau itu dengan pedang di tangan. Namun yang terjadi, prajurit itu tersungkur diseruduk kebo bule. Beruntungnya, beberapa prajurit berhasil mengamankannya sehingga nyawanya selamat. Sudah beberapa prajurit yang terluka, namun kebo bule masih liar mengobrak-abrik perkemahan.
“Awaaas…..! Cegah jangan sampai masuk pesanggrahan Kanjeng Sultan…..!” Teriak senopati bregada prajurit.
Ketika itu, kebo bule itu memang sedang berlari menuju pesanggrahan. Namun kerbau itu berhenti di kolam ikan. Mungkin kerbau itu kehausan, karena kemudian kebo bule itu minum di kolam itu.
Dua orang prajurit kemudian mengabarkan kepada Kanjeng Sultan, bahwa kebo bule sudah berada di sekitar pesanggrahan.
Kanjeng Sultan pun telah bersiaga jika sewaktu-waktu kerbau itu ngamuk di pesanggrahan.

Sementara itu, Ki Kebo Kanigara beserta para muridnya mengawasi dari jarak jauh kebo Kebondanu yang tadi dilepaskan. Kerbau yang telah dibuat mabuk oleh Ki Kebo Kanigara. Namun mereka berusaha untuk tidak diketahui oleh para prajurit.
Ketika mereka melihat bahwa Kebondanu telah mendekati pesanggrahan, Ki Kebo Kanigara segera berpesan kepada Jaka Tingkir untuk segera bertindak sesuai rencana.
Jaka Tingkir tanggap dengan maksud dari pamannya. Jaka Tingkir tahu bahwa Kanjeng Sultan Trenggono berjaga di depan pesanggrahan. Dan Jaka Tingkir juga tahu bahwa di dalam pesanggrahan ada Gusti Nimas Cempaka. Itu membuatnya lebih bergairah untuk melakukan rencana pamannya.

Kanjeng Sultan Trenggono yang sedang berjaga di depan pesanggrahan heran karena ada seseorang perjaka yang tidak berpakaian prajurit berkelebat di taman di sekitar pesanggrahan. Kanjeng Sultan sekilas pernah melihat anak muda itu, tetapi tidak segera mengingat siapa anak muda itu.
Kanjeng Sultan kemudian memperhatikan dengan seksama.
“Heee…..! Bukankah ia Jaka Tingkir yang telah aku usir…..?” Batin Kanjeng Sultan.
Sesungguhnya, dahulu setelah mengusir Jaka Tingkir, Kanjeng Sultan ada rasa menyesal juga. Karena Senopati Brajamusti telah memberikan keterangan secara lengkap, bahwa Jaka Tingkir tidak sepenuhnya bersalah. Terlebih setelah diketahui bahwa ternyata Dadung Awuk yang terbunuh itu memang memiliki watak yang tidak terpuji. Bahkan yang ia dengar bahwa Dadung Awuk dan kawan-kawannya tak ubahnya gerombolan penyamun.
Tiba-tiba Kanjeng Sultan memanggil seorang prajurit; _”Hee prajurit…..! Ke sinilah…..!” Setelah Kanjeng Sultan yakin bahwa anak muda itu adalah Jaka Tingkir.
Prajurit itu segera berlari menghadap Kanjeng Sultan.
“Lihat perjaka di bawah pohon itu…..! Panggil ia untuk menghadap aku……!” Kata Kanjeng Sultan kemudian.
Prajurit itu segera berlari untuk menghampiri anak muda yang berdiri di bawah pohon.
“He anak muda. Kau dipanggil Kanjeng Sultan untuk menghadap…..!” Kata prajurit itu.
Jaka Tingkir tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia segera berlari kecil untuk menghadap Kanjeng Sultan. Walau seandainya ia akan mendapat amarah dari Kanjeng Sultan.

Jaka Tingkir segera berlutut sambil menghaturkan sembah bakti kepada sang raja.
“Aku terima baktimu…..! Mengapa kau di tempat ini, Tingkir…..?” Sapa Kanjeng Sultan.
“Mohon ampun, Kanjeng Sultan…..! Tadi hamba ketika sedang di hutan melihat seekor kerbau bule yang besar berlari-lari, kemudian hamba kejar. Dan ternyata kerbau itu sampai di perkemahan para prajurit. Hamba tidak berani mendekati perkemahan para prajurit, Kanjeng…….!” Kata Jaka Tingkir yang tidak mengatakan yang sebenarnya.
……………
Bersambung………..

Petuah Simbah: “Di mana dan kapanpun, seorang raja wajib dihormati.”
(@SUN)

**Kunjungi web kami di Google.
Ketik; stsunaryo.com
Ada yang baru setiap hari.

St. Sunaryo

Pensiunan pegawai PT Telkom Indonesia. Sekarang bertempat tinggal di Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kunjungi website https://stsunaryo.com , ada yang baru setiap hari.

Recent Posts

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#873

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(873)Mataram. Benar juga, dengan gerak cepat saat itu juga Senopati Widarba segera bertindak.…

4 jam ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#872

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(872)Mataram. Raden Mas Jolang telah memiliki bekal ilmu yang lebih dari cukup. Ia…

1 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#871

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(871)Mataram. Sedangkan Adipati Pragola menganggap bahwa kedudukan Kadipaten Pati itu sejajar dengan Mataram.…

2 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#870

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(870)Mataram. Di kademangan, pasukan Mataram disambut dengan suka cita. Walau semuanya serba mendadak,…

3 hari ago

Dilema Library Genesis dalam Dunia yang Haus Ilmu

Di era digital yang cepat ini, akses terhadap berbagai sumber informasi dan literatur menjadi semakin…

4 hari ago

Penerus Trah Prabu Brawijaya-Part#869

Trah Prabu Brawijaya.(@SUN-aryo)(869)Mataram. Bagaimana pun juga, Kanjeng Adipati Rangga Jumena harus menerima kenyataan. Madiun kini…

4 hari ago